Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Zindik?

Kompas.com - 18/10/2023, 22:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber NU Online

KOMPAS.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zindik adalah orang yang tersesat imannya atau orang yang murtad.

Zindik atau zindiq, berasal dari bahasa Persia, zandik, yang diartikan sebagai seseorang yang menyimpang dari ajaran Zoroaster, agama Persia kuno.

Awalnya, zandik digunakan untuk menyebut para pengikut agama Manikheisme atau Maniisme di Kekaisaran Sasaniyah (224-651).

Dalam konteks agama Islam, istilah zindik mulai digunakan pada abad ke-8, di masa Kekhalifahan Abbasiyah, dan memiliki makna lebih luas. Berikut sejarahnya.

Baca juga: Golongan Khawarij: Sejarah, Ajaran, dan Sekte

Sejarah zindik dalam agama Islam

Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, zindik digunakan untuk menyebut orang-orang yang mencampurkan berbagai ajaran agama.

Secara sempit, istilah ini juga disematkan kepada orang-orang yang mengaku Islam, tetapi batinnya kafir.

Kata Ulil Abshar Abdalla, cendekiawan Muslim di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, sebagaimana dilansir dari NU Online, masuknya Islam di wilayah Persia tidak menghapus peradaban Persia yang telah berlangsung ratusan tahun.

Gus Ulil, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, masyarakat Persia menganut agama Zoroaster.

Kondisi itu membuat orang Persia yang masuk Islam lebih fokus pada tasawuf dan (sedikit) menegasikan fikih. Mereka inilah yang disebut zindik.

Oleh karena itu, lahir adagium, bahwa siapa yang berfikih tanpa bertasawuf, maka fasik dan siapa yang bertasawuf tanpa berfikih maka zindik.

Baca juga: Kenapa di Korea Selatan Ada Banyak Sekte Sesat?

Pada perkembangannya, zindik juga digunakan untuk menyebut orang-orang yang membuat penyimpangan dalam menafsirkan nas-nas Al Quran dan hadis, sesuai kemauannya sendiri.

Penyimpangan dalam tafsir tersebut tentunya akan merusak kemurnian ajaran Islam.

Menuduh seseorang sebagai zindik merupakan tuduhan yang serius dan dapat membahayakan nyawa.

Pasalnya, para khalifah Abbasiyah secara tegas tidak memberikan toleransi terhadap penyimpangan seperti itu karena zindik dipandang sebagai ancaman bagi Islam, masyarakat Muslim, dan negara.

Khalifah Abbasiyyah ketiga, Al-Mahdi, misalnya, memburu dan mengeksekusi banyak orang yang terindikasi sebagai zindik.

Kebijakan serupa perlahan hilang pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid (786-803).

Baca juga: Biografi Singkat Imam Al-Ghazali, Bapak Tasawuf Modern

Seiring berjalannya waktu, para teolog Muslim biasanya menganggap zindik sebagai orang Islam yang mengingkari Al Quran dan hadis, sehingga sering disebut juga orang kafir atau murtad.

Di zaman sekarang, istilah zindik terkadang juga merujuk pada anggota sekte dan aliran sesat dalam Islam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com