KOMPAS.com – Antibiotik merupakan jenis obat yang secara khusus digunakan untuk melawan infeksi akibat bakteri.
Umumnya, dokter akan menganjurkan mengonsumsi antibiotik sampai habis sesuai resep yang diberikan.
Hal itu bukan tanpa sebab.
Berikut penjelasan mengapa antibiotik harus dihabiskan sesuai resep yang diberikan oleh dokter:
Alasan antibiotik harus dihabiskan
Dokter spesialis penyakit dalam RSUD Sawah Besar, Jakarta, Andi Khomeini Takdir Haruni mengatakan, bakteri akan resistansi antibiotik jika obat tersebut tidak dihabiskan sesuai resep.
“Itu juga berlaku jika konsumsi antibiotik tidak sesuai jadwalnya, serampangan sesuka hati ketika ingin minum,” kata Andi kepada Kompas.com, Selasa (25/7/2023).
Adapun resistansi antibiotik merupakan kondisi ketika antibiotik sudah tidak ampuh lagi dalam membunuh bakteri.
Sehingga menurutnya, pengobatan yang sudah dijalani sebegitu lamanya akan sia-sia karena bakteri masih ada di dalam tubuh dan penyakit akan terus berlangsung.
“Antibiotik itu obat yang diresepkan kalau kita menemukan indikasi bakteri,” ungkapnya.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang mengalami penyakit yang tidak kunjung sembuh, sebaiknya periksa ke dokter.
“Range-nya bervariasi (untuk memeriksakan penyakit ke dokter), minimal lima hari, rata-rata tujuh sampai 10 hari tergantung sakitnya apa,” tutupnya.
Senada, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengatakan, antibiotik harus dihabiskan sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter.
“Prinsipnya adalah untuk mencegah resistansi bakteri terhadap antibiotik,” kata Zullies kepada Kompas.com, Selasa (25/7/2023).
Zullies menyarankan untuk memperhatikan konsumsi antibiotik beberaapa kali sehari agar tepat frekuensi dan durasi pemakaiannya.
Hal itu dikarenakan setiap obat mempunyai sifat atau tingkat kekuatan yang berbeda-beda.
“Obat yang eliminasinya cepat membutuhkan frekuensi lebih kerap dalam sehari, dibandingkan dengan obat yang eliminasinya lama,” ucapnya.
“Jadi antibiotik ada yang diberikan satu kali sehari, dua kali sehari, atau tiga kali sehari,” paparnya.
Ia menjelaskan, antibiotik merupakan obat yang bekerja untuk membunuh bakteri dalam kurun waktu tertentu. Hal itu untuk memastikan bakteri benar-benar terbasmi secara menyeluruh.
“Jika digunakan hanya separuh, yang terbunuh baru bakteri-bakteri yang lebih lemah dan mungkin masih menyisakan bakteri yang hidup,” jelasnya.
Sehingga, terkadang pasien atau penderita sudah merasa membaik dan tidak menghabiskan antibiotiknya.
“Jika antibiotik dihentikan, bisa jadi masih ada bakteri-bakteri yang tertinggal dan justru lebih kuat,” ungkapnya.
“Jika bakteri sudah resistn, maka ketika ada infeksi lagi mungkin akan membutuhkan antibiotik yang lebih kuat lagi,” lanjutnya.
Selain itu, ia menerangkan bahwa pengobatan akan menjadi semakin lama atau justru gagal karena bakteri sudah terlanjur resistan terhadap antibiotik yang diresepkan.
“Sehingga harus ganti obat yang lebih poten (manjur) dan biasanya lebih mahal,” terangnya.
Apabila terlalu banyak konsumsi antibiotik karena pengobatannya tidak segera selesai, hal itu dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti ginjal.
“Perlu diingat, antibiotik hanya diindikasikan (digunakan) pada infeksi karena bakteri,” tuturnya.
"Semua antibiotik itu obat keras dan harus dengan resep dokter," tandasnya.
Untuk mengendalikan atau mencegah terjadinya resistensi antibiotik, masyarakat dapat menerapkan BIJAK.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berikut rincian penerapan BIJAK:
B: Beli antibiotik hanya dengan resep dokter
Antibiotik termasuk golongan obat keras. Jangan gunakan resep lama meskipun gejala penyakitnya dirasakan sama dengan sakit yang sebelumnya.
I: Ikuti petunjuk penggunaan antibiotik dari dokter
Ikuti aturan pemberian, seperti dosis atau takaran, berapa kali pemberian per hari, dan lama waktu antibiotik tersebut harus dihabiskan.
Perhatikan juga keutuhan kemasan, petunjuk penyimpanan, dan tanggal kedaluwarsa.
J: Jeli dan bertanya kepada dokter apakah ada obat antibiotik dari resep yang telah diberikan.
Tanyakan apa penyebab penyakit kepada dokter. Jika diberikan antibiotik, tanyakan bagaimana petunjuk konsumsinya.
A: Awasi penggunaan antibiotik di rumah
Jangan berikan antibiotik Anda kepada keluarga atau orang lain, meskipun gejala penyakitnya sama.
Habiskan antibiotik meski gejala penyakit sudah menghilang.
K: Konsultasikan ke dokter jika sakit lebih dari tiga hari.
Batuk, demam, dan pilek tidak perlu minum antibiotik. Minumlah obat pereda gejala, istirahat, dan konsumsilah makanan bergizi.
Jika dalam tiga hari belum ada perbaikan, segera konsultasikan ke dokter.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/26/083000065/mengapa-antibiotik-harus-dihabiskan-berikut-penjelasannya