Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemetaan MKKI: Diperkirakan 6.600 Staf Pengajar dan PPDS Terpapar Covid-19

KOMPAS.com - Hingga saat ini, angka kematian dokter atau tenaga medis lain akibat Covid-19 masih terus bertambah.

Berdasarkan catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), per 27 April 2020 sudah 25 dokter meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena keberadaan dokter dan ahli medis saat ini sangat dibutuhkan di tengah pandemi virus corona untuk menangani pasien yang jumlahnya terus melonjak.

Peran penanganan pasien juga dilakukan rumah sakit pendidikan.

Mengutip kolom yang dituliskan Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) Prof. David S. Perdanakusuma, rumah sakit pendidikan menjadi tumpuan harapan penanganan Covid-19.

Namun, tetap mempertahankan kelangsungan proses pendidikan.

Dalam memberitakan layanan, Peserta Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) termasuk menjadi tenaga andalan.

Keterlibatan PPDS dan para staf pengajar dalam penanganan Covid-19 dengan segala risiko yang harus dihadapi.

Berdasarkan pemetaan MKKI, diperikirakan ada 6.600 staf pengajar dan PPDS yang terpapar Covid-19.

Ribuan staf pengajar dan tersebar di 17 Institusi pendidikan.

"Data pemetaan tersebut memperkirakan 6.600 staf pengajar dan PPDS terpapar Covid-19, tersebar di 17 institusi pendidikan," demikian Prof. David.

Pemetaan dilakukan pada periode 17 April hingga 9 Mei 2020 terhadap 3.079 staf pendidik dan 8.369 PPDS mewakili 16 universitas yang merupakan institusi pendidikan dokter spesialis.

Selain itu, dalam pemetaan ini dilibatkan pula 27 dari 35 kolegium/pengampu keilmuan dan 162 dari 252 program studi pendidikan dokter spesialis.

Dari pemetaan ini, tergambar besarnya risiko terpapar Covid-19 pada staf pengajar dan PPDS.

Berikut data pemetaan yang dilakukan MKKI:

Data staf pengajar

  • 16,1 persen berstatus orang tanpa gejala (OTG)
  • 2,3 persen berstatus orang dalam pemantauan (ODP)
  • 0,1 persen berstatus pasien dalam pengawasan (PDP)
  • 0,4 persen terkonfirmasi positif Covid-19.

Secara keseluruhan terdapat 18,9 persen staf pengajar terpapar Covid-19.

Data PPDS

Sebesar 21,5 persen PPDS terpapar Covid-19, rinciannya:

  • 15,9 persen OTG
  • 4,4 persen ODP
  • 0,5 persen PDP
  • 0.8 persen terkonfirmasi positif. 

Menurut MMKI, secara keseluruhan di Indonesia diperkirakan ada kurang lebih sekitar 4.500 staf pengajar dan sekitar 13.000 orang PPDS.

Pasien non-covid dan rekan dokter

Faktor itu bukan karena kekurangan alat perlindungan diri (APD) seperti yang selama ini diasumsikan, melainkan karena menangani pasien Covid -19 yang tidak bergejala (OTG).

"Hal yang sering terjadi adalah memghadapi pasien dengan diagnosis non-covid. Namun, tanpa diketahui juga disertai Covid-19 yang tidak bergejala," kata David.

Faktor lain yang juga berpotensi sebagai cumber paparan virus terhadap dokter adalah interaksi dengan rekan sejawatnya yang merawat pasien Covid-19.

"Bisa juga keterpaparan karena berinteraksi dengan sejawatnya dalam tim kerja yang sebelumnya kontak dengan pasien Covid-19. Jadi keterpaparan bisa dari pasien dan sejawat dokter tanpa gejala," kata dia.

Menurut David, dokter-dokter yang terinfeksi bahkan meninggal dunia akibat Covid-19 cenderung bukan dokter yang menangani langsung pasien Covid-19.

"Dokter yang meninggal kebanyakan justru bukan dokter yang menangani Covid-19 secara langsung. Namun, menangani kasus lain yang ternyata ada Covid-nya, seperti kasus bedah," ujar David.

Kondisi seperti itu tidak terduga sehingga jarang ada persiapan yang dilakukan oleh dokter tersebut saat bersinggungan dengan pasien.

Alasannya, karena pasien tidak menunjukkan gejala infeksi virus corona.

Sebaliknya, dokter yang menangani pasien positif Covid-19 justru terbilang jauh lebih aman, karena segala sesuatunya sudah diketahui dan dipersiapkan. 

"Menghadapi pasien Covid-19 sudah ada protokol perlindungannya sehingga praktis dokter yang menangani Covid-19 lebih jarang terinfeksi karena sudah tahu dan waspada. Jadi, tempat yang dianggap berbahaya karena berhadapan dengan pasien Covid-19 justru paling aman karena sudah ada persiapan perlindungan, baik fasilitas maupun APD-nya," jelas David.

Sementara, tempat perawatan non-covid menjadi lebih berbahaya karena kemungkinan adanya pasien Covid-19 yang belum terdeteksi atau terkonfirmasi, namun tenaga medis tidak dengan perlindungan diri yang memadai.

Mereka dinilai kelelahan menghadapi banyaknya pasien, sehingga menurunkan imunitas tubuh sehingga memudahkan virus masuk.

Namun, menurut David, hal itu tidak sepenuhnya benar.

"Faktor kelelahan adalah kekhawatiran karena jumlah pasien meningkat, dokter makin terpapar," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Akibat massifnya paparan virus yang diterima para dokter, membuat mereka harus mengkarantina dan mengisolasi diri.

Hal ini membuat jumlah dokter yang bertugas menjadi semakin terbatas, padahal jumlah pasien sebaliknya, semakin menningkat.

"Perbandingan jumlah pasien dengan jumlah dokter akan membuat pertahanan sistem kesehatan makin terdesak. Bila tidak dijaga, akan runtuh pertahanan tersebut," kata David.

Namun, menurut dia, meningkatnya angka kasus positif bukan sesuatu yang perlu terlalu dikhawatirkan.

Angka-angka itu muncul karena banyaknya uji atau tes yang dilakukan sehingga menghasilkan temuan yang juga besar.

"Waktu yang lalu mungkin sudah banyak (yang terinfeksi), tapi tidak terkonfirmasi positif karena tesnya masih terbatas. Dengan banyak pengetesan akan didapat hasil yang lebih banyak yang diketahui positif," ujar dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/19/155128365/pemetaan-mkki-diperkirakan-6600-staf-pengajar-dan-ppds-terpapar-covid-19

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke