Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Teori Dalang G30S

Satu pertanyaan yang tidak mudah dijawab yakni, apa yang menyebabkan terjadinya peristiwa G30S dan siapa dalangnya.

Narasi yang langsung beredar di masyarakat sesaat setelah meletusnya peristiwa G30S adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang G30S.

Klaim itu terus dipelihara oleh Pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.

Meski dalang G30S versi warisan pemerintahan Soeharto masih dipercaya banyak orang hingga kini, ada teori-teori lain yang dikemukakan oleh banyak peneliti dan sejarawan.

Lantas, siapa dalang dari G30S yang sebenarnya? Berikut ini tujuh teori dalang G30S.

PKI sebagai dalang G30S

PKI merupakan versi dalang yang pertama muncul setelah terjadinya Gerakan 30 September 1965.

G30S merupakan operasi penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang berlangsung pada malam pergantian 30 September ke 1 Oktober 1965.

Pada 1 Oktober pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB, pemimpin G30S Letnan Kolonel Untung Syamsuri memberikan pengumuman melalui Radio Republik Indonesia (RRI) pusat di Jakarta, bahwa aksinya dilakukan untuk melindungi Presiden Soekarno dari upaya kudeta Dewan Jenderal.

Letkol Untung adalah Komandan Batalion Resimen Cakrabirawa yang bertugas menjaga keselamatan Presiden Soekarno. Ia juga diketahui terafiliasi dengan PKI.

Dewan Jenderal dipercaya sejalan dengan Amerika Serikat dan anti terhadap PKI.

Mereka ingin menyingkirkan Soekarno, yang saat itu condong ke Uni Soviet dan anti-Barat.

Melansir Kompas Skola, Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) mengatakan bahwa PKI mendapatkan informasi mengenai Dewan Jenderal dari rekan mereka di militer yang merupakan simpatisan PKI.

Atas dasar informasi itu, para perwira militer simpatisan PKI yang loyal kepada Soekarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.

Ada Letkol Untung, Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim), yang kemudian bekerja bersama Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI, untuk menyusun daftar jenderal TNI AD yang termasuk dalam Dewan Jenderal dan dianggap berbahaya.

Rencananya, para jenderal tersebut akan "diculik" dan dibawa ke hadapan Presiden Soekarno.
Namun, rencana itu kacau dalam pelaksanaannya.

Para jenderal malah dibunuh setelah diculik pada malam 30 September 1965, dan PKI langsung dituding menjadi dalang G30S yang bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan di Indonesia.

Narasi bahwa dalang Gerakan 30 September adalah PKI pun langsung dipercaya masyarakat.

Aksi demonstrasi muncul di berbagai daerah menuntut agar pemerintah bersikap tegas membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.

Pada 8 Oktober 1965, mulai terjadi demonstrasi massa menuntut pertanggungjawaban PKI.

Klaim bahwa PKI adalah satu-satunya dalang di balik peristiwa G30S semakin dirawat oleh Pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, yang menggantikan Presiden Soekarno.

Selama tiga dekade kekuasaan Soeharto, rezim Orde Baru benar-benar mengontrol historiografi nasional tentang G30S.

Hasilnya, dalam buku sejarah terbitan Orde Baru, termasuk yang diajarkan di sekolah-sekolah, dikatakan bahwa dalang dari G30S adalah PKI dengan memperalat unsur militer.

Persiapan G30S dilakukan sejak lama dengan tujuan merebut kekuasaan dan menciptakan masyarakat komunis di Indonesia.

Secara resmi, Pemerintah Orde Baru menyebut peristiwanya sebagai G30S/PKI, yang berarti peristiwa G30S dilakukan oleh PKI, yang menjadi dalang dan pelaku utama gerakan ini.

Dalam versi yang disebarkan Orde Baru, sejumlah anggota TNI AD memang ikut dalam G30S, tetapi mereka hanya "terlibat" atau boneka di tangan PKI.

Teori PKI satu-satunya dalang G30S telah dibantah secara terbuka oleh banyak peneliti dan sejarawan.

Walaupun PKI diakui terlibat dalam satu dan lain hal, tetapi pendapat bahwa PKI adalah satu-satunya bahkan dalang terpenting, diragukan kebenarannya.

Angkatan Darat

Versi ini menyatakan bahwa G30S adalah persoalan internal Angkatan Darat yang didalangi sebuah klik (kelompok terbatas).

Klik itulah yang melakukan persiapan gerakan dengan cara menyusupi PKI.

Dua ilmuwan Cornell University, Benedict R Anderson dan Ruth McVey dalam A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia (1971), menyatakan bahwa peristiwa G30S merupakan puncak konflik internal di tubuh Angkatan Darat.

Kedua penulis tersebut kemudian dicekal masuk Indonesia oleh rezim Orde Baru.

Teori bahwa G30S merupakan kudeta yang dimotori pihak Angkatan Darat juga dikemukakan oleh Harold Chroch, WF Wertheim, Wimandjaja K Litohoe, MR Siregar, dan Coen Holtsappel.

WF Wertheim, di samping mendukung teori ini, mengatakkan bahwa Sjam Kamaruzaman yang disebut sebagai Kepala Biro Khusus Central PKI sebenarnya adalah agen rangkap yang bekerja untuk DN Aidit dan Angkatan Darat.

CIA atau Pemerintah Amerika Serikat

Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson, merupakan tokoh yang mengemukakan bahwa badan intelijen Amerika Serikat, CIA, adalah dalang utama G30S.

Kepentingan AS sangat jelas, yaitu jangan sampai Indonesia menjadi basis komunisme.

Pada 1960-an, AS mencemaskan teori domino, bahwa komunisme di Vietnam bisa menimbulkan efek domino ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Menurut teori ini, G30S digerakan oleh CIA atau Pemerintah AS, yang bekerja sama dengan klik Angkatan Darat dan memprovokasi PKI.

Tujuan akhirnya adalah menggulingkan PKI dan Presiden Soekarno, yang saat itu condong ke Uni Soviet dan anti-Barat.

Keterlibatan Pemerintah AS, terutama CIA dalam G30S juga pernah dijadikan pokok bahasan oleh David T Johnson pada 1976 dalam artikel sepanjang 39 halaman.

Presiden Soekarno dalang G30S

Antonie Dake dalam In The Spirit of the Red Banteng, The Devious Dalang: Soekarno and so-called Untung Putsch dan John Hughes dalam The En of Soekarno, mengatakan bahwa Soekarno adalah dalang G30S.

Kepentingan Soekarno adalah melenyapkan oposisi sebagian perwira tinggi Angkatan Darat terhadap kepemimpinannya.

PKI ikut terseret karena kedekatannya dengan Soekarno.

Soeharto dalang G30S

Pangkat Soeharto saat G30S terjadi adalah mayor jenderal dan menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) atau Pangkostrad.

Jabatan itu membuat Soeharto dipandang sebagai jenderal terpenting yang dilewatkan oleh para pelaku G30S karena memiliki pasukan yang dapat digunakan untuk melumpuhkan kudeta.

Menurut Wertheim, Soeharto mungkin sekali berada di pihak yang berkomplot karena kurang puas terhadap kepeimpinan TNI AD yang tidak mampu menjawab tantangan PKI.

Karenanya, ia menggunakan G30S sebagai sarana yang melibatkan PKI sehingga memberikan dalih bagi TNI AD untuk bertindak terhadap partai itu.

Menurut versi teori ini, mungkin Sjam Kamaruzaman adalah pembantu Soeharto yang disusupkan ke PKI, bukan anggota PKI yang bertugas di TNI AD.

Dengan demikian, dalam sekali pukul Soeharto bisa menghancurkan pimpinan TNI AD yang mengecewakannya dan PKI yang merupakan musuh TNI AD.

Teori ini juga didukung oleh kesaksian Kolonel Abdul Latief, salah satu tokoh kunci peristiwa G30S, yang mengatakan bahwa ia memberi tahu Soeharto soal rencana penculikan sejumlah jenderal, tetapi Soeharto tidak melakukan apa-apa.

Inggris-AS

Greg Poulgrain, dalam buku The Genesis of Confrontation: Malaysia, Brunai and Indonesia, 1945-1965, percaya bahwa G30S merupakan buah pertemuan kepentingan Inggris dan AS.

Inggris berkeinginan agar sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia bisa diakhiri dengan penggulingan kekuasaan.

Sedangkan motif AS sangat jelas, yakni ingin Indonesia terbebas dari komunisme.

Saskia Wieringa, dari International People Tribunal 1965 (IPT 65), pernah menjelaskan keterlibatan Inggris dalam Diskusi dan Bedah Buku Berkas Genosida Indonesia: Mekanika Pembunuhan Massal 1965–1966 di kanal YouTube Komunitas Bambu.

Berdasarkan arsip yang dibacanya, Saskia menyebut ada keterlibatan Inggris melalui intelijennya dalam pergolakan politik di Indonesia sejak 1960-an.

Keterlibatan Inggris tersebut juga ditulis The Guardian, yang dijelaskan bahwa pejabat Inggris diam-diam membuat propaganda hitam untuk mendesak orang di Indonesia menghancurkan komunis.

The Guardian menjelaskan adanya kantor intelijen Inggris di Singapura yang digunakan sebagai pusat operasi di Indonesia.

Dari kantor itu, intelijen Inggris menuliskan beberapa laporan yang mendiskreditkan Menteri Luar Negeri Soebandrio.

Selain itu, Inggris juga memberikan bantuan penyadapan pesan suara yang dapat digunakan oleh orang-orang antikomunis dalam membaca dan mencegat komunikasi pemerintah Indonesia.

Inggris saat itu sangat tidak suka dengan adanya Soebandrio sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia.

Sebab, gara-gara Soebandrio-lah, muncul gerakan Ganyang Malaysia. Selain Soebandrio, Inggris juga tidak suka dengan Soekarno.

Teori Chaos G30S

Teori G30S ini dikemukakan oleh Jhon D Legge, yang percaya bahwa tidak ada dalang atau pelaku tunggal G30S.

Tidak ada pula grand scenario, karena semuanya lebih didominasi oleh improvisasi lapangan.

Soekarno juga pernah mengatakan dalam salah satu pidatonya bahwa tragedi G30S disebabkan oleh unsur-unsur Nekolim (negara Barat), pimpinan PKI yang keblinger, serta oknum-oknum TNI AD yang tidak benar.

Teori Chaos bagi sebagian orang dianggap sebagai teori G30S yang paling masuk akal, karena peristiwa G30S meski berjalan singkat, terasa sangat kacau dan tidak terorganisasi dengan baik.

Referensi:

  • Wiharyanto, A Kardiyat. (2011). Sejarah Indonesia: Dari Proklamasi sampai Pemilu 2009. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/30/230000179/7-teori-dalang-g30s

Terkini Lainnya

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke