Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Cinta Zainab, Putri Sulung Nabi Muhammad

Zainab diketahui menjalani kisah cinta yang rumit selama hidupnya, karena berbeda keyakinan dengan suaminya.

Suami Zainab, Abul Ash bin al-Rabi, mengingkari kenabian Nabi Muhammad dan tidak mau masuk Islam.

Berikut ini lika-liku kisah cinta Zainab putri Nabi Muhammad SAW.

Pernikahan beda agama Zainab binti Muhammad

Zainab menikah dengan Abul Ash, keponakan dari Siti Khadijah, sebelum Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah SWT.

Abul Ash merupakan seorang saudagar kaya yang pintar berdagang dan amanah. Inilah yang membuat Khadijah meminta Nabi Muhammad untuk menjodohkan keponakannya dengan putri pertama mereka.

Pada saat Zainab masuk Islam sebagaimana orang-orang terdekat Nabi, Abul Ash enggan mengikutinya.

Ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam secara terang-terangan, kaum Quraisy melakukan berbagai cara untuk menentangnya, termasuk mengganggu pernikahan putri Rasulullah.

Putri kedua Nabi Muhammad, Ruqayyah, diceraikan oleh suaminya, Utbah bin Abu Lahab, setelah dijanjikan dengan istri baru.

Hal serupa menimpa kehidupan pernikahan Zainab, ketika Abul Ash dibujuk oleh orang-orang Quraisy untuk menceraikan Zainab.

Namun, Abul Ash tidak mau bercerai karena cintanya kepada Zainab.

Terpisah karena Perang Badar

Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah bersama umat Islam, Zainab masih tinggal di Mekkah bersama sang suami.

Tidak lama kemudian, meletus Perang Badar antara umat Islam dan kaum Quraisy. Abul Ash ikut tergabung dalam pasukan kaum Quraisy.

Perang Badar dimenangkan umat Islam dan menyebabkan sebanyak 70 orang dari pasukan Quraisy menjadi tawanan perang, termasuk Abul Ash.

Mengetahui hal itu, Zainab menebus suaminya dengan harta dan sebuah kalung hadiah pernikahan dari ibunya.

Nabi Muhammad, yang mengetahui perihal kalung pemberian istri tercintanya menjadi jaminan, tersentuh hatinya.

Rasulullah kemudian meminta kepada pasukan Muslim untuk membebaskan Abul Ash dan mengembalikan kalungnya pada Zainab.

Sebelum dilepaskan, Nabi Muhammad meminta Abul Ash berjanji bahwa ia harus membiarkan Zainab hijrah ke Madinah.

Syarat ini disetujui, dan setibanya di Mekkah, Abul Ash membiarkan Zainab hijrah ke Madinah untuk berkumpul dengan sang ayah dan umat Islam lainnya.

Setelah berpisah dari Zainab, Abul Ash hidup seperti biasa sebagai pedagang.

Bersatu sebagai pasangan seiman

Menjelang peristiwa Fathu Makkah atau sekitar tahun ke-8 Hijriah, Abul Ash terpaksa meminta perlindungan kepada Zainab.

Saat itu, dalam perjalanan Abul Ash pulang dari berdagang ke Syam, ada patroli tentara Madinah yang menyebabkan harta bendanya disita.

Abul Ash berhasil melarikan diri dari patroli dan diam-diam menyusup ke Madinah untuk mencari Zainab guna meminta perlindungan sekaligus mengambil harta yang telah dirampas.

Dengan bantuan Zainab, Abul Ash dapat kembali ke Mekkah dan membagikan keuntungan dagangnya kepada semua mitra bisnisnya.

Tidak hanya itu, tanpa disangka, Abul Ash tiba-tiba mengucapkan kalimat syahadat di hadapan kaum Quraisy.

Setelah resmi masuk Islam, Abu Ash menghadap Nabi Muhammad di Madinah.

Nabi Muhammad kemudian menikahkannya kembali dengan Zainab, dengan mahar dan akad yang baru.

Sayangnya, Zainab wafat tidak lama setelah kembali bersatu dengan cintanya.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/04/09/090000079/kisah-cinta-zainab-putri-sulung-nabi-muhammad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke