Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Kodifikasi Al Quran

Al Quran merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi sumber hukum dan pedoman hidup bagi manusia.

Al Quran berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun.

Proses pengumpulan dan penulisan atau kodifikasi Al Quran hingga menjadi sebuah kitab juga tidak selesai dalam satu tempo.

Sejarah kodifikasi Al Quran dibagi menjadi tiga periode, yakni pada masa Nabi Muhammad, masa Khalifah Abu Bakar, dan Khalifah Utsman bin Affan.

Bagaimana kodifikasi Al Quran pada masa Rasulullah dan sahabat?

Kodifikasi Al Quran pada masa Rasulullah

Kodifikasi Al Quran sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad masih hidup. Saat itu, kodifikasi dilakukan dengan dua cara, yakni hafalan dan penulisan.

Kodifikasi Al Quran dengan cara dihafal

Setelah menerima ayat Al Quran, Nabi Muhammad membacakannya kepada para sahabat.

Ayat-ayat yang dibacakan Rasulullah kemudian dihafal dan dipahami serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sahabat yang telah hafal Al Quran jumlahnya sangat banyak, dan sebagian di antaranya dikirim ke berbagai daerah untuk mengajarkannya.

Contohnya adalah Mus'ab bin Umayr dan Abdullah bin Ummi Maktum, yang dikirim sebagai utusan Rasulullah ke kawasan Madinah sebelum periode hijrah.

Kodifikasi Al Quran dengan cara ditulis

Karena kodifikasi dengan cara dihafal sangat rawan untuk dilupakan, penulisan Al Quran juga telah dimulai pada masa Rasulullah.

Hanya saja, pada masa ini catatan ayat Al Quran masih terpisah-pisah pada media yang beraneka ragam.

Sahabat ada yang menulis di potongan kulit, pelepah kurma, daun lontar, lempengan tulang belikat, batu, dan potongan kertas kuno.

Beberapa sahabat yang pernah mencatat wahyu Al Quran pada masa Rasulullah adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Amrin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Aban bin Said, Khalid bin Walid, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan masih banyak lainnya.

Kodifikasi Al Quran pada masa Abu Bakar

Ketika Nabi Muhammad wafat pada 632, ayat Al Quran telah terpelihara dalam hafalan dan catatan para sahabat.

Setelah itu, ditindaklanjuti kodifikasi periode kedua pada masa Khalifah Abu Bakar.

Salah satu hal yang melatarbelakangi kodifikasi Al Quran pada masa Abu Bakar adalah banyaknya penghafal Al Quran yang gugur dalam Perang Yamamah (632).

Mengetahui hal itu, Umar bin Khattab khawatir akan punahnya Al Quran apabila tidak segera dibukukan.

Umar bin Khattab menyampaikan kekhawatirannya kepada Khalifah Abu Bakar.

Abu Bakar kemudian menindaklanjutinya dengan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun (menulis) Al Quran dalam satu mushaf.

Zaid bin Tsabit segera melaksanakannya dengan mengumpulkan ayat-ayat Al Quran yang tertulis di pelepah kurma, lempengan batu, hingga dari hafalan orang-orang penghafal Al Quran.

Setelah melalui proses yang amat panjang, jadilah mushaf di tangan Abu Bakar, yang kemudian pindah ke tangan Umar bin Khattab, dan setelah itu berpindah tangan ke Hafshah binti Umar.

Kodifikasi Al Quran pada masa Utsman bin Affan

Kodifikasi terakhir dilakukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan.

Kodifikasi mushaf Al Quran yang dilakukan oleh Khalifah Utsman bin Affan dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran.

Hal itu terjadi karena Islam semakin menyebar ke berbagai penjuru dan di setiap daerah terdapat imam pengajar yang saling menyatakan bacaannya yang benar.

Perbedaan yang menimbulkan perselisihan itu diketahui oleh Hudzaifah bin Yaman, yang turut serta dalam misi penaklukkan Armenia dan Azerbaijan.

Setelah mendapat laporan dari Hudzaifah bin Yaman, Khalifah Utsman meminjam mushaf yang dibawa oleh Hafshah binti Umar.

Utsman kemudian membentuk tim pembukuan Al Quran yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.

Mereka diminta menduplikasi mushaf yang asli menjadi beberapa mushaf agar tidak terjadi lagi perbedaan dalam cara membaca serta huruf Al Quran.

Mushaf-mushaf yang selesai ditulis dikenal sebagai Mushaf Utsmani dan dikirimkan ke seluruh pelosok wilayah Islam.

Setelah itu, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan agar versi lain yang beredar sebelum terbit Al Quran Mushaf Utsmani dibakar, supaya tidak ada perbedaan lagi yang membingungkan dan dapat menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam.

Hingga saat ini, Al Quran yang dibaca oleh umat Islam di seluruh dunia merupakan Al Quran dengan Mushaf Utsmani.

Referensi:

  • Al-Suyuthi, Imam Jalaluddin. (2021). Al-Itqan Fi 'Ulumil Quran 1 (edisi terjemahan). Yogyakarta: DIVA Press.
  • Arifin, Mochammad. (2019). 10 Tema Fenomenal dalam Ilmu Al Quran. Jakarta: Elex Media Komputindo.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/18/210000779/sejarah-kodifikasi-al-quran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke