Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dolalak, Tarian Hanya Dua Nada Diatonis

Kompas.com - 09/04/2023, 18:00 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Dolalak adalah tarian khas dari Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Tarian ini berkembang sejak zaman kolonialisme Belanda di Indonesia sekitar abad ke-18.

Penari pria awalnya yang menarikan Dolalak.

Mereka mengenakan seragam dan celana pendek warna hitam.

Di masa awal, Dolalak hanya mengandalkan alat musik kenong.

Kenong adalah alat musik pukul yang menjadi bagian dari musik karawitan atau gamelan.

Hanya ada dua nada diatonis yang mengiringi tarian dolalak yakni nada "do" dan "la".

Lantaran alasan itulah, nada "do" dan "la" menjadi dua suku kata asal nama "dolalak".

Baca juga: Tari Dolalak: Sejarah, Fungsi, Busana, dan Gerakan

Dolalak

Perkembangan zaman menunjukkan bahwa penari dolalak saat ini adalah perempuan.

Kostum penari juga lebih semarak dengan paduan berbagai warna.

Tarian Dolalak mengemuka ke seluruh Indonesia karena tarian ini acap mengisi kegiatan-kegiatan perayaan nasional semisal peringatan Proklamasi NKRI.

Dolalak membawa pesan penghormatan pada orangtua dan akhlak kehidupan.

Bentuk pesan itu adalah gerakan kepala penari yang manggut-manggut atau bergerak menunduk dan ke atas.

Laman Kompas.com edisi 9 Desember 2022 menyebut bahwa di masa kini pengiring tarian Dolalak berkembang dari kenong ke musik modern.

Baca juga: Tari Dolalak, Budaya yang Terinspirasi dari Perlawanan Terhadap Kolonial Belanda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com