Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Banyak Makan Ikan Menaikkan Risiko Kanker?

KOMPAS.com – Ikan diketahui memiliki berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh.

Hal tersebut karena ikan mengandung protein yang tinggi, sumber asam lemak baik omega-3, vitamin D, rendak lemak jenuh, dan banyak nutrisi lainnya.

Meski begitu, sebuah penelitian atau studi menunjukkan bahwa konsumsi ikan berkaitan dengan risiko melanoma yang tinggi.

Adapun melanoma merupakan jenis kanker kulit yang terjadi akibat pertumbuhan melanosit secara tidak normal.

Penjelasan dalam studi

Dikutip dari Harvard (26/7/2022), para peneliti dalam studi tersebut menemukan risiko melanoma yang lebih tinggi pada orang-orang yang konsumsi banyak ikan.

Studi ini termasuk yang terbesar dan paling dirancang dengan baik untuk memeriksa tautan ini.

Hampir 500.000 orang di enam negara bagian AS menyelesaikan kuesioner diet pada tahun 1995 dan 1996.

Usia rata-rata yang mengikuti studi ini yakni 61 tahun dengan 60 persennya adalah laki-laki. Lebih dari 90 persen berkulit putih, empat persen berkulit hitam, dan dua persen Hispanik.

Kemudian 15 tahun berikutnya, para peneliti menghitung berapa banyak orang yang mengembangkan melanoma di tubuhnya.

Para peneliti menemukan, tingkat melanoma 22 persen lebih tinggi di antara orang yang melaporkan makan ikan paling banyak (sekitar 2,6 porsi per minggu) dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit (0,2 porsi seminggu atau sekitar satu porsi setiap lima minggu).

Mereka menyebut, risiko perubahan kulit prakanker (disebut melanoma in situ) juga meningkat di antara kelompok yang makan ikan paling banyak.

Meski begitu, para peneliti tidak menemukan peningkatan risiko melanoma pada mereka yang lebih banyak makan ikan goreng.

Hal itu mengejutkan peneliti, karena belum diketahui kaitan mengapa menggoreng ikan bisa menghilangkan risiko tersebut.

Apakah berarti makan ikan menyebabkan melanoma?

Lebih lanjut disebutkan, mengonsumsi ikan tidak serta merta dapat menyebabkan melanoma.

Sebab, terlalu dini menyimpulkan hubungan pasti antara konsumsi ikan dan melanoma, terlebih karena studi tersebut memiliki banyak keterbatasan.

Salah satu keterbatasan tersebut karena jenis studi yang digunakan, yakni observasi.

Studi observasi seperti ini dapat mendeteksi kemungkinan hubungan antara pola makan dan kanker, tetapi tidak dapat membuktikannya.

Selain itu, keterbatasan kedua yakni ketergantungan data survei yang dilaporkan sendiri oleh orang-orang atau partisipan yang diteliti.

Partisipan melaporkan sendiri berapa porsi ikan yang mereka makan setiap minggu, sehingga mungkin tidak akurat.

Peneliti juga berasumsi bahwa konsumsi ikan yang dilaporkan pada survei awal bertahan selama 15 tahun, namun mungkin tidak demikian atau tidak selalu mengonsumsi ikan.

Kontaminan atau zat seperti merkuri atau arsenik yang mengontaminasi ikan diketahui juga dapat memengaruhi peningkatan risiko melanoma. Namun, studi ini tidak mencatat kontaminan tersebut.

Keterbatasan itu juga dipengaruhi oleh faktor risiko melanoma itu sendiri, seperti paparan sinar Matahari yang bervariasi tergantung di mana partisipan tinggal.

Analisis memang memperhitungkan beberapa faktor kunci, namun studi tersebut tidak mengumpulkan informasi tentang paparan sinar Matahari, sengatan Matahari di masa lalu, atau penggunaan tabir surya, yang semuanya penting terkait risiko melanoma.

Peneliti juga tidak membahas tentang jenis kulit atau jumlah tahi lalat yang juga dapat memengaruhi tingkat risiko terkena melanoma.

Studi ini juga memiliki keterbatasan terkait keragaman dari partisipannya, di mana 90 persen partisipan adalah kulit putih.

Sehingga, tidak jelas apakah temuan tersebut berlaku secara luas untuk orang-orang dalam kelompok ras dan etnis yang berbeda.

Tidak bisa dijadikan acuan

Namun, bahkan jika ikan dipastikan sebagai penyumbang risiko melanoma, efek positif lain dari konsumsi ikan (seperti manfaat kardiovaskular) mungkin jauh lebih besar daripada risiko ini.

Para peneliti yang bertanggung jawab atas studi ini tidak merekomendasikan perubahan dalam jumlah konsumsi ikan.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan, dengan menyelidiki jenis ikan yang bisa memengaruhi risiko melanoma dan menentukan kontaminan tertentu.

Membatasi paparan sinar Matahari dan menggunakan tabir surya kemungkinan besar akan berdampak lebih besar pada kesehatan kulit dan kesehatan secara keseluruhan daripada menghindari makanan laut.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/15/153000065/benarkah-banyak-makan-ikan-menaikkan-risiko-kanker-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke