Isi Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada pada dasarnya menjelaskan pernyataan bahwa dia memberikan batasan dan pantangan pada dirinya sendiri untuk tidak bersenang-senang sebelum berhasil menggapai cita-cita demi negara.
Kendati begitu, pemaknaan mengenai isi Sumpah Palapa sendiri masih menuai perbedaan pendapat.
Lantas, benarkah Sumpah Palapa diucapkan Gajah Mada?
Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada
Sumpah Palapa benar diucapkan oleh Gajah Mada ketika dia hendak dilantik sebagai Mahapatih.
Bukti terkait kebenaran Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada tertuang dalam Kitab Pararaton.
Sebelum menjadi Mahapatih, Gajah Mada merupakan seorang kepala pasukan elite Majapahit yang dikenal dengan nama Bhayangkara.
Ketika itu, Majapahit tengah dilanda pemberontakan besar. Salah satunya pemberontakan yang dilakukan oleh Ra Kuti.
Akibat pemberontakan ini, raja terpaksa harus mengungsi ke Badander.
Namun, pada akhirnya, pemberontakan besar tersebut berhasil diselesaikan oleh Gajah Mada.
Setelah berhasil menghentikan pemberontakan Kuti, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Lalu, pada 1328, di bawah pemerintahan Ratu Majapahit, Tribuana Tunggadewi, pemberontakan besar kembali terjadi yang disebut Pemberontakan Sadeng.
Gajah Mada kembali berperan dalam pemberontakan ini bersama dengan pasukannya dan berhasil menumpas pertempuran Sadeng.
Dari keberhasilannya tersebut, Patih Gajah Mada dipandang dapat mengatasi berbagai pemberontakan.
Hal ini membuat Ratu Tribuana Tunggadewi memutuskan untuk memberi kenaikan pangkat kepadanya, yakni Mahapatih Gajah Mada.
Ketika hendak dilantik, Gajah Mada memohon kepada Ratu Tribuana untuk mengucapkan sumpah yang disebut Sumpah Palapa.
Isi Sumpah Palapa adalah:
"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa."
Secara umum, arti isi Sumpah Palapa itu adalah:
"Saya bersumpah, sebelum saya bisa menaklukkan seluruh Nusantara, mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang di bawah kekuasaan Majapahit, saya tidak akan memakan buah palapa."
Para ahli kemudian mengartikan bahwa pada dasarnya makna sumpah tersebut adalah di mana Gajah Mada tidak akan bersenang-senang sebelum berhasil menggapai cita-cita demi negara.
Akan tetapi, ada pula yang menafsirkan maksud Sumpah Palapa dari sisi negatif, yaitu anggapan bahwa Gajah Mada akan mendapat kesenangan jika saja seluruh wilayah Nusantara yang disebutkan dalam sumpahnya itu dapat mengakui kekuasaan Majapahit.
Lebih lanjut, ada juga yang berasumsi bahwa Sumpah Palapa cenderung dimaknai sebagai politik Gajah Mada agar Majapahit dapat berperan sebagai pusat pemerintahan terhadap seluruh wilayah di Nusantara.
Dari pendapat-pendapat itu dapat dipahami bahwa para sejarawan belum menemukan titik temu dalam memaknai Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/10/160000179/benarkah-sumpah-palapa-diucapkan-gajah-mada-