KOMPAS.com – Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, buruh telah berkembang secara pesat dalam badan-badan organisasi serikat pekerja yang saling terafiliasi.
Dalam perkembangannya, serikat pekerja bukan semata organisasi yang menaungi nasib buruh sebagaimana pada awal berlakunya Politik Pintu Terbuka masa kolonial tahun 1870.
Serikat pekerja telah berkembang menjadi organisasi-organisasi yang melek politik, sehingga mereka memiliki visi misi lebih luas.
Meskipun telah melek politik dan cenderung politis, gerakan-gerakan yang menjamin kesejahteraan buruh masih berlangsung dalam berbagai bentuk perjuangan.
Gerakan-gerakan kaum buruh Indonesia pada masa Soekarno dapat dilihat dalam dua fase, yaitu awal kemerdekaan dan pasca-Konferensi Meja Bundar (KMB).
Baca juga: Sejarah Hari Buruh Internasional yang Dirayakan Setiap 1 Mei
Kondisi politik yang belum stabil pada awal kemerdekaan sangat mempengaruhi pola gerakan buruh Indonesia.
Di samping itu, organisasi serikat pekerja memiliki banyak tokoh-tokoh penting yang berperan aktif terhadap dinamika politik.
Baca juga: Kondisi Awal Indonesia Merdeka
Hadirnya tokoh-tokoh penting, seperti Tan Malaka dan Musso misalnya, semakin memperjelas arah gerak organisasi buruh dalam panggung politik Indonesia.
Hal ini ditambah lagi dengan dikeluarkannya Maklumat No. 10 pada 3 November 1945 oleh Mohammad Hatta yang mempertegas sistem politik Indonesia sebagai negara multi partai.
Secara tidak langsung, maklumat ini memerintahkan kepada masyarakat Indonesia untuk membentuk partai-partai politik yang ditujukan untuk perjuangan Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.