Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teka-teki Pembangunan Stonehenge, Situs Bersejarah di Inggris

Kompas.com - 12/10/2023, 20:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama berabad-abad, para sejarawan dan arkeolog telah dibuat bingung oleh banyak misteri Stonehenge.

Terletak di selatan Inggris, monumen ini terdiri dari sekitar 100 batu besar yang tegak berdiri dan disusun dalam pola lingkaran.

Meskipun banyak ahli setuju bahwa Stonehenge dulunya merupakan permakaman, mereka belum menentukan tujuan lainnya dan bagaimana peradaban tanpa teknologi modern mampu membangun monumen megah tersebut.

Baca juga: Bagaimana Stonehenge Dibangun?

Rekonstruksi bertahap Stonehenge

Para arkeolog meyakini bahwa bangunan prasejarah yang menjadi ikon Inggris ini dibangun melalui serangkaian tahapan berbeda, dimulai lebih dari 5.000 tahun lalu.

Pada tahap awal, penduduk Neolitik Britania menggunakan alat-alat primitif yang kemungkinan terbuat dari tanduk rusa.

Mereka melakukan penggalian untuk membentuk lingkaran besar berupa parit dan tanggul yang dikenal sebagai henge di dataran tinggi Salisbury.

Dalam lingkaran ini, terdapat lubang-lubang dalam yang dikenal sebagai lubang Aubrey.

Lingkarang itu ditemukan oleh ahli purbakala abad ke-17, John Aubrey.

Adapun lubang Aubrey diyakini pernah berfungsi sebagai tempat untuk tiang-tiang kayu.

Beberapa ratus tahun kemudian, diperkirakan orang-orang membangun Stonehenge dengan mengangkat sekitar 80 batu biru.

Dari jumlah itu, masih ada 43 batu yang dapat kita lihat sampai sekarang.

Mereka menata batu-batu tersebut berdiri membentuk pola seperti setengah lingkaran atau lingkaran penuh.

Pada tahap konstruksi ketiga sekitar tahun 2000 SM, lempengan batu pasir sarsen disusun dengan cermat membentuk lengkungan atau lingkaran luar.

Sebagian dari batu-batu ini diatur menjadi struktur ikonik berbagian tiga dikenal sebagai triliton yang berdiri tegak di pusat Stonehenge.

Saat ini, sekitar 50 batu sarsen dapat terlihat di lokasi ini, meskipun diyakini bahwa jumlahnya mungkin jauh lebih banyak pada masa lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com