Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral Unggahan Kebocoran Data Berimbas Penipuan Pengiriman Barang, Apa yang Harus Dilakukan?

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan mengenai adanya warganet yang mengalami kebocoran data dan berimbas pada modus penipuan pengiriman barang.

Informasi ini dibagikan oleh akun Twitter @makmummasjid pada Rabu (28/7/2021).

"Kebocoran data di udah gila sih. jadi gue nga pernah daftar, bahkan gue aja nga tau apa itu gcp card. tiba-tiba dapet sms, dan hari ini dapet chat dari kurir. gue cek trackingannya beneran ada yg ngirim padahal tau aja kaga gue. buat yg dapet kasus serupa jangan pernah terima," tulis akun Twitter @makmummasjid.

Dalam twit, ia juga membubuhkan beberapa foto tangkapan layar yang menunjukkan pesan dari oknum tidak dikenal.

Ada juga pesan yang memberi tahu link, nomor resi pengiriman barang beserta nominal uang yang harus dibayarkan oleh korban, dan pelacakan paket.

Hingga Kamis (29/7/2021), twit itu sudah diretwit sebanyak 430 kali dan disukai sebanyak 454 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lantas, seperti apa cerita korban, modus penipuan yang dipergunakan dan cara mengatasinya?


Saat dikonfirmasi, pengunggah yakni blogger bernama Renne Nesa Ando menjelaskan, ia mendapatkan SMS berupa link dan pemberitahuan bahwa dirinya akan dikirimkan GCP card pada Selasa (27/7/2021).

"Kronologinya hari Selasa saya dapat SMS berupa link dan pemberitahuan kalau saya akan dikirimkan GCP card. Padahal saya sebelumnya enggak pernah tahu GCP card itu apa," ujar Renne saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/7/2021).

Pada Rabu (28/7/2021), Renne menyampaikan, ada kurur yang mengirim chat WhatsApp menanyakan RT dan RW rumahnya.

"Karena saya tidak pernah memesan, saya meminta untuk paket dikembalikan, tidak mau menerima paket," lanjut dia.

Selain itu, Renne juga mengatakan, kurir memberikan nomor resi yang bisa dilacak, namun nama pengirimnya tidak diketahui.

Ia mengaku, sampai saat ini tidak ada kabar dari kurir tersebut.

"Kalau dilihat dari chat-nya sih, dia (kurir) bingung karena alamat enggak lengkap, makanya nanya RT dan RW," sambung dia.


Modus penipuan

Pemerhati keamanan siber, Yerry Niko Borang menyampaikan, modus penipuan yang digunakan seperti dalam unggahan tersebut diduga menggunakan kartu Global Crown Privilege (GCP).

Menurutnya, modus ini diiklankan di berbagai platform hiburan sebagai kartu yang berfungsi sebagai alat pembayaran.

"Biasanya kartu ini diiklankan atau disebut bisa dipakai bayar digerai manapun dengan diskon-diskon menarik," ujar Yerry saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/7/2021).

Yerry menjelaskan, tindakan itu merupakan kedok penipuan, karena kartu GCP ini sebenarnya tidak bisa dipergunakan.

Adapun korban bisa terjebak dengan modus ini dengan mengeklik tautan promo yang muncul di media sosial atau platform hiburan lain.

Terlebih jika korban masih login beberapa akun medsos di gawainya sembari mengeklik tautan promo tersebut.

"Sepertinya ada indikasi penipu mengsinkronisasi akun-akun sosial media dengan data pribadi yang bocor di online," kata Yerry.

"Sehingga penipu bisa dengan serta merta mengirim kartu ini ke alamat korban, meski korban tidak memasukkan alamatnya," lanjut dia.


Langkah antisipasi jika menerima paket yang tidak dipesan

Sementara, beberapa korban mungkin mengaku tidak pernah mengeklik apa pun, dan tidak melihat promo yang dikirimkan penipu kepadanya.

Artinya, kartu ini dikirim asal saja ke alamat korban, dan memaksa penerima membayar uang kirim dalam jumlah tertentu.

"Ini tindakan murni penipuan sih jatuhnya," ujar Yerry.

Lantaran modus ini sudah beredar di media sosial, Yerry mengimbau kepada masyarakat sebaiknya tidak menerima kartu atau paket yang kita yakin tidak pernah memesan barang apa pun.

Penjelasan ini juga penting disampaikan kepada seluruh anggota keluarga untuk tidak sembarang menerima paket yang tidak dipesan oleh anggota keluarga lainnya.

"Karena bisa saja paket datang saat kita tidak di rumah. Dianjurkan untuk segera menolak paket seperti ini," ujar Yerry.

Selain itu, jika paket sudah datang dan dibawa oleh kurir, sebaiknya kita atau anggota keluarga yang menerima paket tidak membuka paket dan memilih untuk mengembalikan barang tersebut.

Alternatif lain bisa dengan menyampaikan bahwa barang tersebut salah alamat atau mengakui kalau kita tidak memesan barang itu.

"Model penipuannya kecil-kecil ongkir Rp 50.000, tapi jika dikalikan dengan ribuan orang korbannya maka besar juga ini," imbuh dia.


Pemerintah diminta peduli dengan kebocoran data warganya

Selain itu, agar ponsel kita bisa bebas iklan atau mengantisipasi iklan nakal, Yerry menyarankan untuk tidak banyak instal software dan mengeklik promo iklan.

Sebab dengan mengeklik promo iklan, maka tindakan itu akan direkam dan menimbulkan iklan-iklain lain akan datang.

"Sebaiknya instal antivirus gratis di ponsel. Hal ini akan cukup ampuh menangkal iklan nakal. Misalnya saat kita mencari video dan tontonan gratis, antivirus setidaknya akan menjaga saat kita melakukan aktivitas yang rentan," kata Yerry.

Di sisi lain, Yerry juga berpesan kepada pemerintah dan lembaga konsumen agar lebih peduli terhadap kasus penerobosan dan pemakaian data pribadi.

Sebab, kasus-kasus yang terjadi belakangan ini sudah ditaraf yang memprihatinkan.

Bahkan, tanpa konsumen melakukan apa pun bisa terkena penipuan.

"Ini murni kejahatan data pribadi. Perlu dibongkar dan ditelusuri sebelum model ini semakin banyak dan kerusakan makin parah," imbuh dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/29/170500965/viral-unggahan-kebocoran-data-berimbas-penipuan-pengiriman-barang-apa-yang

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke