Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Melawan Corona: Alasan Kenapa Tak Perlu Panik

VIRUS Corona terdeteksi di Indonesia. Dua warga yang dinyatakan positif Virus Corona dirawat di RS Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Sementara enam pasien suspect menjalani isolasi di rumah sakit penyakit infeksi tersebut.

Menyusul diumumkannya kasus Covid-19 di Tanah Air, beberapa warga menunjukkan gejala panic buying dengan memborong barang-barang kebutuhan pokok.

Masker dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) telah lebih dulu langka di pasaran karena diburu masyarakat. Jika pun ada, harganya melambung berkali lipat.

Di Istana Kepresidenan, Selasa (3/3/2020), Presiden Joko Widodo meminta masyarakat tak perlu panik belanja karena pemerintah menjamin ketersediaan barang-barang.

Menghadapi penyebaran Virus Corona, masyarakat sebenarnya tak perlu merasa khawatir secara berlebihan apalagi panik. Kepanikan yang memicu tindakan irasional justru akan membuat keadaan lebih buruk.

Yang perlu dilakukan adalah menggali informasi yang benar seputar Virus Corona dan penyakit yang ditimbulkannya dari sumber-sumber terpercaya dan mencernanya dengan pikiran jernih. Pengetahuan yang cukup akan membuat kita waspada dan bertindak rasional dalam mencegah diri kita tertular Virus Corona.

Alasan tak perlu khawatir berlebihan

Banyak alasan yang seharusnya membuat kita tak perlu khawatir secara berlebihan.

Jika menilik data, hingga Selasa (3/3/2020), Virus Corona telah menulari 91.320 orang secara global (Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE).

Sebanyak 80.151 orang di antaranya, atau 88 persen, tinggal di negara China. Di luar China, virus ini menulari 11.169 orang atau 12 persen dari total orang yang tertular secara global.

Artinya, bagi warga Indonesia yang tinggal di Tanah Air, kemungkinan tertular Virus Corona sangat-sangat jauh lebih kecil dari mereka yang tinggal di negeri China.

Kepanikan dan kekhawatiran yang terjadi di China tidak seharusnya ditiru oleh masyarakat yang tinggal di Tanah Air.

Situasi yang terjadi di Indonesia jauh berbeda dari apa yang terjadi di China. Karenanya, tindakan pencegahan yang dilakukan pemerintah Cina seperti mengisolasi seluruh kota (lock down) tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan akan terjadi di Indonesia.

Secara global, pasien yang meninggal karena Covid-19 (dari 91.320 orang yang tertular) sejauh ini 3.118 orang. Dengan demikian, tingkat kematian Covid-19 adalah 3 persen dan tingkat kesembuhan 97 persen.

Dibandingkan Covid-19, tingkat kematian pada kasus flu burung jauh-jauh lebih tinggi (50-80 persen). Begitupun pada kasus MERS (35 persen) dan SARS (10 persen).

Artinya, bagi orang yang tertular Virus Corona, kemungkinan sembuh dari penyakit ini sangat besar (97 persen).

Dengan kata lain, kemungkinan Virus Corona menyebabkan kematian pada penderitanya sangat kecil (3 persen).

Tren penurunan

Jika menilik data kasus baru dan kesembuhan secara global, penularan Virus Corona menunjukkan tren penurunan pada saat ini dibandingkan awal Februari lalu.

Rata-rata kasus baru per hari sepanjang 1-10 Februari 2020 adalah 3.130 kasus. Sementara sepanjang 23 Februari-3 Maret 2020, rata-rata kasus baru per hari 1.279.

Begitu pun angka kesembuhan menunjukkan tren peningkatan secara konsisten hingga saat ini.

Artinya, bisa jadi wabah Corona telah melewati masa puncak dan kini perlahan menghilang, seperti yang terjadi pada wabah SARS pada 2003 lalu.

Benar adanya apa yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, bahwa musuh utama yang dihadapi saat ini bukanlah Virus Corona itu sendiri, namun ketakutan, rumor/berita bohong, dan stigma.

Lantas, bagaimana tindakan bersama dalam menangani Virus Corona?

Saksikan pembahasannya di talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (4/3/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/04/091207865/perang-melawan-corona-alasan-kenapa-tak-perlu-panik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke