Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Marwan bin Muhammad, Khalifah Terakhir Dinasti Umayyah

Khalifah Marwan bin Muhammad memimpin Bani Umayyah selama enam tahun, yakni antara 744-750.

Pergolakan di masa pemerintahannya akibat perang saudara memuncak pada peristiwa Revolusi Abbasiyah.

Dalam peristiwa itu, akhirnya, Marwan yang merupakan Khalifah Dinasti Umayyah dapat dikalahkan oleh Bani Abbasiyah pimpinan Abu Abbas As-Saffah.

Khalifah Marwan bin Muhammad terbunuh pada tanggal 6 Agustus 750, yang sekaligus menandai runtuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus, Suriah.

Asal-usul

Nama lengkap Marwan bin Muhammad adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin al-Hakam.

Ia lahir di Suriah pada 691 sebagai putra dari Muhammad bin Marwan, putra mahkota sekaligus salah satu jenderal Bani Umayyah yang terkemuka.

Kakeknya adalah Marwan I, khalifah Dinasti Umayyah keempat yang memerintah antara 684-685.

Ibu Marwan bin Muhammad jarang disebutkan, tetapi beberapa sejarawan menyebut namanya Rayya atau Tarubah, seorang perempuan non-Arab.

Pada 732, Marwan bin Muhammad ditunjuk oleh Hisyam, khalifah Bani Umayyah saat itu, menjadi Gubernur Armenia.

Pada 735, ia mulai serangan ke Georgia yang berlangsung selama beberapa tahun.

Naik takhta

Pada awal 744, Marwan bin Muhammad mendengar rencana penggulingan Al-Walid II, khalifah Bani Umayyah saat itu.

Saat itu, ia tengah mengawasi peperangan melawan Kekaisaran Bizantium di perbatasan.

Marwan II segera menulis surat kepada kerabat-kerabatnya untuk mengurungkan niatan itu demi menjaga keharmonisan dinasti mereka.

Namun, surat Marwan II diabaikan dan Yazid III berhasil menggulingkan Al-Walid II lewat peristiwa kudeta setelah menyelinap masuk ke Damaskus.

Yazid III hanya berkuasa dalam waktu enam bulan karena meninggal setelah menderita tumor otak.

Sebelum meninggal, Yazid III menunjuk sang adik yang bernama Ibrahim sebagai penerusnya.

Namun, Marwan II memanfaatkan kematian Yazid III untuk naik ke tampuk kekuasaan dengan menggusur Ibrahim dari takhta kekhalifahan.

Masa pemerintahan

Ketika Marwan bin Muhammad naik takhta pada 4 Desember 744, sentimen anti-Umayyah di Iran dan Irak semakin besar karena lebih mendukung Bani Abbasiyah.

Kebijakan Marwan bin Muhammad selama memerintah pun difokuskan untuk menjaga keutuhan kekhalifahannya.

Oleh karena itu, prestasi Marwan bin Muhammad didominasi dengan kemenangan atas lawan-lawannya.

Pada 749, Marwan berusaha memadamkan Pemberontakan Bashmuric di Mesir, tetapi gagal.

Setelah itu, ia juga mengalami kekalahan telak dalam Pertempuran Zab dari Bani Abbasiyah di bawah pimpinan Abu Abbas As-Saffah.

Pada pertempuran itu, Bani Umayyah bahkan kehilangan sekitar 300 anggota keluarganya.

Wafat

Setelah mengalami kekalahan dalam Pertempuran Zab, kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus pun runtuh.

Marwan bin Muhammad kemudian melarikan diri dari Damaskus menuju Yordania, Palestina, hingga akhirnya mencapai Mesir.

Marwan bin Muhammad akhirnya tewas di medan perang di tangan pengikut Abu Abbas As-Saffah pada 6 Agustus 750.

Keturunannya sempat melarikan diri, tetapi akhirnya juga tewas di tangan Bani Abbasiyah. Peristiwa itu menandai berakhirnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.

Setelah pemerintahan di Damaskus runtuh, salah seorang keturunan Bani Umayyah bernama Abdurrahman ad-Dakhil berhasil melarikan diri ke Andalusia (Spanyol).

Abdurrahman ad-Dakhil kemudian membangun kekuasaan Bani Umayyah di Kordoba, yang bertahan hingga tahun 1031.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/03/180000379/marwan-bin-muhammad-khalifah-terakhir-dinasti-umayyah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke