Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Dinamakan Kebaya Kartini? Ini Asal Muasalnya

Perayaan Hari Kartini identik dengan busana tradisional. Wanita Indonesia umumnya akan mengenakan kebaya.

Kebaya sendiri memang tidak bisa lepas dari sosok RA Kartini. Bahkan, ada pula jenis kebaya bernama kebaya kartini, yang keindahannya terus dirawat oleh wanita Indonesia.

Bagaimana sejarah kebaya ini? Mengapa dinamakan dengan kebaya kartini?

"Kebaya model kartini merupakan nama jenis kebaya yang disematkan pada kebaya dengan bukaan depan dengan krah dilipat dan dikatupkan dengan peniti atau kancing," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (19/4/2023).

Ia menambahkan, kebaya kartini tidak menggunakan bef (kemben), atau potongan kain segi empat di dada yang berfungsi sebagai penutup dada. Bef salah satunya ada pada model kebaya kutubaru.

Lebih lanjut, Indiah mengungkapkan bahwa kebaya kartini menjadi populer karena foto-foto RA Kartini selalu menunjukkan ia tampil memakai kebaya model ini.

"Sehingga nama kebaya kartini menjadi trade mark dari kebaya jenis tersebut," tambahnya.

Indiah mengiyakan jika kebaya memiliki makna yang tidak bisa dilepaskan dari wanita Indonesia.

"Kebaya sebagai media ekspresi diri dan juga sebagai identitas yang ingin diekspresikan," lanjut dia.

Menurut Indiah, kebaya adalah pakaian egaliter yang bisa dipakai oleh berbagai kalangan. Dari pedagang di pasar Gede Solo, penjual jamu di Pasar Beringharjo, hingga ibu negara. Semua bisa berkebaya, tua atau muda tidak menjadi halangan.

"Bahkan bisa menjadi pemersatu bangsa, khususnya perempuan Indonesia, karena kebaya bisa dipakai oleh siapa saja tanpa ada sekat kelas sosial," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kebaya Jawa klasik seperti yang dikenal saat ini terdiri dari blus atau kebaya dengan bukaan tengah. Pinggiran blus akan dipeniti dengan bros tengah atau kerongsang di atas kain. Kemudian diperkuat dengan selempang pinggang angkin.

Di sisi lain, Indonesia sejatinya memiliki berbagai model kebaya sesuai daerah asalnya. Indiah mencontohkan, kebaya kutubaru memiliki model dengan bef atau kain penutup di bagian dada yang dikaitkan dengan lipatan bagian dada kiri dan kanan.

"Kebaya kutubaru diyakini berasal dari Jawa Tengah," jelasnya.

Selain itu, ada kebaya encim yang diyakini berasal dari budaya pakaian Tionghoa. Model kebaya ini tanpa bef serta biasanya dilengkapi renda atau bordir di bagian ujung badan dan lengan.

Menurutnya, encim yang sering disebut dengan "kebaya nyonya" merupakan pakaian tradisional di Malaysia dan Singapura. Namun, pakaian ini ada juga di Indonesia.

"Di Indonesia ada kebaya janggan yang mirip dengan cheongsam karena ada pengaruh dari China. Kebaya janggan populer di era Pangeran Diponegoro," lanjutnya.

Selain di Jawa, kebaya juga berkembang di wilayah Indonesia lainnya. Di Sumatera Barat dan Riau, kebaya yang dipakai adalah kebaya panjang disesuaikan dengan keyakinan untuk memenuhi syariat Islam.

Sementara di Bali, kebaya dipakai untuk tradisi ke pura dan acara adat. Ia menjelaskan, kebaya Bali dipakai dengan tambahan selendang yang dililitkan di perut. Ini berbeda dengan tradisi di Jawa berupa selendang panjang yang biasanya disampirkan di pundak.

Terkait perbedaan model kebaya ini, Indiah menegaskan bahwa pakaian merupakan bagian dari budaya yang bersifat cair, dinamis dan mengikuti kebutuhan serta tuntutan lingkungan hidup dan perubahan zaman.

Salah satunya dapat dilihat dari kemunculan kebaya modern atau kontemporer.

"Misalnya demi kepraktisan, bagian bawah kebaya dipakai dengan kain yang dibuat sebagai rok meskipun tetap tampilannya sebagai kain jarik," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/20/090000565/mengapa-dinamakan-kebaya-kartini-ini-asal-muasalnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke