Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memelihara Kucing Meningkatkan Risiko Skizofrenia? Studi Ungkap Hubungannya

Skizofrenia adalah gangguan mental serius di mana orang menafsirkan realitas secara tidak normal, menurut Mayo Clinic.

Skizofrenia dapat mengakibatkan kombinasi halusinasi, delusi, dan pemikiran serta perilaku yang sangat tidak teratur sehingga mengganggu fungsi sehari-hari.

Lantas, bagaimana hubungan keduanya?

Hubungan punya kucing dengan penyakit skizofrenia

Dilansir dari Medical Daily, Senin (11/12/2023), para peneliti telah mengidentifikasi hubungan misterius antara risiko penyakit skizofrenia dan hobi memelihara kucing.

Sebuah tim peneliti dari Universitas Queensland di Australia telah melakukan tinjauan terhadap 17 penelitian tentang topik tersebut.

Kemudian, para peneliti menemukan adanya kemungkinan risiko 2,35 kali lebih tinggi terkena skizofrenia pada pemilik kucing.

Akan tetapi, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Schizophrenia Bulletin ini tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi.

Tim tersebut mengevaluasi publikasi penelitian dari 11 negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, dalam 44 tahun terakhir.

"Kami mengidentifikasi 1.915 penelitian, 106 di antaranya dipilih untuk tinjauan teks lengkap, yang pada akhirnya menghasilkan 17 penelitian yang dimasukkan," tulis para peneliti.

"Kami menemukan hubungan antara kepemilikan kucing secara luas dan peningkatan kemungkinan berkembangnya gangguan terkait skizofrenia," sambungnya.

Skizofrenia melibatkan berbagai masalah dalam pemikiran (kognisi), perilaku, dan emosi.

Tanda dan gejalanya mungkin berbeda-beda, namun biasanya berupa delusi, halusinasi, atau gangguan bicara. 

Pasien juga mungkin akan menderita berbagai emosi negatif, termasuk kurangnya kebersihan pribadi, kurangnya kontak mata, juga emosi.

Mereka juga mungkin mengalami paranoia, depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri.

Dikutip dari Mayo Clinic, pada pria, gejala skizofrenia biasanya dimulai pada awal hingga pertengahan usia 20 tahunan. Sedangkan pada wanita, gejala biasanya dimulai pada akhir usia 20 tahunan.

Jarang sekali anak-anak didiagnosis mengidap skizofrenia dan jarang terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 45 tahun.

Peneliti meyakini bahwa kondisi ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk genetika, kimia otak, dan lingkungan.

Beberapa penelitian menemukan kaitannya dengan penggunaan narkoba tertentu, terutama dalam jumlah yang lebih besar, dan pada tahap awal kehidupan.

Namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari skizofrenia.

Meski demikian, para peneliti percaya bahwa memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia dan komplikasi kehamilan atau kelahiran tertentu, seperti malnutrisi atau paparan racun atau virus, meningkatkan risikonya.

Skizofrenia pemilik kucing diduga dari Toxoplasma gondii

Studi terbaru ini mendapat kritik karena tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang berpotensi berkontribusi terhadap skizofrenia, seperti latar belakang sosial dan ekonomi serta riwayat keluarga.

Studi ini juga tidak memberikan penjelasan tentang kemungkinan kaitannya.

Namun, sebuah penelitian tahun 1995 mengeksplorasi kemungkinan berkembangnya skizofrenia pada pemilik kucing berasal dari parasit Toxoplasma gondii yang biasa ditemukan pada kucing.

Parasit ini dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui gigitan kucing, cakaran, kontak dengan cairan tubuh atau kotoran, dan memakan daging yang kurang matang.

Meskipun penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang beragam, tim menyatakan bahwa kucing rumahan merupakan faktor lingkungan yang penting dalam perkembangan skizofrenia.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pada hewan, infeksi Toxoplasma gondii dapat mengubah perilaku dan fungsi neurotransmitter.

Sedangkan pada manusia, infeksi akut dapat menyebabkan gejala seperti delusi dan halusinasi yang serupa dengan yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/12/160000365/memelihara-kucing-meningkatkan-risiko-skizofrenia-studi-ungkap-hubungannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke