Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Krisis Selat Taiwan Kedua

Kompas.com - 21/10/2023, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Presiden AS saat itu Dwight Eisenhower memerintahkan militernya mengawal dan memasok berbagai hal yang diperlukan pasukan Taiwan di Kinmen.

Pada 2 September 1958, Menteri Luar Negeri John Foster Dulles bertemu dengan Kepala Staf Gabungan dan pejabat tinggi AS lainnya.

Mereka merumuskan strategi AS dalam menghadapi situasi, termasuk pertimbangan menggunakan senjata nuklir demi mempertahankan Kinmen, sebagaimana pernah direncanakan pula semasa Krisis Selat Taiwan Pertama.

Baca juga: Perang China-Jepang I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak

Pada 19 September, Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev mengirim surat peringatan bahwa tindakan AS bisa memicu perang dunia lagi, dan menyatakan bahwa Uni Soviet akan menghormati komitmennya pada komunis China.

AS sama sekali tidak menggubris peringatan Uni Soviet. Bahkan sejak 24 September, AS mulai menggunakan rudal dalam serangannya.

Selama beberapa minggu, terjadi pertempuran udara antara pasukan RRC dan ROC yang didukung oleh AS, hingga jatuh ratusan korban jiwa dari kedua kubu.

Pada 6 Oktober, RRC sempat mengumumkan gencatan senjata karena pihaknya kehabisan amunisi.

Tidak lama setelah itu, peperangan kembali berkecamuk. Krisis Selat Taiwan Kedua mereda dengan sendirinya pada Desember 1958, ketika RRC menyadari pulau-pulau di lepas pantai tersebut tidak dapat direbut dari tentara nasionalis ROC dan AS.

Meski begitu, pasukan RRC dan ROC masih menembak di sekitar Kinmen secara bergantian, hingga 1979.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com