Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Saat Covid-19 Telah Menginfeksi Pendaki Gunung Everest...

KOMPAS.com - Pemandu gunung Everest, Buddhi Bahadur Lama, telah menghabiskan berhari-hari diisolasi di tenda setelah dinyatakan positif terkena virus corona.

Ia merupakan satu dari empat orang dalam tim ekspidisinya yang diduga terinfeksi Covid-19 di kaki gunung Everest dan jumlahnya terus bertambah.

"Ini bukan hanya masalah kami, itu terjadi di sebagian besar tim di base camp sekarang," kata Buddhi, dikutip dari AFP, Sabtu (29/5/2021).

Lusinan dugaan kasus Covid-19 telah diterbangkan ke luar daerah dan setidaknya dua perusahaan telah membatalkan ekspedisi setelah anggota tim dinyatakan positif.

Akan tetapi, pihak berwenang Nepal belum mengakui satu kasus pun di gunung tersebut, dengan taruhan tinggi bagi industri pariwisata negara itu.

Buddhi merasakan gejala lama Covid-19 yang ringan, tetapi beberapa di antara pendaki mengalami gejala lebih parah.

Cuaca yang lebih hangat mengantarkan kondisi yang lebih aman untuk mendaki Everest dan puncak Himalaya lainnya.

Sayangnya, kondisi itu bertepatan dengan gelombang baru infeksi Covid-19 di Nepal, dengan rata-rata 8.000 kasus sehari dan sistem kesehatan negara kewalahan.

Selama dua bulan terakhir sejak musim pendakian dimulai, lebih dari 1.000 pendaki gunung, sementara lebih dari 350 telah mencapai puncak sejauh musim ini.

Virus corona menjadi ancaman utama bagi para pendaki di tengah kesulitan untuk bernapas di dataran tinggi.

Pejabat di klinik kamp mengatakan lebih dari 30 orang telah diterbangkan karena masalah kesehatan dalam beberapa pekan terakhir.

Beberapa telah memposting diagnosis Covid-19 mereka di media sosial.

Namun, pemerintah mengatakan tidak mengetahui adanya kasus apa pun.

"Kami telah meminta perusahaan dan pejabat untuk melapor kepada kami jika mereka memiliki kasus Covid-19, tetapi belum ada yang menyerahkan apa pun. Kami memerlukan laporan resmi," kata kepala Departemen Pariwisata Nepal Rudra Singh Tamang.

"Jika orang dinyatakan positif di Kathmandu, sulit untuk mengatakan di mana mereka tertular," sambungnya.

Kurangnya transparansi di antara penyelenggara ekspidisi tentang kasus-kasus Covid-19 juga menjadi kendala pemerintah.


Hidup dalam risiko

Penyelenggara ekspedisi Austria Lukas Furtenbach yang merupakan orang pertama yang membatalkan ekspedisi, mengatakan telah menyampaikan laporan kepada pemerintah.

"Ada wabah dan ada bukti untuk itu. Tapi pemerintah menyangkal wabah ini dan mempertaruhkan nyawa kami dan nyawa rakyat mereka sendiri, suku Sherpa," katanya.

Pekan lalu Furtenbach sedang menunggu untuk memulai pendakiannya.

Timnya yang terdiri dari 19 pendaki telah memulai perjalanan aklimatisasi ketika virus menyerang.

Satu orang dalam kelompok tersebut dinyatakan positif Covid-19 dengan alat tes cepat dan keesokan harinya tiga Sherpa juga diketahui positif.

Akhirnya, delapan orang dalam ekspedisi itu ditemukan memiliki Covid-19, dengan tujuh dikonfirmasi oleh tes PCR di Kathmandu.

Furtenbach percaya mereka terinfeksi di gunung ketika berhubungan dekat dengan tim lain.

Perusahaan juga telah membantu tim pendaki lain untuk menguji virus tersebut dan dua orang telah menunjukkan hasil positif.

Nepal mengalami pukulan telak bagi industri pariwisatanya tahun lalu ketika pandemi memaksa penutupan total sektor pendakian gunung.

Tanpa pendaki asing, Sherpa dan pemandu lainnya kehilangan sumber pendapatan utama mereka.

"Jika kita berpikir secara finansial, banyak yang membutuhkan pendapatan tahun ini, tetapi kehidupan itu penting dan mungkin, akan lebih baik jika tidak naik musim ini," kata Kunga Sherpa.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/29/160500165/saat-covid-19-telah-menginfeksi-pendaki-gunung-everest-

Terkini Lainnya

Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Tren
Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Tren
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Tren
Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Tren
Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Tren
Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Tren
Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Tren
Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Tren
Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Tren
Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke