Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Merekayasa Kenyataan dengan Fotografi

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com – Tak hanya sebagai kenangan yang dimakan waktu, dengan mengambil foto suatu kejadian atau fenomena, kita dapat seolah-olah membuatnya abadi. Akan tetapi, berada di mana dunia fotografi? Kenyataan atau dunia imaji?

Dilansir dari Psychology Today, imajinasi adalah kemampuan unik manusia untuk mengeksplorasi segala ide yang wujudnya masih berada dalam pikiran.

Sementara kenyataan atau realitas, para filsuf umumnya kerap mendefinisikan kenyataan sebagai sesuatu yang tidak perlu dibuktikan keberadaannya. Pendek kata, hanya dengan menggunakan panca indra kita bisa mengetahui sesuatu tersebut nyata dan ada.

Fotografi sendiri kerap dikaitkan sebagai representasi dari kenyataan dan bahkan dapat memengaruhi persepsi masyarakat atas kenyataan.

Agan Harahap, seniman manipulator foto, mengungkapkan keterkaitan fotografi, imajinasi, dan masyarakat dalam siniar BEGINU bertajuk “Manipulasi Realita melalui Ilustrasi” yang dapat diakses melalui dik.si/BeginuXAgan2.

Agan menyatakan dirinya banyak mendapat banyak respon kala mengunggah foto Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) bersalaman dengan Habib Rizieq. Nyatanya, foto tersebut merupakan rekayasa yang Agan buat.

“Kan kita inginnya mereka damai,” ungkap Agan ketika ditanya bagaimana tanggapannya mengenai banyaknya respon terhadap foto yang dirinya unggah.

Terlepas dari banyaknya respon, baik yang positif maupun negatif, dapat diketahui adanya kesadaran masyarakat tentang fenomena politik dan apa yang mereka konsumsi, yakni Ahok yang divonis penjara akibat kasus penistaan agama di tahun 2016 silam.

Berawal dari pidato

Saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Ahok dianggap melakukan penghinaan. Itulah mengapa, sejumlah kelompok masyarakat melaporkannya. Setelah itu, ormas Front Pembela Islam (FPI) menggelar “Aksi Damai 411”.

Tidak jauh berselang, kembali diadakan “Aksi 2 Desember” atau yang lebih dikenal dengan “212” yang dipimpin langsung oleh Habib Rizieq Shihab dengan tuntutan mengusut tuntas kasus penistaan agama.

Kemudian, Ahok pun dipenjara dan masyarakat menjadi terpecah dua kubu. Ada yang mendukung Ahok dipenjara, sementara ada juga yang beranggapan bahwa Ahok difitnah oleh Buni Yani. Terjadi juga perang opini di media sosial yang kian brutal.

Ungkapan-ungkapan yang tidak etis dan tidak terkontrol keluar dari jari-jemari warganet. Tidak sedikit pula berita-berita palsu atau hoaks beredar dengan tujuan menyudutkan masing-masing kubu dan memecah belah masyarakat.

Berangkat dari fenomena ini, Agan melakukan manipulasi digital sebagai respon kejadian politik yang luar biasa. Agan menghadirkan realitas dengan mengunggah foto yang merepresentasikan bahwa Ahok dan Habib Rizieq telah berdamai.

Cermin realitas

Secara garis besar, fotografi dapat dilihat sebagai medium untuk menghadirkan fenomena di masyarakat melalui media visual. Fenomena yang hadir ini memantik seseorang yang melihat dalam memaknainya.

Oleh sebab itu, manipulasi foto yang dilakukan Agan adalah pembangunan realitas palsu dengan menggabungkan beberapa foto hingga menjadi sebuah (realitas) imaji baru.

Agan mencoba mendekonstruksi kenyataan adanya konflik antara Ahok dan Habib Rizieq dengan membentuk opini baru, yaitu Ahok dan Habib Rizieq telah berdamai.

Tentunya, opini baru yang dihadirkan Agan akan memantik beragam respon, terlebih keberadaan Instagram yang sepaket dengan kebudayaan yang ada di dalamnya.

Instagram sendiri merupakan media yang dijadikan kedua kubu dalam kontestasi dan pembentukan wacana. Kedua kubu berusaha sebaik-baiknya untuk memenangkan kontestasi sehingga dapat menentukan “benar-salah”.

Selain itu, munculnya berita-berita palsu yang digunakan untuk memecah belah masyarakat dan memojokkan satu sama lain membuat kenyataan semakin buyar.

Dalam keadaan ini, Agan mengambil momentum dengan karya manipulasi fotonya yang bisa dikatakan sebagai hoaks.

Jelas, karya palsu Agan akan memancing opini publik. Masyarakat juga jadi tergerak untuk membangun opini sendiri dan mencari tahu fakta sebenarnya.

Oleh karena itu, karya Agan ini dapat juga dilihat sebagai kritik atas masyarakat yang dapat dengan mudah percaya berita bohong tanpa mau melakukan validasi kesahihannya.

Masih banyak informasi perihal generasi muda dari Muhammad Faisal. Simak obrolan lengkapnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Manipulasi Realita melalui Ilustrasi” di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/29/073502965/merekayasa-kenyataan-dengan-fotografi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke