Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita WNI tentang Toleransi Warga Australia Saat Menjalani Ramadhan di Negeri Kangguru

KOMPAS.com - Seluruh umat muslim di dunia mulai menjalankan ibadah puasa sejak tanggal 1 Ramadhan kemarin. Di Indonesia sendiri, 1 Ramadhan jatuh pada Jumat (24/4/2020).

Dalam menjalankan ibadah puasa, tidak semua negara merasakan suasana yang sama. Perbedaan budaya, komunitas muslim dan kondisi negara menjadikan suasana Ramadhan dan berpuasa berbeda-beda. 

Salah satunya di Australia. Selain banyak warga dari Amerika dan Eropa, di negara tersebut juga banyak pendatang dari Asia dan Timur Tengah.

Lalu, bagaimana pengalaman WNI menjalani berpuasa di negara-negara tersebut? Apa saja yang berbeda dengan di Indonesia?

Puasa 11 jam

Salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang pernah tinggal di Australia Ninda Ratnasari, menceritakan bagaimana menjalani puasa di Negeri Kangguru tersebut.

"Puasa di Australia memang singkat. Hanya sekitar 11 jam. Tahun kemarin bertepatan dengan winter, jadinya malam lebih panjang dari siang," kata Ninda saat dihubungi Kompas.com (26/4/2020).

Ninda tinggal selama dua tahun pada 2018-2019 di Sydney, kota terbesar di Australia, sehingga merasakan dua kali ibadah puasa negara tersebut.

Dia berada di Australia untuk melanjutkan studi pascasarjana di University of Sydney dan menemani suaminya yang bekerja di sana.

Dia menceritakan waktu berpuasa di Australia memang lebih singkat dibandingkan di Indonesia yang rata-rata 13 jam.

"Imsak sekitar pukul 05.30 pagi. Buka puasa pukul 5 sore, kadang lebih lambat beberapa menit tergantung negara bagian," ujar perempuan alumnus UNY itu.

Meskipun dirasakan lebih ringan dengan durasi puasa yang lebih pendek, namun menurut Ninda untuk dirinnya berasal dari negara tropis puasa tahun lalu saat musim dingin juga menjadi tantangan.

"Pas winter dinginnya minta ampun. Padahal inginnya minum dan makan yang hangat-hangat. Jadinya perbanyak makan menu daging pas sahur, baju dingin yang proper, dan sebisa mungkin ada di ruangan hangat terus. Itu lumayan membantu," tuturnya.

Toleransi

Meskipun hanya dua tahun di Australia, dia merasakan suasana berpuasa di Australia tidak kalah menyenangkan dengan di Indonesia.

Dia menyebutkan, mayoritas muslim di Australia berasal dari negara seperti Pakistan, Lebanon, Bangladesh dan negara-negara Timur Tengah lainnya.

"Lebih simpel dan euforia-nya tidak seperti di Indonesia. Idul Fitri biasanya kami cuti setengah hari. Pagi solat Id, habis itu balik kuliah atau kerja kerja lagi. Tapi satu hal yang luar biasa di Australia adalah toleransi," kata dia.

Dia menceritakan, tetangga flat tempat tinggalnya yang warga asli Australia kerap mengirimi makanan buatan sendiri selama bulan puasa.

"Native Australian itu baiknya minta ampun dan sangat toleran. Mereka tahu kalau pas bulan ramadan lalu papasan dengan muslimah berhijab, misalnya, pasti diucapin "Ramadan mubarak dear"," tuturnya.

Suasana dan keramahan itu yang membuatnya berkesan selama menjalani ibadah puasa di Australia. 

Selain itu, council atau semacam bupati atau walikota juga datang ke masjid saat Idul Fitri untuk berpidato dan menyampaikan selamat.

Suasana Ramadhan

Untuk salat tarawih, di Sydeny ada sejumlah masjid komunitas Arab, Pakistan, Bangladesh. Rakaat salatnya mayoritas 8 rakaat belum termasuk shalat witir.

Tak hanya itu, di setiap masjid pasti selalu ada kurma, air zamzam, roti dan makanan untuk tajil berbuka puasa.

Mengenai kuliner Ramadhan, di Sydney dekat tempat tinggalnya, ada satu suburb yang menjadi semacam pusatnya komunitas muslim di Australia, namanya Lakemba.

DI tempat itu ada semacam pasar Ramadhan hampir sebulan penuh.

"Suasana mirip Jogokaryan di Yogyakarta. Makanan khasnya yang pasti ada burger unta, sama kebab, sambosa, nasi mandi, nasi kebuli dan macam-macam hidangan daging ala Middle East," tutur dia.

Sejak pandemi virus corona, Ninda dan suami serta beberapa teman-teman WNI lainnya banyak yang pulang ke Indonesia beberapa bulan lalu.

"Hampir tiga bulan ini sudah di Jogja selama Covid-19, visa kami belum bisa diperpanjang soalnya karena pandemi ini," ungkapnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/26/194500065/cerita-wni-tentang-toleransi-warga-australia-saat-menjalani-ramadhan-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke