Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Video Viral Wisatawan Gunung Bromo Diminta Rp 50.000 Usai Ambil Video Kuda

Video tersebut diunggah oleh akun ini di media sosial TikTok pada Minggu (19/6/2022).

Dalam video tersebut, pengunggah membagikan pengalaman pahitnya saat berwisata ke Gunung Bromo.

"Kalau ke bromo hati-hati jangan syukur syukur ambil video. Ini pengalaman pahit saya. Midioin kuda orangnya malah malak saya 50ribu," tulis pengunggah.

"Tak suruh hapus malah enggak mau. Padahal banyak kuda lewat saya video enggak marah. Saya sebagai wisatawan sangat kecewa sekali. Tolong pada pengelola bromo. Dibrantas pemalak pemalak katak gitu," imbuhnya.

Video berdurasi 27 detik itu menampilkan seseorang yang sedang naik kuda di kawasan wisata Gunung Bromo.

Namun, tiba-tiba perekam video diberhentikan dan dimintai uang oleh pemilik kuda.

"Oh harus gitu ya?," tanya si perekam saat diminta untuk membayar Rp 50.000.

Wisatawan itu sempat menanyakan apakah ia tidak boleh merekam kuda tersebut. Namun, pemilik kuda tetap meminta wisatawan untuk membayar Rp 50.000.

"Loh, kok bisa gitu?," tanya si perekam.

"Lha sampeyan nyuting dari belakang ndak bilang-bilang. Uangnya mana?," tutur si pemilik kuda.

Meskipun wisatawan menawarkan agar si pemilik kuda menghapus video tersebut, pemilik kuda tetap meminta wisatawan untuk membayar nominal yang telah disebutkannya.

"Walaupun dihapus, uangnya mana?," tanya si pemilik kuda lagi.

Hingga Senin (20/6/2022), video tersebut telah ditonton oleh 3,8 juta pengguna akun TikTok. Video dapat dilihat di sini.

Penjelasan pihak pengelola

Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat mengungkapkan, video tersebut kemungkinan terjadi karena kesalahpahaman.

"Kalau saya liat dari videonya sepertinya kesalahpahaman kode etis, antara yang ambil video dengan yang bersangkutan (pemilik kuda). Sementara itu sih menurut saya," terang Sarif saat dihubungi Kompas.com (20/6/2022).

Kendati demikian, pihaknya mengaku tengah menyelidiki tindakan tersebut.

"Saya masih cross check," tutur Sarif.

Secara terpisah, Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Nandang Prihadi juga menyebutkan bahwa video tersebut terjadi lantaran adanya kesalahpahaman antara kedua pihak.

"Yang ambil video mengabadikan tanpa izin atau tanpa menyampaikan ke penyedia jasa kuda," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (20/6/2022).

Ia menambahkan, kesalahpahaman itu bisa terjadi lantaran penyedia jasa kuda merasa tersinggung atas tindakan wisatawan yang merekam secara diam-diam.

"Kan mestinya bilang dulu ke yang bersangkutan (penyedia jasa kuda)," ungkapnya.

Menurut Nandang, baik wisatawan maupun penyedia jasa wisata diimbau untuk menciptakan iklim kondusif saat berada di area wisata.

Misalnya, dengan menerapkan etika berwisata dan budaya timur yang berupa sopan santun.

"Sehingga, kejadian yang seperti itu tidak terjadi lagi dan bisa diselesaikan dengan baik," imbuh Nandang.

Tarif pungutan film komersial

Lebih lanjut, Nandang sempat menyinggung soal pungutan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2014.

Mengacu pada PP Nomor 12 Tahun 2014, terdapat PNBP tarif pungutan untuk film komersial. Tarif ini di luar karcis masuk kawasan,

"Kalau untuk kepentingan komersial yang kena PNBP. Kalau non-komersial ya enggak kena PNBP," tandas Nandang.

Adapun tarif snapshot film komersial meliputi:

  • Video komersial: Rp 10 juta per paket
  • Handycam: Rp 1 juta per paket
  • Foto: Rp 250.000 per paket

Pungutan tarif foto komersial itu akan diberikan bagi wisatawan yang melakukan foto prewedding hingga iklan.

Nantinya, pembayaran tersebut akan disetorkan ke kas negara sebagai PNBP.

Aturan tersebut telah diterapkan beberapa tahun ini tanpa permasalahan berarti.

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) juga telah memasang banner imbauan kepada pengunjung di sejumlah lokasi.

Banner ini berisi kontak aduan apabila terdapat pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/21/070000965/video-viral-wisatawan-gunung-bromo-diminta-rp-50000-usai-ambil-video-kuda

Terkini Lainnya

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke