Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran Teluk Leyte, Debut Pasukan Udara Berani Mati Jepang

Kompas.com - 28/12/2023, 19:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Kendati demikian, serangan kamikaze yang terorganisir terhadap pasukan Sekutu baru dilancarkan empat hari kemudian.

Istilah kamikaze diartikan sebagai pasukan udara Jepang yang dalam Perang Dunia II bersedia mati dengan cara menabrakkan pesawat yang mereka tumpangi pada lawannya.

Sehari kemudian, Angkatan Laut Jepang resmi diberangkatkan untuk mencegat invasi pasukan Sekutu ke Kepulauan Filipina.

Baca juga: Pertempuran Okinawa, Serangan Terganas di Akhir Perang Dunia II

Jepang mengerahkan 1 kapal induk, 3 kapal induk ringan, 6 kapal perang, 2 kapal induk hibrida, 13 kapal penjelajah berat, 6 kapal penjelajah ringan, dan 31 kapal perusak.

Tampaknya, armada yang dikirimkan Jepang tergolong cukup tangguh. Sayangnya, semua awak pesawat yang dikirimkan masih amatir, yang menjadi kelemahan utama Jepang dalam beberapa operasi terakhirnya dalam Perang Dunia II.

Pada 23 Oktober 1944, Pertempuran Teluk Leyte resmi dimulai, yang melibatkan kekuatan angkatan laut terbesar semasa Perang Dunia II.

Pertempuran Teluk Leyte sebenarnya meliputi empat pertempuran yang saling terkait, yakni Pertempuran Laut Sibuyan, Pertempuran Selat Surigao, Pertempuran Tanjung Engano, dan Pertempuran Samar.

Kekuatan yang tidak berimbang membuat Jepang dengan mudah ditaklukkan oleh pasukan Sekutu.

Bahkan dalam upayanya menghadapi Sekutu, Jepang untuk pertama kalinya melakukan serangan kamikaze secara terorganisir.

Baca juga: Pertempuran Selat Denmark, Kemenangan Semu Jerman atas Inggris

Sayangnya, Jepang tetap gagal mempertahankan posisinya di Kepulauan Filipina dan angkatan perangnya semakin berkurang banyak.

Pertempuran Teluk Leyte menandai berakhirnya operasi kapal induk Jepang dan memberi Sekutu kendali atas Pasifik.

Angkatan Laut Kekaisaran Jepang tidak pernah lagi bisa melancarkan operasi militer karena sebagian besar armadanya telah hancur dan kekurangan bahan bakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com