Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Kematian Keluarga Burari, Saat 11 Anggota Keluarga Tewas Dalam Satu Rumah

KOMPAS.com - Misteri kematian 11 anggota keluarga di dalam satu rumah di Burari, New Delhi, India sempat menggegerkan publik pada 2018.

10 jasad anggota keluarga ditemukan bergelantungan di langit-langit berkawat dengan tangan diikat dan mata ditutup. Satu jenazah lainnya tergeletak di lantai dengan luka di leher.

Awalnya, polisi mengira ini adalah kasus pembunuhan. Namun, ada sesuatu yang lebih gelap yang menyebabkan kematian tragis tersebut.

Bagaimana kisah kematian 11 anggota keluarga Burari ini terjadi?

Penemuan jasad 11 anggota keluarga Burari

Dilansir dari The Hindu, (16/7/2018), polisi mengatakan, kesebelas mayat itu ditemukan pertama kali pada 1 Juli 2018.

Polisi pertama yang memasuki rumah Burari di mana 11 anggota keluarga Chundawat tewas adalah Kepala Polisi Burari, Rajeev Tomar.

Tomar tiba di lokasi pada 07.18 waktu setempat setelah ada laporan panggilan Police Control Room (PCR).

“Dalam karir saya selama 17 tahun sejauh ini, saya belum pernah melihat TKP seperti ini dan saya harap saya tidak harus melakukannya,” kata Tomar.

Bahkan, ia mendorong beberapa orang yang memadati jalan sempit dan mengambil langkah menuju TKP.

“Itu mengejutkan. Saya hanya tinggal selama 10-15 detik sebelum bergegas turun untuk memanggil senior saya. Saat itu saya tidak melihat tangan siapa yang diikat dan mata siapa yang ditutup. Saya hanya melihat banyak mayat bergelantungan, seperti dahan pohon,” ujar Tomar.

Kemudian, polisi mengidentifikasi identitas jenazah tersebut. Mereka terdiri dari:

  1. Narayan Devi, nenek (77 tahun)
  2. Anak Narayan Devi, Devi Pratibha (57 tahun)
  3. Anak Narayan Devi, Bhavnesh Bhatia (50 tahun),
  4. Anak Narayan Devi, Lalit Bhatia (45 tahun)
  5. Savita (48 tahun)
  6. Tina (42 tahun)
  7. Cucu, Priyanka (33 tahun)
  8. Cucu, Neetu (25 tahun)
  9. Cucu, Monu alias Maneka (23 tahun)
  10. Cucu, Dhruv alias Dushyant (15 tahun)
  11. Cucu, Shivam (15 tahun)

Tomar mengatakan, kesepuluh anggota keluarga itu bergelantung dalam formasi melingkar di atas langit-langit yang telah dipasang jaring-jaring besi.

Di antara posisi mayat itu, Pratibha bergelantung agak jauh dari anggota keluarga lainnya.

Kemudian mayat Narayan Devi ditemukan tergeletak di lantai ruangan sebelahnya dengan luka di leher.

Dia ditemukan dalam keadaan tidak bergelantung seperti anggota keluarganya yang lain.

Awal terungkapnya kasus kematian 11 anggota keluarga Burari

Awalnya polisi mengira kematian anggota keluarga ini karena kasus pembunuhan, karena anggota badan mereka terikat, mata ditutup, dan mulut disumpal.

Kemudian, penyidik menemukan 11 buku harian yang ditulis dengan catatan terperinci keseharian yang dilakukan mereka.

Berdasarkan catatan buku harian, polisi menduga itu adalah kasus ritual yang salah, yang mengarah ke apa yang disebut "bunuh diri massal".

Catatan pertama buku harian Lalit ditulis pada 8 Juli 2007 dan berakhir paada 30 Juni 2018.

Catatan buku harian terakhir menjelaskan ritual, aturan yang harus diikuti dan diharapkan oleh 11 anggota keluarga.

Polisi mengatakan buku harian itu didikte oleh Lalit yang percaya bahwa "roh" ayahnya Bhopal Singh yang meninggal pada 2007 berkomunikasi dengannya.

Roh itu memerintahkannya untuk melakukan "Badh tapasya (pemujaan pohon beringin)".

Kejanggalan bermula ketika pada 2004, Lalit sempat didorong ke beberapa lembar kayu lapis dan dibakar, beruntung dia selamat dalam tragedi itu.

Kejadian itu kemudian membekas dan menjadi trauma bagi Lalit hingga ia kehilangan suaranya.

Pada 2007, menjadi tahun yang sulit bagi Lalit, karena ayahnya meninggal karena penyakit pernapasan.

Namun, pada saat acara Garuda Purana selama 10 hari, suara Lalit kembali dan semua orang berkata "Ayah aa gaye (ayah telah kembali)".

Tetangganya, Naresh Yadav mengatakan bahwa suara Lalit bisa kembali berkat ayahnya datang dalam mimpi Lalit dan memintanya untuk melakukan persembahan pemujaan.

Tetangga dekat keluarga Lalit, Rita Sharma (62) mengatakan bahwa semenjak kematian Bhopal Singh, keluarga Chundawat itu melakukan ritual kirtan.

Sharma biasa diundang oleh anak-anak Lalit dan Bhavnesh untuk ikut serta dalam ritual kirtan.

Setiap malam sekitar jam 9 malam, mereka duduk bersama dan berdoa selama 15-30 menit.

"Anak-anak biasa memberi tahu saya bahwa 'Ayah ke aane ka time ho gaya (sudah waktunya kakek datang)," ujar Sharma.

Selama ritual, Lalit biasa duduk di depan. Selama bertahun-tahun ia telah menggantikan peran Bhopal Singh dalam keluarga.

Dituliskan dengan nada yang tegas hampir memarahi untuk semua anggota keluarga mengikuti instruksi.

Mereka didekte untuk melakukan rutinitas sehari-hari, sebagai cara untuk memperbaiki keuangan keluarga.

Catatan buku harian itu memiliki pengaruh besar pada cara semua anggota keluarga menjalani kehidupan mereka selanjutnya.

Dhruv alias Dushyant (15 tahun) dan Shivam (15 tahun) adalah dua remaja laki-laki yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai bagus dalam ujian.

Keduanya sangat menyukai sepeda motor dan mobil, yang tidak dimiliki keluarga mereka.

Menurut teman mereka, Jatin, keduanya biasa belajar setidaknya 2 jam sebelum pergi main di malam hari.

"Kami dulu bermain kriket dan bersepeda hampir setiap hari. Tetapi, entah kenapa mereka tidak datang bermain di minggu terakhir Juni (2018)," kata Jatin (15 tahun).

Jatin mengatakan baik Dhruv dan Sivan sangat "takut akan Tuhan" di bandingkan teman-teman seusia mereka.

"Pada hari Minggu mereka biasa menyembah matahari dengan mempersembahkan air. Anak laki-laki seusia kami biasanya tidak melakukan itu," kata Jatin.

Kasus psikosis bersama

Di sisi lain, tunangan Priyanka mengatakan, dia adalah wanita normal dan tidak pernah menyinggung tentang praktik "gaib".

Sebelumnya, dia juga tidak menunjukkan perilaku ingin bunuh diri.

Temuan-temuan membuat polisi percaya bahwa kematian 11 anggota keluarga itu menderita "psikosis bersama", lebih dari sekedar pengalaman gaib.

Psikosis bersama artinya bahwa keyakinan delusi ditransmisikan dari satu orang ke orang lain.

Dalam kasus ini, Lalit Bhatia (45 tahun) adalah orang yang mengalami delusi berbicara dengan ayahnya yang telah meninggal.

Keyakinannya kemudian didukung oleh anggota keluarga lainnya yang ikut percaya.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak situs web Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul "Kisah Kematian 11 Anggota Keluarga Burari India: Buah Ritual Pemujaan".

(Sumber: Kompas.com/Shintaloka Pradita Sicca | Editor: Shintaloka Pradita Sicca)

https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/14/153000665/misteri-kematian-keluarga-burari-saat-11-anggota-keluarga-tewas-dalam-satu

Terkini Lainnya

Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Tren
Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Tren
Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Tren
Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Tren
Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Tren
Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke