KOMPAS.com - Perundingan Linggarjati dilaksanakan di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat, pada 11-15 November 1946.
Perundingan Linggarjati merupakan bagian dari upaya diplomasi Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dan menjadi negara yang berdaulat penuh.
Pasalnya, walaupun Indonesia telah mengumumkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda masih berupaya untuk menanamkan kembali kekuasaannya dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
Siapa saja tokoh yang terlibat dalam Perundingan Linggarjati? Berikut ini tokoh-tokoh perundingan Linggarjati dari Indonesia, Belanda, dan Inggris.
Tokoh Perundingan Linggarjati dari Indonesia
Dalam Perundingan Linggarjati, pihak Indonesia diwakilkan oleh empat tokoh, yaitu:
Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir, yang menjabat Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 27 Juni 1947, memimpin kabinetnya untuk mengupayakan perundingan dengan Belanda.
Sebagai ketua delegasi Indonesia, Sjahrir memainkan peran kunci dalam jalannya proses perundingan, termasuk menyetujui dan menandatangani Perjanjian Linggarjati.
Sjahrir dikenal sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi.
Dalam pandangannya, menghadapi konflik dengan Belanda melalui pertempuran akan mengakibatkan banyak korban, terutama mengingat keterbatasan persenjataan bangsa Indonesia pada waktu itu.
Oleh karena itu, ia memilih jalur diplomasi sebagai alternatif untuk menangani musuh.
Dalam mendorong terwujudnya perundingan antara Indonesia dengan Belanda, Sjahrir membicarakan pula tentang gencatan senjata.
Sepanjang 1946, Sjahrir beberapa kali mengirim delegasi dan mengajukan beberapa nota kepada Belanda dan Sekutu, tetapi selalu ditolak.
Upaya Sjahrir mulai membuahkan hasil setelah ia membentuk kabinetnya yang ke-3 pada 2 Oktober 1946.
Sejak itu, delegasi Indonesia dipimpin sendiri oleh Sjahrir, yang menghasilkan Perundingan Linggarjati.
Pada 15 November, naskah perjanjian berbahasa Belanda yang disetujui pada 13 November 1946, ditandatangani di rumah Sjahrir.
Sedangkan naskah Perjanjian Linggarjati berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris ditandatangani pada 18 November.
Adnan Kapau Gani
Dalam perundingan, Sutan Sjahrir didampingin oleh beberapa perwakilan Indonesia, salah satunya adalah Adnan Kapau Gani.
AK Gani, yang dikenal aktif dalam dunia militer dan politik, menjabat Menteri Kemakmuran dalam Kabinet Sjahrir III (Oktober 1946-Juni 1947).
Ia ditunjuk untuk mendampingi sebagai salah satu anggota dalam Perundingan Linggarjati.
Susanto Tirtoprodjo
Susanto Tirtoprodjo menjabat sebagai Menteri Kehakiman dalam Kabinet Sjahrir III.
Dalam Perundingan Linggarjati, ia juga menjadi anggota perwakilan mendampingi Sutan Sjahrir.
Mohammad Roem
Mohammad Roem, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, juga mendampingi Sutan Sjahrir dalam Perundingan Linggarjati.
Tokoh Perundingan Linggarjati dari Belanda
Ketika Sutan Sjahrir membentuk delegasi Indonesia, Belanda menyusun komisi Jenderal yang ditugaskan untuk berunding.
Komisi jenderal Belanda yang menjadi tokoh perwakilan dalam Perundingan Linggarjati ada empat, yaitu:
Willem "Wim" Schermerhorn
Willem "Wim" Schermerhorn adalah Perdana Menteri Belanda yang menjabat antara Juni 1945 – Juli 1946.
Schermerhorn merupakan ketua dari delegasi Belanda yang menandatangani Perundingan Linggarjati bersama Sutan Sjahrir.
Max van Poll
Max van Poll adalah seorang jurnalis dan politisi Belanda. Ia juga seorang anggota Komisi Umum untuk Hindia Belanda sebagai dewan penasihat.
Hubertus Johannes van Mook
Letnan Gubernur-Jenderal Hubertus Johannes van Mook mendampingin Wim Schermerhon sebagai anggota perwakilan dari Belanda.
Van mook pernah menjadi menjadi penasihat urusan pertanahan di Yogyakarta.
Feike de Boer
Feike de Boer merupakan wali kota pertama Amsterdam yang turut mendampingin Wim Schermerhon dalam Perundingan Linggarjati.
Tokoh Perundingan Linggarjati dari Inggris
Tokoh yang menjadi penengah dalam Perundingan Linggarjati adalah Lord Killearn dari Inggris.
Miles Wedderburn Lampson Killearn, atau lebih dikenal sebagai Lord Killearn, merupakan seorang diplomat dari Inggris yang menjabat Komisaris Tinggi.
Ketika berbagai usulan yang disampaikan Sjahrir ditolak oleh Belanda dan upaya perundingan antara Indonesia dengan Belanda mengalami kemacetan, Sekutu menawarkan arbitrasi melalui Lord Killearn.
Lord Killearn pula yang berhasil meyakinkan Sjahrir bahwa berunding kembali dengan Belanda merupakan cara terbaik, karena pasukan Sekutu telah ditarik, yang memungkinkan Belanda menggunakan cara-cara kekerasan untuk menguasai Indonesia.
Ketika Perjanjian Linggarjati resmi disepakati, Lord Killearn menyampaikan pidato perpisahannya.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/24/190000279/tokoh-tokoh-perundingan-linggarjati