Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Suporter Tim Sepak Bola Cenderung Agresif?

KOMPAS.com - Sebagian suporter acap kali dicap sangat fanatik pada tim sepak bola yang didukungnya.

Hal ini tidak jarang memicu perilaku agresif. Kegaduhan antarsuporter pun kerap terjadi karena tim yang didukung kalah maupun alasan lainnya.

Lantas, mengapa suporter tim sepak bola cenderung berperilaku agresif dan apa solusinya?

Asal fanatisme suporter

Menurut sosiolog Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono, suporter suatu klub sepak bola bukan hanya kelompok yang mendukung permainan tim favoritnya.

"Suporter adalah kelompok yang mengikat diri atau bersatu atas dasar solidaritas mekanik atau solidaritas yang dasarnya adalah perasaan," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/2/2023).

Ia menyebutkan, hal ini berbeda dari solidaritas organik di mana suatu kelompok berkumpul akibat memiliki kesamaan fungsi atau pemikiran.

Para suporter sepak bola dapat menyatu sebagai satu kelompok akibat ada emosi atau perasaan cinta yang dibagun terhadap klub favorit mereka.

Kecintaan ini terbentuk berdasarkan semangat untuk menjaga nama baik negara, daerah, maupun klub sepak bola tersebut.

"Nama baik negara, daerah, ataupun klub mengikatkan emosi (para suporter bola) sehingga mereka menjadi suatu kelompok yang sulit dipecah-pecah dengan kepentingan tertentu karena mereka cenderung sukarela," lanjutnya.

Drajat menjelaskan, para suporter ini secara sadar memperjuangkan reputasi, nama baik, atau kehormatan negara, daerah, maupun tim yang didukung.

"Mereka menyatu di situ dengan panggung depannya pemain dan ofisial, sedangkan panggung belakangnya adalah kesadaran kolektif mereka sendiri," kata Drajat.

Kenapa suporter tim sepak bola cenderung agresif?

Drajat menjelaskan, para suporter dapat berubah menjadi agresif saat klub sepak bola yang didukung kalah atau diremehkan, baik secara adil maupun tidak.

"Mereka juga merasa kayak diremehkan," ujarnya.

Perasaan diremehkan itu akan memicu rasa patriotisme atau keberanian membela yang mereka pikir benar demi diri sendiri.

Mereka akan membela klub favoritnya terlepas dari benar atau salah perbuatan itu. Kemudian, pembelaan itu ditunjukkan dengan melakukan tindakan agresif di lokasi pertandingan.

Kekecewaan kepada keputusan wasit, pemain lawan, ataupun permainan klub favorit mereka juga dapat mengakibatkan kerusuhan yang sama.

"Kasus Arema, misalnya, itukan kekecewaan mereka terhadap klubnya yang tidak serius menangani semua hal dengan baik sehingga mereka kemudian marah," ungkapnya.

Drajat menyebut, para suporter tidak bisa menunjukkan kemarahan dengan terjun bermain langsung dalam pertandingan.

Mereka hanya bisa meluapkan kejengkelan itu dengan melakukan kerusakan pada fasilitas umum yang ada atau bertengkar dengan pemain maupun ofisial di tengah lapangan.

"Agresi ini adalah suatu ekspresi dari kekecewaan dan dari ekspresi bagaimana mereka melihat keadilan di lapangan itu ditegakkan terhadap tim mereka," tambahnya.

Namun menurutnya, karena jumlah suporter banyak, kekecewaan itu bisa berubah menjadi aksi kerusuhan besar yang bahkan melibatkan ratusan orang.

Solusi menangani kerusuhan suporter

Drajat menyebutkan, paling tidak ada dua solusi untuk menghadapi agresivitas suporter tim sepak bola di Indonesia.

Solusi pertama, menurutnya, adalah perlu adanya edukasi atau literasi kepada para kelompok suporter.

Ia menyebut, pendukung tim sepak bola umumnya tergabung dalam satu kelompok besar suporter. Di sana, mereka akan diorganisir dan berlatih yel-yel dukungan untuk tim.

Selain itu, seharusnya kelompok suporter juga mengajarkan sikap-sikap positif saat mendukung klubnya.

"Mereka juga harus paham mengenai aturan, norma, sopan santun, maupun etika terhadap tindakan-tindakan suporter," jelasnya.

Menurutnya, kelompok suporter butuh memberikan edukasi dan literasi kepada anggotanya, serta memiliki pengorganisasian yang baik.

Hal ini dilakukan agar para suporter menjadi lebih cerdas dan bersikap rasional saat mendukung tim favorit mereka.

"Tentu ini mesti juga menjadi bagian dari tanggung jawab federasi sepak bola untuk menguatkan organisasi suporter agar menjadi lebih baik," tambahnya.

Drajat menyebut, solusi lainnya adalah dengan membentuk organisasi suporter skala besar yang berisi pendukung dari berbagai klub bola.

Menurutnya, perlu ada kolaborasi untuk mengorganisir antarkelompok suporter klub dari berbagai daerah. Hal ini dilakukan dengan membentuk komunitas suporter di tingkat nasional.

"Kalau mereka melewati satu daerah ke daerah lain, itu nanti bisa dibantu oleh kelompok organisasi suporter antardaerah," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/02/05/210000865/kenapa-suporter-tim-sepak-bola-cenderung-agresif-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke