Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Museum Sumpah Pemuda

Kompas.com - 28/10/2022, 18:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum Sumpah Pemuda adalah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.

Museum ini dikelola langsung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dibuka untuk umum.

Museum Sumpah Pemuda berisi koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda dan kegiatan pergerakan nasional kepemudaan Indonesia.

Lalu, bagaimana sejarah Museum Sumpah Pemuda?

Baca juga: Tujuan Sumpah Pemuda

Sejarah

Museum Sumpah Pemuda didirikan pada 1973 di Jakarta.

Namun, jika ditarik dari sejarahnya, Museum Sumpah Pemuda sudah ada sejak 1925.

Pada masa itu, museum ini lebih dulu dijadikan tempat tinggal bagi para pelajar yang tergabung dalam Jong Java.

Jong Java adalah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo pada 7 Maret 1915.

Kebanyakan dari mereka adalah pelajar dari Sekolah Pendidikan Dokter Hindia Belanda (STOVIA) dan sekolah tinggi hukum (RHS).

Aktivis Jong Java sengaja menyewa lahan museum ini karena tempat tinggal mereka sebelumnya terlalu sempit.

Mereka butuh tempat yang besar untuk menampung kegiatan kepanduan, diskusi politik, dan latihan kesenian Jawa.

Mayoritas anggota Jong Java menyebut gedung ini Langen Siswo.

Satu tahun setelahnya, tahun 1926, penghuni gedung ini makin beragam. Kebanyakan berasal dari kalangan aktivis pemuda yang berasal dari daerah berbeda-beda.

Tidak hanya asal daerah yang beragam, kegiatan juga mulai bervariasi seperti kegiatan kepanduan dan olahraga.

Lebih lanjut, gedung ini dijadikan markas perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) yang berdiri pada September 1926, setelah Kongres Pemuda I dilaksanakan.

Para pelajar yang tinggal di gedung ini wajib membayar 12,5 gulden per orang setiap bulan atau setara 40 liter beras pada masa itu.

Karena dijadikan markas para pemuda Indonesia, pemerintah Hindia Belanda selalu mengawasi gedung ini secara ketat.

Pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda memang memperbolehkan para pemuda Indonesia untuk berkumpul.

Akan tetapi, mereka bisa juga sewaktu-waktu memberlakukan larangan pengadaan rapat, karena dianggap menentang pemerintah.

Maka dari itu, apabila ingin mengadakan sebuah pertemuan mereka harus lebih dahulu izin kepada pihak polisi.

Kemudian, masih di gedung sama juga lahir majalah Indonesia Raya yang dikelola oleh PPPI.

Karena kerap digunakan untuk kegiatan pemuda yang bersifat nasional, para penghuni menyebut gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional.

Pada 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan.

Terlepas dari banyaknya kegiatan yang dilakukan di gedung tersebut, tempat ini juga menyimpan sejarah lahirnya Sumpah Pemuda.

Para tokoh Kongres Pemuda I dan II bertemu di Gedung Sumpah Pemuda (28/10/1978).
KOMPAS/MAMAK SUTAMAT Para tokoh Kongres Pemuda I dan II bertemu di Gedung Sumpah Pemuda (28/10/1978).

Sebab, pada 1928, gedung ini menjadi saksi bisu dicetusnya ikrar Sumpah Pemuda.

Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, banyak penghuni yang meninggalkan gedung ini karena sudah selesai pendidikan.

Karena tidak lagi disewa para pelajar, gedung ini kemudian disewakan kepada seorang asal Tiongkok, Pang Tjem Jam sejak 1934 hingga 1937 sebagai tempat tinggal.

Baca juga: Makna Sumpah Pemuda bagi Bangsa Indonesia

Perubahan nama

Sejak saat itu, gedung ini kerap beralih fungsi. Mulai dari digunakan sebagai toko bunga, hotel, hingga Inspektorat Bea dan Cukai pada 1951-1970.

Namun, pada 3 April 1973, gedung ini dipugar oleh Pemda DKI Jakarta.

Kemudian, gedung ini diresmikan oleh Gubenur DKI Jakarta, Ali Sodikin pada 20 Mei 1973 dengan nama baru sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974.

Saat ini, gedung Kramat 106 lebih dikenal dengan nama Museum Sumpah Pemuda.

Museum Sumpah Pemuda boleh dikunjungi oleh siapa pun mulai dari hari Selasa hingga Minggu.

Saat ini, museum tersebut dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com