KOMPAS.com - Pada 1954, terjadi peperangan antara China dan Taiwan di Selat Taiwan, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Krisis Selat Taiwan Pertama.
Krisis Selat Taiwan Pertama berlangsung dari 3 September 1954 hingga 1 Mei 1955, atau sekitar delapan bulan.
Dalam perang ini, Taiwan dibantu oleh Amerika Serikat, yang berkepentingan membendung penyebaran komunisme di Asia Timur dan Asia Tenggara.
Krisis Selat Taiwan Pertama dapat diredakan pada 1 Mei 1955, sebelum China dan Amerika Serikat terlibat dalam konflik langsung.
Baca juga: Apa Bedanya China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau?
Krisis Selat Taiwan merupakan buntut dari Perang Saudara China yang berlangsung sejak 1927 hingga 1949.
Pada akhir Perang Saudara China antara golongan nasionalis dengan golongan komunis, pasukan komunis pimpinan Mao Zedong membuat kaum nasionalis yang dipimpin Chiang Kai-shek lari ke Taiwan.
Sejak itu, Selat Taiwan menjadi pemisah dua kubu, yakni Republik Rakyat China (RRC) di China daratan dan Republik China (ROC) di Taiwan.
Selat Taiwan merupakan jalur pelayaran internasional yang ramai dan terdapat pulau-pulau kecil.
Ketika tentara nasionalis ROC menyadari telah kehilangan China daratan, mereka membangun pasukan di pulau-pulau kecil di Selat Taiwan, utamanya di Pulau Kinmen (Quemoy), Pulau Matsu, dan Kepulauan Dachen.
Karena pulau-pulau tersebut lebih dekat dengan China daratan daripada Taiwan, kubu Mao Zedong tentu merasa terancam.
Ketegangan memuncak, saat pasukan Amerika Serikat (AS) muncul di Selat Taiwan dan Pemerintah AS bersekutu dengan Chiang Kai-shek.
Baca juga: Perjanjian Shimonoseki, Lepasnya Korea dan Taiwan dari Tangan China
Saat itu merupakan periode Perang Dingin, di mana AS melakukan segala cara untuk menghentikan penyebaran komunisme di dunia.
Untuk menegaskan dukungannya, AS menandatangani Perjanjian Pertahanan Bersama dengan ROC.
Pada intinya, perjanjian ini menjanjikan dukungan jika ROC terlibat dalam peperangan dengan RRC.
Pada Agustus 1954, sebanyak 58.000 Tentara Nasionalis ROC telah ditempatkan di Pulau Kinmen dan 15.000 lainnya di Pulau Matsu.
Menteri Luar Negeri RRC Zhou Enlai menilai Taiwan harus "dibebaskan".
Karena itu, pasukan komunis RRC mulai membombardir Pulau Kinmen dan Matsu pada 3 September 1954, yang menandai dimulainya Krisis Selat Taiwan Pertama.
Baca juga: Perang China-Jepang I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak
Pengeboman pada September disusul dengan pengeboman ke Kepulauan Tachen pada November 1954.
Merespons serangan RRC, Kepala Staf Gabungan Pasukan AS sempat merekomendasikan untuk pembalasan menggunakan senjata nuklir, tetapi ditentang banyak pihak.
Akhirnya, hanya pasukan Angkatan Laut AS yang ditugaskan membantu tentara ROC menghadapi serangan RRC.
Pada Januari 1955, Kongres AS mengesahkan Resolusi Formosa, yang memberikan Presiden AS Eisenhower wewenang penuh untuk mempertahankan Taiwan dan pulau-pulau di Selat Taiwan.
Pemerintah AS kemudian mengumumkan tekadnya untuk mempertahankan Taiwan dari serangan komunis China.
Dalam gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Jawa Barat, pada April 1955, Zhou Enlai menyatakan bahwa pihaknya tidak ingin berperang dengan AS dan bersedia duduk bersama untuk bernegosiasi.
Baca juga: Perang China-Jepang II: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak
Pernyataan Zhou Enlai berhasil menurunkan ketegangan, dan segera setelah itu RRC dan AS mulai melakukan negosiasi.
Negosiasi berlangsung sangat lama dan membahas banyak hal, tetapi permasalahan Taiwan justru tidak dibahas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.