Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berbahayakah Tidur dengan Kipas Angin Menyala Sepanjang Malam?

Untuk menyiasati cuaca panas yang melanda, banyak orang yang memanfaatkan berbagai teknologi pendingin udara, salah satunya adalah kipas angin.

Tidak jarang, alat itu dinyalakan atau diaktifkan sepanjang hari di ruangan-ruangan, termasuk kamar ketika tengah beristirahat tidur malam.

Lantas, amankah penggunaan kipas angin semalam suntuk sehingga ada aliran udara yang secara terus-menerus menghantam tubuh?

Melansir Dawn Study, sesungguhnya tidur dengan menyalakan kipas angin memiliki pro dan kontra yang sudah lama menjadi perdebatan panjang.

Sisi positif yang bisa diambil, adanya kipas angin yang menyala bisa membuat suhu ruangan menjadi lebih dingin, sehingga orang yang ada di dalamnya tidak akan merasa kepanasan.

Bayangkan, tidur dengan kondisi tubuh yang penuh dengan keringat. Pasti tidak nyaman, di situlah kipas angin bermanfaat.

Ditambah lagi dengan aliran angin yang diembuskan secara beraturan, itu tidak akan mengganggu istirahat seseorang, karena suara atau gelombang yang dihasilkan menimbulkan "white noise" kebisingan yang menyebabkan tidur menjadi lebih nyenyak.

Berdasarkan Sleep Advisor, penggunaan kipas saat tidur malam juga bisa mengontrol suhu ruangan, yang sesungguhnya panas, menjadi nyaman.

Tidak hanya ruangan yang menjadi dingin, tetapi juga kasur busa yang digunakan untuk tidur.

Kasur yang mungkin saja akan berubah panas ketika sudah lama digunakan dan terkena panas tubuh, bisa menjadi tidak terlalu panas dengan adanya kipas.

Sirkulasi udara yang baik juga menjadi hal positif lain yang dihasilkan oleh kipas. Jadi, udara di dalam ruangan itu bergerak dan tidak jenuh atau engap.

Namun, kita juga disuguhkan sisi buruk dari kegiatan tidur dengan kipas angin menyala ini.

Akibat buruk, hal yang paling ringan dari keberadaan kipas angin saat beristirahat adalah suaranya yang terkadang membuat seseorang terganggu dan tidak bisa segera tertidur lelap.

Tapi alasan satu ini sering kali dikesampingkan daripada harus tidur basah karena keringat.

Dan berikut ini adalah sejumlah efek negatif yang bisa didapatkan seseorang dari menyalakan kipas angin saat tidur malam:

1. Picu serangan asma

Risiko ini akan semakin nyata ketika penggunaan kipas angin dibarengi dengan membuka jendela ruangan.

Bukan adanya angin dari dua sumber berbeda yang jadi masalahnya, melainkan debu yang masuk kemudian terkumpul dan terhambur oleh putaran baling kipas angin.

Arah hamburan debu-debu ini tentu menuju badan orang yang ada di hadapannya.

Di sinilah penggunaan kipas angin akan membahayakan orang yang memiliki asma dan alergi terhadap debu.

2. Membuat kering

Tidak bisa dipungkiri, adanya angin yang dihasilkan alat ini membuat kulit orang yang ada di sekitarnya menjadi kering.

Tidak hanya itu, jika kita tidur dalam kondisi mulut atau mata yang terbuka, kipas angin akan membuat dua bagian tubuh yang semestinya lembab dan basah itu menjadi kering.

Mulut akan memiliki bau yang tidak sedap, sementara mata bisa menjadi iritasi.

Sesungguhnya ini risiko ini bisa diminimalisir dengan penggunaan humidifier di dalam ruangan berkipas.

3. Sebabkan sakit otot

Angin yang berembus secara konstan dan terus-menerus dapat menyebabkan otot-otot tubuh tegang dan kram.

Risiko ini akan meningkat apabila arah angin dari kipas ini difokuskan ke area leher dan wajah.

Jadi, tidak jarang orang yang bangun tidur bukannya mendapat badan yang segar, malah mengalami sakit di bagian leher. Bisa jadi, kipas angin ini adalah penyebabnya.

Namun terlepas dari itu semua, untuk menggunakan atau tidak menggunakan kipas angin tentu menjadi hak masing-masing orang.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/203655865/berbahayakah-tidur-dengan-kipas-angin-menyala-sepanjang-malam

Terkini Lainnya

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu 'Fuel Card' Mulai 1 Agustus

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu "Fuel Card" Mulai 1 Agustus

Tren
9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan 'Flower Moon'

9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan "Flower Moon"

Tren
Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Tren
Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Tren
Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke