KOMPAS.com - Penyebaran virus corona yang berasal dari Kota Wuhan, China, terus meluas hingga benua Eropa.
Dilaporkan, sebanyak 106 penderita terjangkit virus corona dari 16 negara.
Sebagai pencegahan, sejumlah masyarakat menggunakan masker bedah agar tidak tertular virus berkode 2019-nCov ini.
Lantas, apakah masker bedah yang kita gunakan mampu menghentikan penyebaran virus?
Berdasarkan pemberitaan BBC, salah seorang ahli virologi menyebut bahwa ia skeptis mengenai keefektifan penggunaan masker bedah untuk menangkal virus corona di udara.
Meski begitu, masker bedah dapat membantu mencegah penularan dari tangan ke mulut.
Adapun masker bedah pertama kali diperkenalkan ke rumah sakit pada akhir abad ke-18, namun mereka tidak melakukan transisi untuk digunakan publik sampai wabah flu Spanyol pada1919 yang kemudian membunuh lebih dari 50 juta orang.
Sementara itu, dokter spesialis Mikrobiologi Klinik dari Universitas Indonesia (UI), dr. R. Fera Ibrahim mengungkapkan, umumnya masker bedah digunakan untuk pembedahan supaya terhindar dari percikan darah.
"Masker bedah umumnya digunakan untuk pembedahan supaya terhindar dari percikan darah atau cairan tubuh dan mencegah penularan dari pengguna masker yang lain," ujar Fera saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/1/2020).
Menurutnya, penggunaan masker bedah untuk mencegah virus corona dinilai kurang efektif.
"Tidak secara efektif melindungi pengguna masker dari penularan virus," kata dia.
Sebab, ada bagian yang tidak terlindungi, seperti mata.
Meski begitu, Fera mengatakan lebih baik menggunakan masker bedah daripada tidak menggunakan sama sekali.
Untuk perlindungan tubuh, Fera menyarankan kepada masyarakat menggunakan masker N95.
Menurutnya, masker N95 dapat digunakan untuk melindungi diri dari penularan agen infeksius termasuk virus.
"N95 memang dibuat untuk melidungi pengguna dari penularan airbone transmission," katanya lagi.
Area terbuka
Adapun masker N95 juga dapat diperoleh di apotek-apotek terdekat.
Di sisi lain, masker bedah juga dinilai masih terlalu longgar untuk melindungi diri dari penularan virus.
Karena masker bedah tidak memiliki saringan udara dan membiarkan area mata terbuka.
Sementara itu, dari penelitian profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham di Inggris, Jonathan Ball, disebutkan masker bedah sama baiknya dalam mencegah infeksi influenza sebagai respirator yang dibuat khusus.
Respirator, yang cenderung memiliki filter udara khusus, dirancang untuk melindungi saluran pernapasan terhadap partikel-partikel udara yang memiliki potensi bahaya.
Namun, saat melihat keefektifannya dalam populasi umum, masker tersebut kurang efektif untuk menjaga tubuh dalam jangka waktu yang lama.
Pola hidup bersih dan sehat
Sementara itu, dokter dari Wellcome-Wolfson Institute for Experimental Medicine di Queen's University Belfast, Dr Connor Bamford lebih mengimbau masyarakat agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menurutnya, tindakan tersebut jauh lebih efektif untuk mencegah tubuh dari penularan virus.
"Menutup mulut saat bersin, mencuci tangan, dan tidak meletakkan tangan ke mulut sebelum mencucinnya, dapat membantu mencegah risiko terkena virus yang menyerang saluran pernapasan," ujar Bamford.
Adapun, jika masyarakat ingin lebih terhindar dari penularan virus, ia menambahkan, masker harus dipakai dengan ketentuan yang benar.
Sering mengganti masker yang lama dengan baru dan membuangnya dengan benar agar virus yang menempel di masker tidak menyebar.
"Orang akan lebih baik untuk fokus pada kebersihan pribadi dan kebersihan tangan," imbuhnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/29/133750965/cegah-penyebaran-virus-corona-dengan-masker-bedah-efektifkah