Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Kutu Busuk yang Menyebar di Berbagai Negara, Apa Tanda Gigitannya?

KOMPAS.com - Sejumlah negara-negara di dunia tengah menghadapi serangan kutu busuk.

Wabah kutu busuk ini awalnya dilaporkan terjadi di Perancis, namun baru-baru ini Korea Selatan juga melaporkan adanya kenaikan kasus serangan kutu busuk.

Dikutip dari CNN, sejak akhir Oktober, Korea Selatan telah menerima 30 dugaan serangan akibat kutu busuk.

Peningkatan laporan ini mendorong pemerintah mengumumkan kampanye empat minggu memberantas hama pengisap darah ini.

Adanya serangan kutu busuk di sejumlah negara, juga mendorong negara lain seperti Maroko dan Aljazair untuk menerapkan berbagai langkah pencegahan.

"Kementerian memperkuat pengawasan kesehatan di perbatasan dan memantau situasi kesehatan dan lingkungan di daerah yang terkena dampak," kata Kementerian Kesehatan Maroko.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Aljazair juga telah memutuskan untuk menerapkan peraturan kesehatan dan pemantauan di wilayah perbatasan.

“Pemantauan kesehatan dan disinfeksi pesawat, kapal, dan sarana transportasi darat serta meningkatkan pengawasan epidemi,” kata kementerian.

Lantas, sebenarnya, apa itu kutu busuk yang menyerang sejumlah negara-negara di dunia?

Apa itu kutu busuk

Dikutip dari WebMd, kutu busuk merupakan serangga yang memakan darah hewan dan manusia.

Kutu busuk berwarna cokelat kemerahan, tidak bersayap, dan seukuran biji apel.

Binatang ini memiliki bentuk pipih, dengan tubuh berbentuk oval.

Kutu busuk muda atau nimfa berukuran lebih kecil dengan warna bening kekuningan. Adapun telur kutu busuk berukuran kecil dan berwarna putih.

Kutu busuk tidak membuat sarang layaknya semut atau lebah, namun cenderung hidup di persembunyian.

Mereka tidak terbang namun dapat bergerak cepat melewati lantai, dinding, dan langit-langit.

Binatang ini bisa hidup di mana saja seperti di apartemen, hotel, rumah kos, kapal pesiar, bis, maupun kereta api.

Dikutip dari PestWorld, kutu busuk harus mengonsumsi darah secara teratur untuk bertahan hidup dan berkembang.

Manusia bukan satu-satunya sasaran kutu busuk, karena mereka juga menyerang hewan berdarah panas termasuk unggas dan burung.

Dikutip dari Departemen Kesehatan New York, kutu busuk saat siang hari umumnya bersembunyi di tempat tidur baik lapisan kasur, pegas, rangka tempat tidur dan juga sandaran kepala.

Mereka juga bersembunyi di celah dinding, lantai dan furnitur. Mereka baru keluar saat malam hari.

Masalah kesehatan

Kutu busuk sebenarnya tidak dianggap sebagai binatang yang berbahaya karena tidak ada bukti binatang ini menyebarkan penyakit ke manusia.

Akan tetapi, gigitan kutu busuk akan terasa gatal dan tidak nyaman di kulit.

Selain itu, ketika seseorang tak sengaja menggaruk gigitan akibat kutu busuk hingga merusak kulit, hal ini bisa menyebabkan infeksi.

Bagi orang yang alergi, gigitan kutu busuk dapat menyebabkan rasa gatal yang hebat dan juga lecet.

Tanda awal gigitan kutu busuk yakni adanya gigitan kecil dan gatal di kulit yang sering kali muncul di lengan dan bahu.

Kutu busuk seringkali meninggalkan kumpulan gigitan dibandingkan satu gigitan yang menyebar di sana-sini.

Kutu busuk cenderung meninggalkan kelompok gigitannya dalam barisan lurus atau pola zig-zag, namun bisa juga dalam pola acak.

Selain itu, gigitannya tidak memiliki titik merah di tengahnya seperti halnya gigitan kutu.

Pada sebagian orang gigitan mungkin tak menimbulkan bekas atau gatal apa pun.

Gigitan umumnya terjadi di sekitar pergelangan kaki dan biasanya ditemukan di area kulit  terbuka saat seseorang tidur, sering kali di wajah, leher, atau tangan.

Berikut ini beberapa hal yang mungkin menjadi pertanda ada kutu busuk di rumah:

https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/11/093000665/mengenal-kutu-busuk-yang-menyebar-di-berbagai-negara-apa-tanda-gigitannya-

Terkini Lainnya

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke