Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hisao Horiyama, Kamikaze yang Lewatkan Tradisi Kehormatan Prajurit Jepang

Kamikaze adalah pilot Jepang yang dalam Perang Dunia II bersedia mati bersama pesawat terbang yang mereka tumpangi dengan menumbukkannya pada sasaran.

Serangan kamikaze menjadi taktik bom bunuh diri Jepang yang dirancang untuk menghancurkan kapal perang musuh.

Jepang melakukan kamikaze karena posisinya terdesak setelah mengalami serangkaian kekalahan, dan khawatir pasukan Sekutu akan menyerang negerinya.

Lebih dari 3.800 pilot kamikaze tewas dalam misi bunuh diri demi tradisi kehormatan prajurit Jepang ini. Di pihak Sekutu, sekitar 7.000 tentara menjadi korban kamikaze.

Hisao Horiyama merupakan satu dari beberapa pilot kamikaze yang selamat dan dapat menjalani hidup hingga masa tuanya.

Kisah Hisao Horiyama selamat dari misi kamikaze

Hisao Horiyama tercatat sebagai salah satu pilot Kamikaze yang selamat karena perang sudah lebih dulu selesai sebelum ia berangkat menjalankan misi.

Pada 2015, Horiyama, yang telah menginjak usia 92 tahun, membagikan pengalamannya sebagai kamikaze kepada Guardian.

Horiyama pertama kali mengetahui menjadi salah satu "orang terpilih" yang berkesempatan mati demi kaisar dan negara, dari secarik kertas putih.

Pada kertas tersebut tertera tiga pilihan, yakni menjadi sukarelawan secara ikhlas, menjadi sukarelawan saja, atau menolak.

Horiyama, yang saat itu berusia 21 tahun, yakin ia hanya mempunyai satu tujuan, yakni menjadi sukarelawan secara ikhlas untuk menerbangkan pesawat ke sisi kapal perang Sekutu.

Ia siap mati dan mengakhiri hidup musuhnya atas nama kaisarnya, agar menjadi kelompok pemuda elite tak terkalahkan yang pengorbanannya akan membawa kemenangan bagi Jepang.

Sebagai prajurit setia kaisar, Horiyama mengungkap kerinduannya akan momen kejayaannya.

"Ketika kami lulus dari pelatihan militer, Kaisar Showa (Hirohito) mengunjungi unit kami dengan menunggang kuda putih. Saya kemudian berpikir bahwa ini adalah tanda bahwa Kaisar secara pribadi meminta layanan kami. Saya tahu bahwa saya tidak punya pilihan selain mati demi dirinya,” ungkap Horiyama dalam sebuah wawancara pada 2015 kepada Guardian sebagaimana dikutip Kompas.com, Sabtu (30/12/2023).

Saat itu, Horiyama dan rekan-rekannya percaya bahwa kaisar dan bangsa Jepang adalah satu dan sama. Ia juga tidak terlalu memikirkan tentang kematian.

“Kami dilatih untuk menekan emosi kami. Sekalipun kami mati, kami tahu itu demi tujuan mulia. Kematian adalah pemenuhan tugas kami yang terakhir, dan kami diperintahkan untuk tidak kembali. Kami tahu jika kami kembali hidup-hidup maka atasan kami akan marah,” kata Horiyama.

Seperti pilot lain yang dipilih untuk misi bunuh diri, Horiyama diminta menulis surat wasiat yang akan dikirimkan kepada orang tua ketika misinya selesai.

Horiyama, yang mengaku sebagai anak tidak sopan, menyesalkan karena arah perang tampaknya berbalik melawan Jepang.

Oleh sebab itu, ia ingin membuktikan dirinya dan secara sukarela bergabung dengan unit kamikaze.

Namun, keputusan Horiyama bergabung dengan misi kamikaze membuat sang ibu kesal.

"Tepat sebelum ia meninggal, ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak akan pernah memaafkan ayah saya jika saya meninggal dalam serangan kamikaze. Jadi saya berterima kasih kepada kaisar karena menghentikan perang,” tutur Horiyama.

Di sisi lain, Horiyama mengaku merasa bersalah karena tidak bisa mengorbankan diri untuk negaranya.

"Rekan-rekanku yang telah meninggal akan dikenang dengan kemuliaan yang tak terbatas, tapi aku melewatkan kesempatanku untuk mati dengan cara yang sama," pungkas Horiyama.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/30/170000279/hisao-horiyama-kamikaze-yang-lewatkan-tradisi-kehormatan-prajurit-jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke