Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pang Suma, Pemimpin Perlawanan Rakyat Kalimantan terhadap Jepang

KOMPAS.com - Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, banyak masyarakat yang menderita akibat kekejaman yang dilakukan oleh tentara pendudukan.

Perlakuan sewenang-wenang dan kekejaman tentara pendudukan Jepang memicu perlawanan rakyat dari berbagai wilayah di Indonesia, tidak terkecuali dari Kalimantan Barat, yang merupakan daerah pendaratan Jepang untuk pertama kalinya saat memasuki Indonesia pada 19 Desember 1941.

Salah satu perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Jepang dipimpin oleh Pang Suma.

Kapan Pang Suma melakukan perlawanan dan apa yang menyebabkan rakyat Kalimantan Barat mengangkat senjata terhadap Jepang?

Berikut ini kisah Pang Suma memimpin perlawanan rakyat terhadap Jepang.

Perlawanan Pang Suma terhadap Jepang

Pang Suma adalah keturunan Suku Dayak Desa yang berasal dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Melansir diskominfo.sanggau.go.id, Pang Suma merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, yang memiliki namaa asli Bendera bin Dulung. Ada pula yang menyebutnya Menera.

Pada pertengahan 1944, terjadi pembantaian massal masyarakat Kalimantan oleh Jepang, dalam tragedi yang dikenal sebagai Peristiwa Mandor.

Sejak itu, tentara Jepang sangat tidak disukai rakyat. Terlebih, mereka juga bertindak sewenang-wenang.

Di Sanggau, khususnya di Kecamatan Meliau, situasi memanas ketika datang mandor perusahaan kayu Jepang bernama Osaki.

Ketegangan dipicu oleh sikap Osaki, yang mengancam akan membunuh tokoh berpengaruh dari suku Dayak, Pang Linggan, karena tidak disetujui menikahi putrinya yang bernama Linggan.

Ancaman Osaki tidak membuat Pang Linggan takut. Keluarga dan kerabatnya justru siap melawan Jepang, salah satunya sang paman, yang tidak lain adalah Pang Suma.

Pada Mei 1945, Pang Linggan dengan ditemani Pang Suma dan beberapa kerabatnya, mendatangi Osaki di Meliau.

Karena disambut dengan tidak baik, keluarga Pang Linggan menantang Osaki berkelahi.

Perkelahian tersebut berakhir dengan tewasnya Osaki di tangan Pang Suma dan Pang Linggan.

Peristiwa itu membangkitkan semangat rakyat Dayak di Sanggau untuk berjuang melawan Jepang yang semakin semena-mena.

Melalui suatu mufakat adat, diputuskan untuk berjuang melawan Jepang di bawah pimpinan Pang Suma.

Pang Suma adalah pemimpin Suku Dayak yang besar pengaruhnya di kalangan masyarakat daerah Meliau dan sekitarnya.

Pasukan Dayak di bawah pimpinan Pang Suma yang kemudian dikenal sebagai Angkatan Perang Majang Desa (APMD), melancarkan serangan terhadap perusahaan-perusahaan yang dikelola dan dilindungi oleh tentara Jepang.

Berita tentang perlawanan ini sampai ke telinga pemimpin Jepang di Pontianak, yang kemudian mengirim ekspedisi untuk menghadapi pasukan Pang Suma, yang dipimpin oleh Letnan Kempetai Takeo Nakatani.

Namun, begitu tiba di Desa Kunyil, tentara Jepang diadang oleh pasukan Pang Suma.

Dalam pertempuran tersebut, pasukan Dayak meraih kemenangan dan Letnan Takeo Nakatani tewas dipancung oleh Pang Suma.

Pada 24 Juni 1945, pasukan Dayak di bawah pimpinan Pang Suma berhasil membebaskan daerah Meliau dari tentara Jepang, yang menjadi simbol kemenangan atas Jepang.

Dengan susah payah, Meliau hanya dapat dipertahankan hingga 17 Juli 1945, ketika ekspedisi kedua Jepang tiba.

Dalam serbuan rombongan tentara Jepang tersebut, Pang Suma tertangkap dan akhirnya dibunuh.

Pang Linggan dan beberapa tokoh serta rakyat Dayak, banyak yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan Jepang tersebut.

Referensi:

  • Prabowo, M. R. (2019). Peristiwa Mandor 28 Juni 1944 di Kalimantan Barat: Suatu Pembunuhan Massal di Masa Penduduk Jepang. Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Ilmu Sejarah, 2(1).

https://www.kompas.com/stori/read/2024/03/18/120000079/pang-suma-pemimpin-perlawanan-rakyat-kalimantan-terhadap-jepang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke