Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Susan B Anthony, Pejuang Hak Pilih Perempuan

Susan B. Anthony merupakan pejuang hak pilih perempuan berkebangsaan Amerika Serikat (AS). Ia merupakan tokoh terkemuka, hingga perjuangannya diabadikan dalam mata uang AS.

Sosoknya ada pada koin dollar baru pada tahun 1979. Susan pun menjadi perempuan pertama yang digambarkan pada mata uang AS.

Bagaimana sepak terjang Susan B. Anthony dan perjuangannya atas hak politik perempuan di AS? Berikut profilnya.

Masa kecil

Susan B. Anthony lahir pada 15 Februari 1820, di Adams, Massachusetts. Ia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara.

Ia lahir dari kalangan cukup berada. Orangtuanya pemilik pabrik kapas lokal. Dua saudaranya meninggal dunia.

Dilansir dari Britannica, Susan menjadi anak yang dewasa sebelum waktunya. Ia belajar membaca dan menulis pada usia tiga tahun.

Pada 1826, keluarganya pindah dari Massachusetts ke Battensville, New York. Susan dikirim untuk belajar di sekolah Quaker, dekat Philadelphia.

Susan dibesarkan dalam keluarga Quaker yang menekankan pendidikan moral yang kuat sejak dini, serta mengambil peran pada bidang-bidang sosial.

Setelah bisnis ayahnya gagal pada akhir 1830-an, Anthony kembali ke rumah untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan.

Dia mendapatkan pekerjaan sebagai guru. Keluarga Anthonys pindah lagi ke sebuah peternakan di daerah Rochester, New York, pada pertengahan 1840-an.

Gerakan Abolisionis

Saat pindah ke Rochester, keluarga Susan terlibat dalam perjuangan untuk mengakhiri perbudakan, yang juga dikenal sebagai gerakan abolisionis.

Melansir Biography.com, peternakan mereka berfungsi sebagai tempat pertemuan bagi para abolisionis terkenal seperti Frederick Douglass.

Pada saat yang sama, Susan diberi tanggung jawab sebagai kepala departemen perempuan di Akademi Canajoharie selama dua tahun.

Ia kemudian meninggalkan Akademi Canajoharie pada tahun 1849, dan mencurahkan waktunya untuk masalah sosial. Salah satunya upaya untuk menghentikan produksi dan penjualan alkohol.

Susan terinspirasi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan saat berkampanye melawan alkohol. Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk berbicara dalam konvensi karena identitas gendernya sebagai seorang perempuan.

Susan menyadari bahwa tidak ada yang akan menganggap serius suara perempuan. Ia menyadari, suara perempuan tidak dapat didengar dalam dunia politik kecuali mereka memiliki hak untuk memilih.

Perjuangan hak pilih perempuan

Pada sebuah konferensi anti-perbudakan pada 1851, Susan bertemu dengan Elizabeth Cady Stantondi. Keduanya memiliki keresahan yang sama mengenai suara dan pendapat perempuan di dunia politik.

Dilansir dari History.com, kedua perempuan ini kemudian mendirikan Masyarakat Temperance Perempuan New York, setahun kemudian.

Mereka memperjuangkan hak-hak perempuan, serta membentuk Komite Hak Perempuan New York.

Susan mulai membuat petisi agar wanita memiliki hak atas properti dan hak pilih dalam pemilu. Dia melalang buana sambil berkampanye atas nama perempuan.

Pada 1856, Susan bekerja sebagai agen untuk American Anti-Slavery Society. Setelah Perang Saudara usai, Susan kembali fokus pada hak-hak perempuan.

Ia mendirikan American Equal Rights Association pada 1866, menyerukan agar hak yang sama diberikan kepada semua orang tanpa memandang ras atau jenis kelamin.

Bersama Elizabet, kawan seperjuangannya, Susan menerbitkan media cetak mingguan The Revolution pada 1868. Media tersebut memiliki tagline "Laki-laki adalah hak mereka, dan tidak lebih; perempuan adalah hak mereka, dan tidak kurang."

Perjuangan di akhir hidup

Merasa perjuangannya tak digubris, Susan mengkuti Pemilu Presiden AS secara ilegal pada 1872.

Susan ditangkap dan didenda 100 dollar AS, yang sampai akhir tidak pernah dibayar olehnya.

Di tahun-tahun terakhir masa hidupnya, Susan tidak pernah menyerah pada perjuangannya untuk hak pilih perempuan.

Pada tahun 1905, Susan sempat bertemu dengan Presiden Theodore Roosevelt di Washington, DC, untuk melobi amandemen yang memberi perempuan hak untuk memilih. Akan tetapi, Susan meninggal sebelum sempat melihat terbitnya amandemen tersebut.

Susan meninggal pada 13 Maret 1906 saat berusia 86 tahun di rumahnya di Rochester, New York.

Melansir The New York Times, tepat sebelum kematiannya, Susan memberi tahu temannya Anna Shaw, "Untuk berpikir saya telah lebih dari 60 tahun berjuang keras untuk sedikit kebebasan, dan kemudian mati tanpa (kebebasan), itu tampak begitu kejam."

Penghargaan

Empat belas tahun setelah kematian Susan, Amandemen ke-19 Konstitusi AS yang memberikan hak pilih kepada semua wanita dewasa, baru disahkan.

Kini, pemilu di AS tidak hanya mewadahi suara dari laki-laki atau orang kulit putih saja. Semua warga, baik perempuan maupun kulit hitam mendapat hak suara yang setara dalam pemilihan umum.

Amandemen ini tidak akan pernah terwujud tanpa perjuangan Susan selama sekitar 60 tahun hidupnya.

Sebagai pengakuan atas dedikasi dan kerja kerasnya, Departemen Keuangan AS menempatkan potret Anthony pada koin dolar pada tahun 1979, menjadikannya wanita pertama yang mendapat kehormatan tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/15/113500965/hari-ini-dalam-sejarah--mengenang-susan-b-anthony-pejuang-hak-pilih

Terkini Lainnya

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke