Mereka yang melakukan perburuan adalah warga Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel). Mereka mengklaim batu rak bernilai jual karena mengandung timah.
Warga satu desa itu beramai-ramai mencari batu tersebut di lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang terletak di desa tersebut, sejak tiga hari yang lalu.
Kepala Desa Kimak, Mustofa, membenarkan adanya aktivitas warga yang beramai-ramai mencari batu rak.
Akan tetapi, dia menyebutkan, batu rak bukan barang yang baru bagi masyarakat di desa itu. Batu tersebut sudah dikenal warga setempat sejak masa Bangka Belitung menjadi sentra tambang timah terbesar di Indonesia.
"Lahan ini kan tanah wakaf untuk pemakaman umum. Sejak 10 tahun yang lalu kami sudah tahu kalau di sini ada kandungan batu rak itu," kata Mustofa saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/2/2021).
Berawal dari anak-anak yang kumpulkan batu
Hanya saja, Mustofa mengatakan, dulu warga tidak diizinkan untuk mengambil batu-batu yang mengandung timah itu.
"Nah beberapa hari terakhir kemarin, anak-anak kecil ini (7-10 tahun) banyak yang gali. Namanya anak-anak, mereka main, dapat sekilo-dua kilo (batu rak)," ujar Mustofa.
"Kalau dibiarkan, manfaatnya juga enggak ada. Akhirnya kami sepakat dengan pihak yayasan masjid, tokoh agama, dengan ahli waris yang mewakafkan ini, bagaimana kalau kita bebaskan saja (mencari batu rak)," kata dia.
Mustofa mengatakan, sekitar 500 orang warga Desa Kimak kini aktif melakukan pencarian batu rak di lahan TPU setiap hari.
Dia menambahkan, aktivitas pencarian batu rak tersebut dibatasi hanya untuk warga Desa Kimak.
Selain itu, dia juga memastikan bahwa aktivitas warga mencari batu rak tidak mengganggu atau merusak pemakaman, karena pencarian dilakukan di lahan yang masih kosong.
Dalam waktu tiga hari terakhir, warga Desa Kimak sudah mengumpulkan sekitar 5 ton batu rak.
Meski demikian, dia tidak dapat memastikan berapa total nominal uang yang diperoleh warga dari kegiatan menjual batu rak selama beberapa hari terakhir ini.
Mustofa mengatakan, dia hanya bertindak dalam hal memberi izin kepada masyarakat untuk mencari batu rak, dan tidak terlibat dalam hal transaksi batu itu.
Mustofa mengatakan, aktivitas pencarian batu rak yang dilakukan oleh warga dilakukan secara manual, dan menggunakan peralatan yang sederhana.
"Ini kan enggak dalam, lingkungan enggak rusak. Cuma sekitar setengah meter. Pakai cangkul, pakai parang, manual," kata Mustofa.
Menurut dia, aktivitas mencari dan menjual batu rak ini menjadi suatu berkah tersendiri bagi masyarakat Desa Kimak di tengah pandemi Covid-19.
"Kami berikan kebebasan pada masyarakat. Biar pahala yang wakaf juga mengalir," ujar dia.
"Keamanan terjaga, kondusif, enggak ada yang rebutan. Kalau Desa Kimak ini, Insya Allah kami dalam keadaan kondusif lah," kata Mustofa.
Apa itu batu rak?
Dr. Iwan Setiawan dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, ia tak bisa memastikan seperti apa batu rak tanpa melihat sampel batu tersebut terlebih dahulu.
Akan tetapi, Iwan menduga, jika benar batu tersebut mengandung bijih timah, maka batu itu sebetulnya adalah mineral kasiterit.
"Kalau itu ditemukannya di dekat permukaan, kemungkinan itu endapan timah yang bisa disebut rombakan. Batuan timah yang berasal dari daerah mana kemudian diendapkan di sana, di dekat permukaan," kata Iwan saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/2/2021).
Penjelasan selengkapnya bisa dibaca pada artikel ini:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/153600265/warga-desa-ini-berburu-batu-rak-dalam-3-hari-terkumpul-5-ton-dijual-rp