Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap Rakyat Indonesia dalam Menanggapi Proklamasi Kemerdekaan

Kompas.com - 30/12/2021, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945.

Halaman rumah Soekarno pada saat itu sudah dipenuhi oleh massa yang berdatangan untuk mendengar pembacaan teks proklamasi.

Setelah proklamasi dibacakan, berita baik tersebut segera disebarkan ke seluruh penjuru wilayah.

Bagaimana sikap rakyat Indonesia dalam menanggapi proklamasi kemerdekaan saat itu?

Baca juga: Teks Proklamasi: Proses Perumusan, Isi, dan Perubahan

Penyebaran berita proklamasi

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia memang sudah sangat dinanti-nantikan.

Oleh sebab itu, pasca-pembacaan proklamasi, kelompok Sukarni, yang bermarkas di Bogor Lama, segera menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia.

Mereka berusaha mengatur strategi untuk melakukan penyebaran, salah satunya dengan memanfaatkan alat komunikasi yang ada, seperti pengeras suara, pamflet, bahkan mobil-mobil juga dikerahkan ke seluruh Kota Jakarta.

Sayangnya, karena alat komunikasi saat itu terbatas, berita kemerdekaan Indonesia tidak bisa langsung sampai ke wilayah-wilayah yang jauh dari Jakarta.

Pembentukan Komite Van Aksi

Pada 2 September 1945, Sukarni dan Adam Malik membentuk Komite Van Aksi.

Tujuan dari komite ini adalah sebagai sebuah laskar perjuangan yang terdiri dari berbagai organisasi, seperti Angkatan Pemuda Indonesia, Barisan Rakyat Indonesia, dan Barisan Buruh Indonesia.

Organisasi ini dibentuk untuk mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menyebarluaskan kabar tersebut melalui selebaran-selebaran.

Baca juga: Mengapa Jepang Melarang Pembacaan Teks Proklamasi?

Reaksi rakyat Indonesia

Dukungan karesidenan

Proklamasi kemerdekaan dilakukan pada 17 Agustus 1945, tetapi berita baik ini baru sampai di wilayah-wilayah terpencil pada September 1945.

Begitu kabar proklamasi tersiar, empat karesidenan di Jawa, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran, menunjukkan dukungan mereka terhadap NKRI.

Keempat karesidenan tersebut menyatakan diri menjadi bagian dari pemerintahan RI. Mereka juga mengatakan akan menindak tegas bila ada yang menentang pemerintahan Indonesia.

Setelah itu, para pegawai Jepang yang masih bekerja di karesidenan segera dirumahkan dan dilarang masuk ke dalam kantor.

Bukti dukungan karesidenan-karesidenan tersebut dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 5 September 1945.

Naskah Proklamasi Negara Islam IndonesiaWikipedia Naskah Proklamasi Negara Islam Indonesia

Berikut ini isi pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

  • Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara Republik Indonesia.
  • Kami sebagai kepala daerah memegang segala kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dan oleh karena itu, berhubungan dengan keadaan pada dewasa ini, segala urusan pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lainnya kami pegang seluruhnya.
  • Hubungan antara negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Baca juga: Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Negara Lain

Rakyat Indonesia rapat di Ikada

Rakyat Indonesia yang ada di pusat menunjukkan antusias mereka atas proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan melakukan rapat besar di Lapangan Ikada.

Aksi di Ikada yang dipelopori oleh Komite Van Aksi, yang meminta agar para pemimpin perjuangan bertemu mereka secara langsung untuk berbicara mengenai puncak perjuangan bangsa Indonesia.

Rencana tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu persiapan pengerahan massa dan menyampaikan rencana itu kepada Presiden Soekarno.

Soekarno dan Hatta pun menyetujui rencana tersebut. Namun, masalah timbul karena sikap tentara Jepang yang meminta agar Soekarno mempertimbangkan rencana itu agar tidak terjadi bentrokan.

Akhirnya, presiden memutuskan untuk melakukan sidang kabinet di kediamannya pada 9 September 1945, sementara itu rencana pertemuan para pemuda dengan pejabat pemerintah tetap terlaksana.

Baca juga: M Yusuf Ronodiputro, Penyiar Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ketika Soekarno dan Hatta sampai di Lapangan Ikada, rupanya tempat itu sudah dipenuhi rakyat yang bersenjata lengkap.

Terlihat juga pasukan Jepang yang sudah siap dengan senjata dan tank-tank mereka.

Soekarno segera naik ke panggung dan menyampaikan pidato singkatnya yang berisi tentang permintaan dukungan serta kepercayaan dari seluruh rakyat Indonesia untuk mematuhi segala kebijaksanaan yang dibuat.

Soekarno juga meminta agar massa bubar dengan tertib, dan dipatuhi oleh mereka.

Kendati demikian, rakyat yang berada jauh dari Jakarta banyak juga yang belum percaya bahwa peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah dilaksanakan.

 

Referensi: 

  • Aman. (2015). Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan 1945-1998. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com