Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Muhammad Rasyid Ridha dan Pemikirannya

Kompas.com - 09/02/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Saat itu pula Rasyid Ridha mengikuti perkembangan dunia Islam dari surat kabar Al-'Urwah Al-Wutsqa yang dikelola Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Jamaluddin Al-Afghani adalah tokoh pembaru dari Afghanistan dan Muhammad Abduh merupakan sosok pembaru dari Mesir.

Rasyid Ridha menjadi kagum dan banyak terinspirasi dari ide-ide pembaruan dua tokoh berpengaruh tersebut.

Meski kesempatan bertemu Jamaluddin Al-Afghani tertutup karena tokoh ini meninggal, Rasyid Ridha sempat bertemu Muhammad Abduh di Beirut pada 1882.

Pertemuan dengan Muhammad Abduh membuat Rasyid Ridha semakin semangat untuk membuat gerakan agar umat Muslim melaksanakan ajaran Islam secara utuh, serta membela dan membangun negara dengan ilmu pengetahuan.

Pada 1894, Rasyid Ridha bertemu Muhammad Abduh untuk kedua kalinya dan mendapat lebih banyak kesempatan untuk belajar.

Baca juga: Biografi Sultan Mahmud II, Sosok Pembaru Kesultanan Utsmaniyah

Apa saja pemikiran Rasyid Ridha?

Pada 1897, Muhammad Rasyid Ridha lulus dari sekolah Syaikh Hasan al-Jisr dan setelah itu memilih pindah ke Kairo, Mesir.

Mesir merupakan pusat ilmu pengetahuan dan dipandang sebagai tempat yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita pembaruan Islamnya.

Tahun berikutnya, ia bertemu kembali dengan Muhammad Abduh dan mengutarakan keinginannya untuk menerbitkan surat kabar yang memuat masalah sosial, budaya, dan agama.

Sejak itu, Rasyid Ridha menjadi sosok murid terdekat dan paling setia kepada Muhammad Abduh.

Pada 1898, Rasyid Ridha berhasil menerbitkan majalah mingguan yang diberi nama Al-Manar.

Al-Manar banyak terinspirasi dari Al-'Urwah Al-Wutsqa, yang diterbitkan untuk tujuan menyebarluaskan ide-ide pembaruan Islam dan memelihara kesatuan negara Muslim di tengah perkembangan zaman.

Baca juga: Biografi Habib Umar bin Hafidz, Pembaru Islam dari Yaman

Bagi Rasyid Ridha, ajaran Islam harus sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Al Quran serta hadis, dan tidak berubah meski situasi masyarakat terus berkembang.

Ia menyuarakan ijtihad, menentang taklid, bidah, dan khufarat.

Di saat yang sama, umat Islam harus mengikuti perkembangan zaman agar tidak terjerat kebodohan, tetapi dengan tetap berpegang teguh pada Al Quran dan hadis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com