Candi Simbatan merupakan sebuah petirtaan atau sumber air tempat pemandian suci yang digunakan oleh kalangan kerajaan.
Di situs ini terdapat arca Dewi Sri. Oleh karena itu, Candi Simbatan juga disebut sebagai Petirtaan Dewi Sri.
Bagaimana sejarah Candi Simbatan atau Petirtaan Dewi Sri di Magetan?
Asal-usul Candi Simbatan
Dalam laporan Belanda ROC (Rapporten van den Oudheidkundige Commissie) pada 1913, Candi Simbatan disebut dengan nama Sendang Beji.
Di sekitar situs, terdapat tinggalan arkeologi berupa tujuh miniatur lumbung, tujuh fragmen arca, satu palung batu, satu fragmen yoni, satu sumur kuno, dan satu fragmen kemuncak.
Melansir laman Cagar Budaya Jatim, beberapa tinggalan arkeologi di Petirtaan Dewi Sri memiliki kesamaan dengan tinggalan arkeologi di Petirtaan Belahan di Pasuruan dan Petirtaan Jolotundo di Mojokerto.
Petirtaan-petirtaan tersebut diduga memiliki keterkaitan dan dibangun dalam satu masa, yakni antara pemerintahan Dharmawangsa Teguh, raja terakhir Kerajaan Medang atau Mataram Kuno periode Jawa Timur, sampai dengan Raja Airlangga.
Raja Airlangga adalah menantu sekaligus keponakan Dharmawangsa Teguh, yang mendirikan Kerajaan Kahuripan pada abad ke-11.
Dugaan bahwa Petirtaan Dewi Sri merupakan jejak peninggalan Kerajaan Medang juga didukung oleh analisis arkeolog Hariani Santiko.
Hariani Santiko membaca inskripsi di atap miniatur rumah berangka tahun Saka 970 atau 983 Masehi pada era Makutawangsawardhana dan 917 Saka (995 Masehi) di era Dharmawangsa Teguh.
Di bilik utama yang terletak di bagian dasar kolam candi, terdapat arca seorang perempuan dari batu andesit yang diidentifikasi sebagai Dewi Sri dan pancuran air.
Dewi Sri atau Dewi Laksmi dipuja oleh umat Hindu sebagai dewi kemakmuran dan dewi kesuburan.
Apabila airnya sedang penuh, petirtaan ini tampak seperti kolam biasa karena arca dan bilik yang berada di dasar situs tidak terlihat.
Melansir laman resmi Desa Simbatan, situs ini sering digunakan untuk mengadakan acara adat, seperti acara bersih desa maupun Festival Dewi Sri yang dijadikan agenda tahunan.
Konon, ritual bersih desa di kawasan Petirtaan Dewi Sri telah digelar sejak 1813, setiap Jumat pertama di bulan Suro (Muharram).
Ketika diadakan acara, air akan dikuras agar arca dan bentuk keseluruhan petirtaan dapat terlihat.
Untuk mencapai lantai dasar, terdapat tangga yang terletak di sisi sebelah timur.
Pancuran di bilik utama Candi Simbatan berjumlah empat, dua berada di samping kanan dan kiri arca Dewi Sri, sedangkan dua lainnya di payudara arca Dewi Sri.
Arca Dewi Sri digambarkan memiliki dua tangan yang sedang memegang payudara, di mana pancuran berada.
Air yang keluar dari pancuran Petirtaan Dewi Sri oleh sebagian orang dipercaya sebagai obat dari segala penyakit.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/08/140000179/candi-simbatan-petirtaan-di-magetan-dari-masa-kerajaan-medang