Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mohammed bin Salman, Pangeran Saudi yang Dikaitkan dengan Pembunuhan Jamal Khashoggi

Namun, pejabat PBB itu, Agnes Callamard mengaku tidak punya bukti terhadap MBS. Menurut dia, urusan perintah dan penghasutan pembunuhan, MBS adalah tersangka utamanya.

"Begini, saya pikir dia adalah tersangka utama dalam hal menentukan siapa yang memerintahkan atau yang menghasut pembunuhan. Dia ada dalam skema. Secara pribadi, saya (memang) tidak memiliki bukti yang menunjuk kepadanya sebagai (orang) yang telah memerintahkan kejahatan," kata Callamard, yang juga seorang pengacara hak asasi manusia yang terkenal, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

Berikut profil Mohammed bin Salman.

Mohammed bin Salman memiliki nama lengkap Muhammad ibn Salman ibn Abd al-Aziz, lahir pada 31 Agustus 1985.

Dia adalah anggota keluarga Kerajaan Saudi yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan (2015–sekarang) dan putra mahkota Saudi (2017–sekarang).

Melansir Britannica, MBS adalah putra Raja Saudi Salman bin Abdulaziz dan istri ketiganya Fahdah bint Falah ibn Sultan. Sejak berusia muda, MBS tertarik pada pemerintahan, mengikuti jejak ayahnya, dan tetap sadar tentang citra dirinya.

Sepanjang perjalanan kariernya, Mohammed bin Salman belajar bagaimana berkomunikasi dengan para pejabat tinggi untuk menghindari kecerobohan.

MBS menamatkan bangku kuliah di Universitas King Saud di Riyadh, Arab Saudi, dengan gelar sarjana hukum pada tahun 2007.

Dia kemudian mendirikan sejumlah perusahaan dan organisasi nirlaba yang dimaksudkan untuk mempromosikan kewirausahaan di kerajaan.

Pada 2009, ia menjadi penasihat formal untuk ayahnya, yang saat itu menjadi gubernur Riyadh. Ketika Salman menjadi putra mahkota pada 2012, sebagai putranya yang tepercaya, MBS, ikut bersamanya.

Dalam hitungan bulan menjabat, MBS melancarkan intervensi militer yang agresif dalam perang saudara Yaman.

Dikenal sebagai Operation Decisive Storm, kampanye ini dimaksudkan untuk memberikan keunggulan bagi pemerintahan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi terhadap pemberontakan Syiah Houthi di utara negara itu.

MBS juga ditugaskan di perusahaan minyak negara Saudi Aramco dan Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, badan pembuat kebijakan utama negara untuk pembangunan ekonomi.

Dia berusaha untuk membuat Aramco melantai di bursa saham dengan penawaran umum perdana (IPO) dan memulai inisiatif pengembangan negara yang berani.

Salah satunya adalah Saudi Vision 2030 yang dirancang untuk menarik investasi asing untuk industri di luar sektor energi.

Putra Mahkota yang ambisius

MBS diangkat menjadi putra mahkota pada Juni 2017 dan tidak membuang waktu untuk mengejar tujuan-tujuannya yang ambisius.

Pada November 2017, puluhan pangeran Saudi, pemimpin bisnis, dan pejabat senior ditangkap. Manuver itu disebut sebagai pembersihan anti-korupsi.

Namun, karena orang-orang yang ditahan adalah beberapa tokoh terkaya dan paling kuat di negara ini, termasuk mega-miliarder Pangeran al-Waleed bin Talal bin Abdulaziz Al Saud, banyak pengamat menduga tujuan sebenarnya dari manuver tersebut adalah untuk mengamankan kekuasaan di tangan MBS.

Sebagian besar orang yang ditahan akhirnya dibebaskan, tetapi hanya setelah mereka melepaskan sebagian kendali bisnis mereka kepada negara atau membayar miliaran dolar.

Pemerintah Saudi diyakini telah mengumpulkan lebih dari 100 miliar dollar AS dari manuver tersebut.

Pembunuhan Jamal Khashoggi

Pada Oktober 2018, MBS dicurigai mengatur pembunuhan atas Jamal Khashoggi, seorang jurnalis terkemuka dan kritikus pemerintah yang sedang diasingkan.

Khashoggi juga pernah menjabat sebagai penasihat dan pembantu duta besar Saudi.

Atas perintah MBS, para agen Saudi membujuk Khashoggi ke konsulat Saudi di Istanbul, tempat mereka menyiksa dan membunuhnya.

Peristiwa tersebut membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berang dan memimpin protes terhadap pembunuhan yang dilakukan di tanah Turki.

Pembunuhan Khashoggi juga mengungdang keprihatinan internasional tentang kedaulatan negara dan hak asasi manusia.

Meski keluarga kerajaan terus berkilah atas peristiwa itu, tetapi citra MBS di luar negeri telah ternoda.

MBS sekali lagi menahan sesama anggota keluarga kerajaan Saudi pada Maret 2020. Dikatakan bahwa penahanan dilakukan karena adanya penyelidikan atas dugaan pengkhianatan.

Para tahanan termasuk para pangeran yang dekat dengan tahta, termasuk saudara Raja Salman, Ahmad dan Muhammad ibn Nayif, mantan putra mahkota yang posisinya telah digantikan oleh MBS.

Menikmati hidup mewah

Melansir Business Insider, meski tidak diketahui secara pasti jumlah harta kekayaan yang dimiliki oleh MBS, namun diketahui bahwa dia mengendalikan sebagian kekayaan keluarga kerajaan yang diperkirakan mencapai 1,4 triliun dollar AS.

Mohammed bin Salman juga mengendalikan Saudi Aramco, perusahaan paling berharga di dunia yang mencapai rekor valuasi tertinggi 2 triliun dollar AS setelah go public pada Desember 2019.

Hal itu menjadikan Saudi Aramco perusahaan paling berharga di dunia, melampaui kapitalisasi pasar raksasa AS terbesar, termasuk Microsoft, Apple, dan induk Google, Alphabet.

Valuasi Aramco bahkan lebih besar dari gabungan Berkshire Hathaway, Facebook, dan Amazon.

Perusahaan itu mengumumkan pendapatan 68 miliar dollar AS dalam sembilan bulan pertama tahun 2019, menjadikannya perusahaan paling menguntungkan di dunia.

Ia juga diketahui menikmati gaya hidup mewah dan memiliki selera tinggi untuk barang-barang mahal.

Dia telah menghabiskan kekayaannya untuk membeli kapal pesiar senilai 500 juta dollar AS, chateau Perancis senilai 300 juta dollar AS, dan lukisan Leonardo da Vinci senilai 450 juta dollar AS.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/13/104500565/mohammed-bin-salman-pangeran-saudi-yang-dikaitkan-dengan-pembunuhan-jamal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke