Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sinergi Kopi-Tembakau dalam Narasi Budaya dan Lingkungan

Kopi dan rokok menjadi bagian dalam hubungan sosial budaya. Kedua komoditas tersebut tidak hanya mengandung nilai ekonomi, termaktub juga nilai sosial budaya sebagai simbol keeratan hubungan kekerabatan. Bahkan menjadi komponen dalam tradisi ritual dalam rupa sesajen.

Saya tidak sedang mengagungkan suatu komoditas tanaman, tidak juga menentang suatu kebijakan. Tulisan ini hanya menilik dinamika aspek budaya dan lingkungan yang menyertai penanaman kopi dan tembakau.

Festival Kopi Tembakau tahun 2022 digelar sejumlah penyelenggara. Setidaknya ada Festival Kopi Tembakau di Alun-alun Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Acara serupa juga ada di Kabupaten Situbondo Jawa Timur, Kabupaten Subang Jawa Barat. Selain itu ada Festival Mbako Kopi di Soropadan Agro Festival (Jawa Tengah).

Sinergi kopi-tembakau tidak hanya pada level konsumen. Interaksi kopi-tembakau juga terjadi di lahan. 

Mari simak sinergi keduanya di Kabupaten Temanggung. Kabupaten Temanggung merupakan sentra produksi kopi dan tembakau untuk Povinsi Jawa Tengah. Tahun 2021, produksi kopi di Jawa Tengah mencapai 27.206 ton. Kabupaten Temanggung memasok 10.925 ton atau 40.2 persen (diolah dari jateng.bps.go.id).

Begitupun komoditas tembakau. Produksi Jawa Tengah sebesar 57.645 ton. Dari jumlah itu, 18,1 persen atau 10.429 ton hasil bumi dari Kabupaten Temanggung.

Sinergi kopi-tembakau dalam narasi budaya

Budidaya tembakau di Kabupaten Temanggung melibatkan sejumlah ritual. Ritual among tebal dilakukan saat tanam tembakau. Tradisi ritual wiwit tembakau atau mbako sebagai penanda awal panen raya tembakau.

Melalui ritual tersebut, petani tembakau menempatkan diri sebagai bagian dari ekosistem alam, juga mendudukkan diri sebagai titah Sang Pencipta. Mereka hendak mengucap syukur seraya memohon berkat agar penanaman lestari menjadi bagian dari kesejahteraan.

Ada juga ritual unik mengawinkan pengantin tembakau. Tembakau jantan disebut kyai pulung sata dan tembakau betina bernama nyai srinthil. Tembakau srinthil adalah jenis lokal endemik Temanggung.

Festival Kopi Tembakau tahun 2022 merangkum peran kedua komoditas dalam aspek ekonomi maupun sosial budaya, melibatkan sejumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menggelutinya. Festival itu juga bagian dari merawat budaya lokal komponen kearifan masyarakat setempat.

Merebaknya gerai kopi dengan aneka skala usaha dan corak penyajian menjadi daya ungkit agribisnis kopi. Kualitas kopi sajian diawali dari penanganan di lahan. Maka, terjadi perubahan dalam pemeliharaan budidayanya.

Tembakau menyukai sinar matahari terbuka. Pengurangan naungan, lahan yang terbuka, dan curah hujan yang tinggi menjadikan lahan rentan erosi, terlebih di daerah berlereng. Kerusakan lahan pun meningkat.

Permasalahan lingkungan semakin kompleks. Untuk menggenjot produksi petani memberi pupuk dan pembasmi hama. Terjadi polusi karena kelebihan pupuk yang mengancam kualitas air tanah. Penurunan kualitas lahan tembakau terjadi.

Sejak tahun 2000 dilakukan inovasi budidaya. Introduksi tumpang sari antara kopi dengan tembakau. Hal itu berawal dari Desa Tlahap, Temanggung, Jawa Tengah.

Itu bukan usaha yang mudah. Penolakan terjadi karena keyakinan bahwa tembakau penyuka lahan terbuka.

Bersandar pada pendekatan sosial budaya bahwa tembakau dan kopi sebagai pasangan, hal itu perlahan diterima.  Jenis kopi yang dipilih adalah yang tidak terlalu rimbun percabangannya. Terpilihlah kopi kate, demikian masyarakat menyebutnya.

Perhitungan panen bergantian menjamin penghasilan berkelanjutan. Terjadi sinergi kopi-tembakau, paduan tanaman semusim dan tahunan. Hal itu kemudian disempurnakan dengan penguatan teras berundak dengan rumput. Rumput menjadi pakan ternak dan kotorannya dikembalikan sebagai pupuk kandang. Sistem menjadi lebih komplit. Sinergi antara kopi, tembakau, sayuran, dan ternak.

Limbah tanaman tembakau lalu difungsikan untuk pestisida botani. Menjaga tanaman sayuran berikutnya dari serangan organisme pengganggu tanaman yang berlebihan. Terjadi efisiensi dalam budidaya.

Pendekatan biosiklus terpadu diterapkan. Penutupan lahan meningkat, erosi karena hujan berkurang. Itu merupakan sinergi teknologi terpadu dalam pemeliharaan lingkungan secara ekologis. Waktu membuktikan kerja keras ini.

Tahun 2010 digaungkanlah sinergi tumpangsari tembakau- kopi dengan sebutan pola Tlahap, untuk mengingat desa yang mengawalinya. Masyarakat menyebutnya biji kopi beraroma tembakau. Diseminasi teknologi terjadi. Temanggung menjadi laboratorium pembelajaran budidaya tumpangsari kopi-tembakau.

Pembelajar berdatangan dari berbagai wilayah Indonesia maupun mancanegara. Kegiatan itu lalu menggandeng kelompok kerja dari kelompok sadar wisata (pokdarwis) berkreasi dengan agrowisata lokal, setidaknya pemuda karang taruna yang lebih responsif.

Tahun 2015, kami sempat mengajak kelompok tani dari desa di lereng barat laut Merapi yang memiliki agroekologi senada untuk belajar. Pola usaha juga senada yaitu tembakau, sayuran, dan ternak. Kami mengintegrasikan kopi dan tembakau pada satu hamparan.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/23/094906565/sinergi-kopi-tembakau-dalam-narasi-budaya-dan-lingkungan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke