Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Homo Sapiens, Homo Humanus, Homo Deus Mengeroyok Corona

SECARA mikrobiologis, mahluk hidup tak kasat mata yang disebut sebagai virus memiliki posisi taksonomik khusus.

Virus bukan tanaman, bukan satwa bahkan bukan bakteria prokrayotik atau organisme bersel-tunggal tanpa nuklei sehingga lazimnya virus memiliki wilayah “kerajaan”nya sendiri.

Bahkan dapat dikatakan bahwa virus bukan organisme sebab pada hakikatnya mereka bukan mahluk hidup yang mampu mandiri berkembang-biak melakukan proses metabolika tanpa sel lain sebagai tuan-rumah.

Lazimnya virus terdiri dari nucleid acid sebagai DNA (deoxyribonucleic acid) atau RNA (ribonucleic acid) dan protein.

Faktor infektif berbentuk virus ekstraselular disebut sebagai virion yang mengandung minimal satu protein unik yang disintesisasi oleh gen spesifik di dalam nuklei acid sang virus sendiri.

Pada dasarnya virus memang jenis mahluk parasitis maka mustahil mampu hidup tanpa sel lain sebagai tuan rumah kos-kosan sang virus.

Makhluk hidup

Terlepas dari penjelasan mikrobiologis tentang virus, pada dasarnya virus adalah sejenis mahluk hidup yang memiliki naluri untuk mempertahankan diri untuk hidup termasuk juga mengembang-biakan diri.

Maka pada hakikatnya virus seperti mahluk hidup lainnya memiliki hak asasi untuk hidup dan bertahan hidup.

Sama halnya dengan para mahluk hidup bersifat predatoris serta parasitis, virus juga memiliki naluri untuk mengeksploatir bahkan membinasakan mahluk hidup lain demi bertahan hidup di alam semesta ini.

Celakanya, jenis mahluk hidup yang dirusak bahkan dibinasakan oleh naluri bertahan hidup virus termasuk jenis yang disebut sebagai manusia.

Maka pada belahan awal dasawarsa kedua pada abad duapuluhsatu, virus yang dijuluki sebagai Corona alias Covid-19 berjuang untuk bertahan hidup dengan merajalelakan diri sebagai wabah yang menghinggapi sel-sel di dalam tubuh manusia di segenap pelosok planet bumi.

Mengeroyok

Sampai saat naskah ini ditulis , virus Corona sudah berjaya mengganggu kesehatan lebih dari tiga juta manusia serta menewaskan lebih dari duaratus ribu orang.

Sebaliknya mahluk hidup jenis manusia juga tidak tinggal diam namun gigih berjuang mewujudkan naluri kodrati untuk mempertahankan kesehatan demi bertahan hidup ke dalam sikap dan perilaku upaya preventif, promotif, dan kuratif terhadap ancaman angkara murka pagebluk Corona.

Tampaknya umat manusia sudah sadar bahwa Homo Homini Lupus mustahil mampu melawan Corona!

Maka Homo Sapiens, Homo Humanus dan Homo Deus perlu dipersatukan demi mengeroyok virus Corona.

Homo Sapiens memiliki keunggulan daya ketimbang mahluk hidup lain-lainnya termasuk Covid-19 yaitu daya pemikiran mencari jalan ke luar dari ancaman marabahaya yang dihadapi dengan menggunakan muslihat unsur peradaban seperti metode, sistem dan teknologi.

Homo Humanus memiliki keunggulan daya bela-rasa dan kesetiakawan-sosial antara sesama manusia untuk bergotong-royong saling menolong, saling membantu, saling mendukung dalam menghadapi pageblug Corona.

Unggul terhadap para mahluk hidup lain-lainnya, Homo Deus memiliki daya kemauan dan kemampuan untuk berdoa memohon perkenan Yang Maha Kasih melimpahkan kekuatan lahir batin kepada umat manusia agar mampu berjaya dalam perjuangan bersama menaklukkan dan menumpas Covid-19. Amin.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/29/114709765/homo-sapiens-homo-humanus-homo-deus-mengeroyok-corona

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke