Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Krisis Selat Taiwan Kedua

Kompas.com - 21/10/2023, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Krisis Selat Taiwan adalah konflik bersenjata antara China dan Taiwan yang pertama kali meletus pada 1954.

Sejauh ini, Krisis Selat Taiwan telah terjadi tiga kali, yakni antara 1954-1955, pada 1958, dan pada 1995.

Krisis Selat Taiwan Kedua meletus pada 23 Agustus 1958, ketika pasukan komunis Republik Rakyat China (RRC) kembali membombardir Pulau Kinmen dan Matsu di Selat Taiwan yang diduduki oleh tentara nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek.

Berikut ini sejarah Krisis Selat Taiwan Kedua.

Baca juga: Apa Bedanya China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau?

Latar belakang

Sejak 1927 hingga 1949, terjadi Perang Saudara China yang melibatkan kubu komunis dan nasionalis.

Pada akhir Perang Saudara China, pasukan komunis pimpinan Mao Zedong membuat kaum nasionalis yang dipimpin Chiang Kai-shek lari ke Taiwan.

Sejak itu, Selat Taiwan menjadi pemisah dua kubu, yakni Republik Rakyat China (RRC) di China daratan dan Republik China (ROC) di Taiwan.

Selat Taiwan merupakan jalur pelayaran internasional yang ramai dan terdapat pulau-pulau kecil.

Ketika tentara nasionalis ROC menyadari telah kehilangan China daratan, mereka membangun pasukan di pulau-pulau kecil di Selat Taiwan, utamanya di Pulau Kinmen (Quemoy), Pulau Matsu, dan Kepulauan Dachen.

Pulau-pulau kecil yang lebih dekat dengan China daratan tersebut sempat membara di kala Krisis Selat Taiwan Pertama (1954-1955).

Saat itu, pihak ROC didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan peperangan dapat diakhiri ketika RRC bernegosiasi dengan AS.

Baca juga: Mengapa China Tidak Menyerang Taiwan?

Negosiasi yang dilakukan RRC dengan AS tidak menyelesaikan konflik di Selat Taiwan.

Oleh karena itu, situasi di kawasan tersebut mudah memanas kembali.

Krisis Selat Taiwan Kedua pecah pada 23 Agustus 1958, saat pasukan komunis RRC kembali melancarkan serangan artileri berat ke Pulau Kinmen dan Matsu yang diduduki oleh pasukan ROC.

Jalannya pertempuran

Dalam Krisis Selat Taiwan Kedua, Amerika Serikat masih terlibat karena teguh pada pendiriannya untuk mencegah perluasan pengaruh komunisme.

Presiden AS saat itu Dwight Eisenhower memerintahkan militernya mengawal dan memasok berbagai hal yang diperlukan pasukan Taiwan di Kinmen.

Pada 2 September 1958, Menteri Luar Negeri John Foster Dulles bertemu dengan Kepala Staf Gabungan dan pejabat tinggi AS lainnya.

Mereka merumuskan strategi AS dalam menghadapi situasi, termasuk pertimbangan menggunakan senjata nuklir demi mempertahankan Kinmen, sebagaimana pernah direncanakan pula semasa Krisis Selat Taiwan Pertama.

Baca juga: Perang China-Jepang I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak

Pada 19 September, Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev mengirim surat peringatan bahwa tindakan AS bisa memicu perang dunia lagi, dan menyatakan bahwa Uni Soviet akan menghormati komitmennya pada komunis China.

AS sama sekali tidak menggubris peringatan Uni Soviet. Bahkan sejak 24 September, AS mulai menggunakan rudal dalam serangannya.

Selama beberapa minggu, terjadi pertempuran udara antara pasukan RRC dan ROC yang didukung oleh AS, hingga jatuh ratusan korban jiwa dari kedua kubu.

Pada 6 Oktober, RRC sempat mengumumkan gencatan senjata karena pihaknya kehabisan amunisi.

Tidak lama setelah itu, peperangan kembali berkecamuk. Krisis Selat Taiwan Kedua mereda dengan sendirinya pada Desember 1958, ketika RRC menyadari pulau-pulau di lepas pantai tersebut tidak dapat direbut dari tentara nasionalis ROC dan AS.

Meski begitu, pasukan RRC dan ROC masih menembak di sekitar Kinmen secara bergantian, hingga 1979.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com