KOMPAS.com - Abu Nawas adalah seorang berdarah Arab dan Persia yang menjadi penyair terkenal pada abad ke-8.
Ia digambarkan sebagai sastrawan Arab terbesar yang bijaksana dan memiliki sifat jenaka.
Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Irak ini dikenal karena bakat sastranya serta kecintaannya yang kuat pada anggur.
Syair Abu Nawas menawarkan pembaruan dan keragaman subyek. Banyak di antaranya yang menggambarkan wine (minuman beralkohol dari fermentasi jus anggur), serta mencerminkan kehidupan, keyakinan, dan kecintaannya.
Baca juga: Biografi Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Legendaris Persia
Abu Nawas lahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami di Kota Ahvaz, Iran, pada pertengahan abad ke-8.
Ia adalah anak yatim, yang sejak kecil dibawa ibunya pindah ke Kota Basra di Irak. Di Basra, Abu Nawas belajar beberapa ilmu agama, seperti hadis, sastra, dan ilmu Al Quran.
Abu Nawas belajar ilmu agama hingga dewasa dan bertemu dengan Walibah ibn Habib Al-Asad.
Bersama Walibah, ia diberi nasihat untuk memperhalus tata bahasanya. Keduanya lantas pergi ke Kufah untuk bertemu dengan orang Arab Badui.
Di Kufah, Abu Nawas belajar memperhalus tata bahasanya dan memperdalam sastra Arab.
Selama di Kufah inilah, ia mulai dikenal sebagai sosok yang mahir membuat dan membacakan puisi.
Dalam puisinya, Abu Nawas mengangkat tema kehidupan kota, asmara, dan kegembiraannya meminum anggur atau wine.
Selain itu, Abu Nawas juga membuat puisi-puisi yang bertema pujian terhadap pemerintahan Harun Ar-Rasyid yang saat itu menjadi khalifah Dinasti Bani Abbasiyah.
Baca juga: Abu Muslim Al Khurasani, Panglima Abbasiyah yang Berakhir Dimutilasi
Abu Nawas dianggap sebagai sastrawan terbesar pada era literatur Arab Klasik. Karya-karyanya memengaruhi banyak sastrawan setelahnya, seperti Hafiz dan Omar Khayam.
Beberapa tema puisi Abu Nawas yang terkenal adalah nostalgia kehidupan orang Badui dan pembaruan kehidupan di Bagdad yang dianggapnya kontras.
Karya Abu Nawas dianggap sebagai bagian dari pembaruan kesusastraan Arab pada masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah.
Selain itu, Abu Nawas dianggap sebagai sastrawan penting dalam pembaruan kesusastraan Arab karena menganggap puisi sebagai ekspresi bebas dan langsung.
Baca juga: Waraqah bin Naufal, Imam Nasrani yang Memastikan Kenabian Muhammad
Meski mendapat pendidikan agama sejak kecil, Abu Nawas tumbuh menjadi orang yang suka berpesta pora hingga mabuk-mabukan.
Di saat yang sama, ada cerita Abu Nawas yang unik. Konon, kemampuan sastranya yang nyaris tidak tertandingi membuatnya mampu membuat puisi dengan tata bahasa yang sempurna meski dalam keadaan mabuk.
Suatu ketika, Abu Nawas yang sedang mabuk berat membacakan puisi tentang Bani Mudhar yang menyinggung Khalifah Bani Abbasiyah.
Akibatnya, ia pun dipenjara oleh Khalifah Bani Abbasiyah. Sejak saat itu, Abu Nawas bertobat dari perilaku buruknya dan fokus menulis puisi bertema keagamaan.
Baca juga: Abdurrahman bin Auf, Sahabat Nabi yang Kaya dan Dermawan
Perihal kematian Abu Nawas masih dalam perdebatan para ahli. Ada yang berpendapat bahwa kematiannya terjadi pada 806.
Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa Abu Nawas meninggal pada 813 dan 814.
Terlepas dari perbedaan tahun kematiannya, yang pasti, Abu Nawas dimakamkan di Kota Bagdad, Irak.
Referensi: