Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Mukti
Dosen

Dosen Fisafat dan Pemikiran Islam

Nalar Kritis Keagamaan dan Upaya Penjinakan "Artificial Intelligence"

Kompas.com - 11/05/2024, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam nalar ini, manusia memiliki kekuasaan untuk mengontrol ciptaannya sendiri sebagaimana Tuhan memiliki kewenangan menentukan takdir atas ciptaannya.

Dalam nalar keagamaan (Islam), manusia tidak mungkin dan tidak akan bisa bersaing dengan Tuhan. Dalam diri manusia, ada desain Tuhan berupa ruh.

Istilah ruh, hati, jiwa, dan akal adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan. Ruh adalah inti kehidupan yang mengarahkan al-Qalb, al-Nafs, al-Aql, dan iman yang ditebar oleh Tuhan dalam dada manusia.

Ruh adalah kepercayaan Tuhan untuk menjadi saksi perbuatan baik dan buruk dalam kehidupan manusia.

Maka, karena manusia secara eksistensial memiliki ruh yang dapat mengendalikan arah kebaikan dan arah keburukan, teknologi secanggih apapun dapat dikendalikan arahnya.

Andai saja prediksi Stephen Hawking itu benar bahwa AI akan menjadi faktor kerusakan bumi, peringatan al-Qur’an (QS. Ar Ruum: 41) tentang kerusakan bumi oleh ulah tangan manusia patut direnungkan kembali.

Dalam peringatan ini, al-Qur’an mengajak untuk kembali kepada Pencipta. Maksudnya menyadari eksistensi manusia dan kehidupannya untuk memakmurkan bumi dan seluruh peradaban manusia.

Singkatnya, untuk menjinakan AI diperlukan kesadaran eksistensial manusia sebagai “makhluk berpikir”, “makhluk etis”, “makhluk spiritual” sebagaimana pesan Aristotels dan Albert Einstein.

Dan jalan kembali kepada Tuhan adalah jalan yang bisa menyelematkan kehidupan manusia dan peradabannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com