Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vasco da Gama dan Ibnu Majid: Sengketa Penemu Jalur Laut Eropa-India

Teori paling populer mengenai orang pertama yang menemukan jalur laut dari Eropa ke India merujuk kepada pelaut Portugis bernama Vasco da Gama.

Vasco dan Gama lebih dari satu kali mencoba mengeksplorasi jalur tersebut.

Sebab, jalur laut dari Eropa ke India merupakan rute yang berbahaya.

Pelayaran pertama Vasco da Gama pada 1497 mengalami kebuntuan yang menyebabkan dua dari empat kapalnya hilang.

Ekspedisi pelayaran dalam hal memperluas akses perdagangan Portugis di bawah pimpinan Vasco da Gama barulah mencapai India pada 1498.

Namanya pun populer sebagai orang yang kali pertama menemukan jalur laut dari Eropa menuju India yang dikenal berbahaya itu.

Namun, anggapan tentang Vasco da Gama sebagai penemu jalur tersebut menuai kritikan dan kontroversi. 

Sebab, ada yang menyebut bahwa penemu jalur pelayaran dari Eropa menuju India adalah pelaut Islam bernama Ahmad ibn Majid atau lebih dikenal sebagai Ibnu Majid.

Beberapa peneliti sejarah maritim dari Arab maupun Eropa mengemukakan bahwa keberhasilan Vasco da Gama merupakan berkat petunjuk dari Ibnu Majid.

Siapa Ibnu Majid?

Nama lengkap Ibnu Majid adalah Syihabuddin Ahmad bin Majid As Sa'di bin Abu Ar- Rakaib An-Najdi.

Ia lahir di Arab Saudi pada 1435 Masehi atau lebih tua 30 tahunan dari Vasco da Gama.

Ibnu Majid meninggal dunia pada 1527 Masehi, tetapi ada juga yang menyebut ia wafat pada sekitar tahun 1530 Masehi.

Meski begitu, dapat dipastikan Ibnu Majid meninggal dunia setelah petualangan Vasco da Gama ke India.

Ahmad ibn Majid mendapat julukan sebagai Pangeran Laut dan Singa Laut karena riwayat hidupnya sebagai seorang pelaut andal kala itu.

Keluarganya pun merupakan pelaut-pelaut handal yang mendapat julukan sebagai keluarga “Anak Nakhoda”.

Pendidikan pertama Ahmad ibn Majid tentang melaut juga didapatkan dari ayahnya, baik secara teori maupun prakteknya.

Teori tentang pelayaran didalami Ibnu Majid dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan bidangnya.

Ia juga menguasai berbagai bahasa, di antaranya bahasa Sanskerta, Persia, Sawaliyah (pesisir Afrika), dan Jawa.

Tentunya penguasaan terhadap berbagai bahasa tersebut ia dapatkan melalui penjelajahannya ke berbagai tempat yang kemudian digunakan juga dalam karya tulisnya untuk menyebut istilah.

Vasco da Gama, Ahmad bin Majid, dan Jalur Laut Eropa-India

Sebelum ditemukannya jalur laut dari Eropa menuju India, Portugal belum pernah menjalin hubungan dengan orang India, kecuali melalui dunia Arab dan Bizantium.

Populernya nama Vasco da Gama yang dinobatkan sebagai penemu jalur laut dari Eropa menuju India melahirkan kreasi dari para peneliti.

Seorang orientalis Perancis bernama Gabriel Ferrand menerbitkan sebuah artikel pada 1922 yang menyebutkan bahwa Ibnu Majid adalah orang di belakang keberhasilan Vasco da Gama menemukan jalur dari Eropa ke India.

Gabriel Ferrand menyatakan bahwa Vasco da Gama dibantu oleh Ibnu Majid menemukan jalur dari Eropa ke India setelah ia berkali-kali gagal dalam pelayarannya.

Teori itu kembali diulas lebih luas dalam buku Al-Barqul Yamani Fil Fathil Utsmani yang ditulis oleh Qutubuddin An Nahrawali pada 1577.

Ia mencoba menyangkal aggapan orang Portugal bahwa Vasco da Gama menemukan jalur laut dari Eropa ke India tanpa bantuan Ibnu Majid.

Menurut Qutubuddin An Nahrawali, sebelum Vasco da Gama, telah ada kelompok lain dari Frank yang mencoba ke India melalui Selat Sabtah, kemudian ke Samudera Atlantik, melewati belakang Gunung Al-qomar.

Namun, ketika di laut Atlantik, mereka jarang lolos dari hantaman ombak yang tinggi dan ganas itu.

Meskipun demikian, orang-orang tak putus asa untuk mencoba menuju India, termasuk kelompok Vasco da Gama yang juga gagal berkali-kali.

Akhirnya, Ibnu Majid memberi arahan kepada kelompok Frank melalui seorang temannya bernama Amlandi agar tidak melewati jalur itu lagi.

Ibnu Majid mengarahkan mereka untuk lewat jalur yang tidak memiliki gelombang besar sebagaimana yang dilalui oleh Vasco da Gama.

Berdasarkan arahan tersebut, akhirnya mereka dapat sampai ke India dan mendirikan benteng besar bernama Benteng Kuta.

Setelah itu, Raja Hormoz mengirimkan pasukan secara besar-besaran untuk memperkuat keamanan di wilayah tersebut.

Tentunya hal ini masih menjadi kajian pada masa selanjutnya, misalnya Dr. As-Sayyid Husein Jalal melalui artikelnya dalam majalah Ad-Daulah di Qatar pada 1985.

Ia meragukan kebenaran Ibnu Majid yang menunjukkan jalan kepada Vasco da Gama karena orang Arab dan Portugal kala itu bermusuhan.

Sejarawan Portugal juga menyampaikan pendapat bahwa Vasco da Gama memang dibantu oleh orang muslim untuk menuju ke India.

Namun, orang itu bukanlah Ibnu Majid, melainkan seorang muslim dari Gujarat.

Demikianlah polemik mengenai siapa yang kali pertama menemukan jalur perdagangan dari Eropa menuju India.

Referensi:

  • Gaudam, G. (2012). 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Kautsar.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/07/090000979/vasco-da-gama-dan-ibnu-majid--sengketa-penemu-jalur-laut-eropa-india

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke