Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BPPT Pakai Teknologi Penyemaian Awan untuk Atasi Kebakaran Hutan, Apa Itu?

Selain jarak pandang yang semakin terbatas, asap dari kebakaran juga menyebabkan penyakit dan mengganggu aktivitas masyarakat.

Salah satu cara untuk menanggulangi asap dan karhutla adalah dengan menerapkan penyemaian awan (cloud seeding) atau kerap disebut oleh masyarakat sebagai hujan buatan.

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto menuturkan, penyemaian awan adalah teknologi modifikasi cuaca untuk menambah atau mengurangi curah hujan.

"Jadi penyemaian awan atau dikenal orang hujan buatan ya, padahal namanya teknologi modifikasi cuaca itu ada untuk menambah atau mengurangi curah hujan," ucap Seto menjawab Kompas.com, Senin (16/9/2019).

Adapun untuk menanggulangi kebakaran hutan, maka teknologi modifikasi cuaca diperlukan untuk menambah curah hujan. Seto mengatakan, untuk mengurangi dampak karhutla maka bisa dilakukan setiap hari tergantung keberadaan awan di daerah tersebut.

Namun, untuk menerapkan modifikasi cuaca dengan teknik ini, maka salah satu hal yang diperlukan adalah keberadaan awan. Tanpa adanya awan, maka penyemaian akan sulit dilakukan.

Sebelum melakukan penyemaian, maka sebelumnya, petugas di lapangan akan mengukur parameter cuaca, temperatur, kelembapan, hingga tekanan, dan parameter lain untuk memprediksi kemungkinan tumbuhnya awan.

Kemudian setelah keberadaan awan terdeteksi, maka selanjutnya akan dilakukan penyemaian dengan menggunakan bahan semai.

Bahan semai ini bersifat higroskopik atau menyerap air sehingga bisa meningkatkan proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan. Dengan demikian, proses ini nantinya bisa mempercepat terjadinya hujan.

"Lalu muncul awan kita membawa bahan semai menggunakan pesawat, kita masukkan ke dalam awan, nanti awannya akan lebih aktif kemudian bisa menjadi hujan dan hujannya akan lebih banyak," kata Seto.

Menurut Seto, kondisi awan di suatu tempat dipengaruhi oleh pola angin. Dia menambahkan, pola itu akan menentukan arah uap air. Jika angin terpantau dalam kondisi baik, maka uap air akan berkumpul lalu naik ke atas dan terbentuk menjadi awan.

"Kalau pola anginnya tidak mendukung, maka uap air yang ada tidak pernah terbentuk menjadi awan," ucap dia.

Adapun untuk pesawat, Seto menambahkan, harus menggunakan pesawat yang memiliki sertifikasi untuk penyemaian awan.

"Jadi biasanya saat musim-musim transisi kami lakukan modifikasi cuaca untuk mengisi waduk, untuk macam-macam," ucap Seto.

Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi adanya kebakaran khususnya di lahan gambut. Seto menambahkan, kebakaran hutan yang terjadi sering disebabkan oleh dua hal, yaitu lahan yang dalam kondisi kering dan adanya oknum yang sengaja membakar.

Untuk kondisi lahan kering, teknik penyemaian awan dapat diterapkan untuk membasahi lahan gambut.

"Kalau musim kemarau, ya gambut-gambut itu harus dibasahi, airnya dibanyakin dengan penyemaian awan. Jadi agar gambut tidak kering jadi agar tidak mudah terbakar dan tidak mudah terjadi kebakaran yang tidak terkendali," tutur dia.

Sementara untuk menangani kebakaran yang saat ini terjadi, Seto mengatakan, pihaknya sudah melakukan pencegahan dan penanganan dengan teknik ini sejak lama. Namun karena adanya kendala akibat pesawat yang bermasalah membuat prosesnya sempat berhenti.

Setelah itu, Seto mengatakan, pihaknya akan melakukan penyemaian awan di wilayah Riau setiap hari. BPPT lewat akun Twitter-nya mengatakan jika saat ini pihaknya sedang melakukan penyemaian awan di Riau dan wilayah Sumatera Selatan.

"Lama tidak melakukan penyemaian, kemudian kami mulai lagi 12 September kemarin dan ada hasilnya," ucap dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/17/170000265/bppt-pakai-teknologi-penyemaian-awan-untuk-atasi-kebakaran-hutan-apa-itu-

Terkini Lainnya

Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Beda Surat Tilang Asli Polisi dan Penipuan yang Dikirim ke WhatsApp

Tren
Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Sepak Bola dan Nasionalisme Kita

Tren
Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Media Asing Soroti Kekalahan Indonesia dari Irak, Sebut Skuad Garuda Bermain Sangat Baik

Tren
Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Singapore Airlines Bayar Ganti Rugi Penumpang Rp 42 Juta karena Kursi Pesawat Tak Bisa Direbahkan

Tren
Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Tren
Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke