Alzheimer's Indonesia memperkirakan, ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada 2016 di Indonesia. Angka ini akan meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050.
Sayangnya, meskipun pasien Alzheimer meningkat dengan cepat, masyarakat kurang memahami penyakit ini.
“Anda bisa melihat langsung ke sistem saraf dengan melihat ke bagian belakang mata, ke arah saraf optik dan retina,” ujarnya kepada CNN Health.
Karena bisa menunjukkan keadaan otak, para peneliti kemudian berusaha mencari tahu cara mendiagnosis penyakit Alzheimer melalui mata bahkan sebelum gejalanya terlihat.
Menurut Dr Richard Isaacson, seorang ahli saraf pencegahan Alzheimer di Institute for Neurodegenerative Diseases, Alzheimer sudah muncul di otak bertahun-tahun sebelum pasien mulai kehilangan ingatan.
Karena itu, semakin cepat dokter dapat mengidentifikasi penyakit ini, maka semakin cepat penderita bisa menjalankan gaya hidup sehat dan mengendalikan risiko tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Ia mengumpulkan sampel retina dan jaringan otak dari 86 donor manusia dengan penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif ringan selama 14 tahun.
“Studi kami adalah yang pertama memberikan analisis mendalam tentang profil protein dan efek molekuler, seluler, dan struktural dari penyakit Alzheimer di retina manusia dan bagaimana mereka berhubungan dengan perubahan otak dan fungsi kognitif,” katanya.
Para peneliti kemudian membandingkan sampel retina dari pendonor dengan fungsi kognitif normal, orang yang memiliki gangguan kognitif ringan, dan pasien Alzheimer stadium lanjut.
“Perubahan pada retina ini berkorelasi dengan perubahan di bagian otak yang disebut korteks entorhinal dan temporal, pusat memori, navigasi, dan persepsi waktu,” lanjut Koronyo-Hamaoui.
Hasilnya, ditemukan peningkatan beta amiloid atau kumpulan protein yang abnormal penyebab Alzheimer di retina pasien dan orang yang mengalami penurunan kognitif.
Selain itu, sel-sel mikroglia yang berfungsi memperbaiki dan memelihara sel lain serta membersihkan beta-amiloid dari otak dan retina milik orang dengan gangguan kognitif, juga menurun.
“Penanda peradangan juga ditemukan, yang mungkin merupakan penanda yang sama pentingnya untuk perkembangan penyakit,” kata Isaacson.
Para peneliti juga menemukan adanya sel kekebalan yang mengelilingi beta amiloid serta sel lain yang bertanggung jawab atas peradangan dan kematian sel dan jaringan tubuh.
Penyusutan jaringan dan peradangan pada sel-sel di pinggir retina adalah bukti yang paling menunjukkan status kognitif seseorang.
“Temuan ini pada akhirnya dapat mengarah pada pengembangan teknik pencitraan yang memungkinkan kita mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih awal dan lebih akurat,” kata Isaacson.
Menurutnya, temuan ini dapat membantu diagnosis Alzheimer meski pasien tidak atau kurang menunjukkan gejala penurunan kognitif.
Pemantauan lebih lanjut, sangat bisa dilakukan dengan melihat kondisi mata pasien.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/28/100000565/studi--tanda-pertama-alzheimer-ternyata-muncul-di-mata