Dalam nalar ini, manusia memiliki kekuasaan untuk mengontrol ciptaannya sendiri sebagaimana Tuhan memiliki kewenangan menentukan takdir atas ciptaannya.
Dalam nalar keagamaan (Islam), manusia tidak mungkin dan tidak akan bisa bersaing dengan Tuhan. Dalam diri manusia, ada desain Tuhan berupa ruh.
Istilah ruh, hati, jiwa, dan akal adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan. Ruh adalah inti kehidupan yang mengarahkan al-Qalb, al-Nafs, al-Aql, dan iman yang ditebar oleh Tuhan dalam dada manusia.
Ruh adalah kepercayaan Tuhan untuk menjadi saksi perbuatan baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
Maka, karena manusia secara eksistensial memiliki ruh yang dapat mengendalikan arah kebaikan dan arah keburukan, teknologi secanggih apapun dapat dikendalikan arahnya.
Andai saja prediksi Stephen Hawking itu benar bahwa AI akan menjadi faktor kerusakan bumi, peringatan al-Qur’an (QS. Ar Ruum: 41) tentang kerusakan bumi oleh ulah tangan manusia patut direnungkan kembali.
Dalam peringatan ini, al-Qur’an mengajak untuk kembali kepada Pencipta. Maksudnya menyadari eksistensi manusia dan kehidupannya untuk memakmurkan bumi dan seluruh peradaban manusia.
Singkatnya, untuk menjinakan AI diperlukan kesadaran eksistensial manusia sebagai “makhluk berpikir”, “makhluk etis”, “makhluk spiritual” sebagaimana pesan Aristotels dan Albert Einstein.
Dan jalan kembali kepada Tuhan adalah jalan yang bisa menyelematkan kehidupan manusia dan peradabannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.