Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2024, 07:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masalah pesawat bekas dapat dibicarakan dan dituntaskan di warung kopi. Kalau dipaksakan dibahas di debat capres, maka akan melebar kemana-mana, misalnya, mendefinisi ulang istilah "bekas", yang menurut saya malah menjadi absurd.

Heraclitus mengatakan bahwa segala sesuatu berubah terus menerus (universal flux). Apakah kita siap menyambut perubahan itu?

Saya yakin bapak-bapak capres pernah membaca buku Sun Tzu (Son-shi dalam bahasa Jepang), yaitu buku tentang strategi perang.

Zaman sekarang, buku ini banyak dibaca dan diaplikasikan bukan untuk peperangan, namun dalam bidang bisnis atau manajemen. Misalnya, Bill Gates salah satu pendiri Microsoft dan Larry Ellison pendiri Oracle menyatakan banyak belajar dari buku Sun Tzu.

Tiongkok, tempat lahirnya Sun Tzu tentu sudah menerapkan strategi penting yang ditulis sejak 2500 tahun lalu.

Hal penting atau intisari dari Sun Tzu adalah, melakukan perang, tetapi tanpa peperangan.

Strategi perang tanpa melakukan peperangan, sudah dijalankan sejak lama oleh negara tirai bambu. Contohnya kebijakan OBOR (One Belt One Road), yang merupakan pengejawantahan jalur perdagangan sutra kuno pada masa ini.

Belum lagi dengan strategi nasionalnya "Made in China 2025", yang ingin bertransformasi dari sekadar "pabik dunia" dengan fokus pada tenaga kerja murah untuk produksi peralatan elektronik teknologi rendah, menjadi produsen elektronik teknologi tinggi.

Mungkin Anda masih ingat kehebohan reaksi dunia tahun lalu, saat Huawei meluncurkan produk smartphone terbaru yang dicurigai menggunakan teknologi cip melalui proses 5nm.

Padahal kita tahu, Tiongkok masih terkena sanksi dari Amerika sehingga alat untuk produksi cip canggih tidak bisa masuk.

Menurut hemat saya, suatu saat mereka bisa membuat cip canggih dengan proses 5nm. Antisipasi hal-hal seperti inilah yang perlu disampaikan kepada publik.

Saya yakin bapak-bapak yang terhormat pasti cinta Indonesia, sehingga mampu membuat rakyat tercerahkan dengan masing-masing visi dan misi yang akan dilaksanakan.

Masih tersisa 2 perdebatan lagi sebelum pemilu nanti. Saya tidak tahu, apakah pada sisa perdebatan nanti, capres dan cawapres akan saling bertanya (terutama pada sesi debat antarkandidat) berdasarkan visi dan misi lawannya.

Saya belum menganggap diri dewasa. Karena kedewasaan, tentu harus dilihat dan dinilai oleh orang lain.

Akan tetapi, sedapat mungkin saya akan menyikapi fenomena pilpres secara dewasa, dan menjatuhkan pilihan secara dewasa juga.

Bagaimana caranya? Meminjam komentar yang diberikan oleh Romo Magnis pada 2016, tanggal 14 Februari nanti bukan calon terbaik yang akan saya pilih.

Saya akan menjatuhkan pilihan pada salah satu capres, untuk mencegah agar hal terburuk jangan sampai terjadi.

Indonesia yang kita cintai bersama, tidak boleh jatuh ke tangan yang salah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com