Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Khalid bin Walid, Sahabat Nabi yang Dijuluki Pedang Allah

Julukan Pedang Allah itu diberikan berkat kejeliannya dalam bidang militer dan ahli taktik perang.

Sebagai ahli militer, Khalid bin Walid menjadi salah satu panglima perang Islam yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya.

Ia menjadi panglima perang militer Islam dari era Nabi Muhammad SAW hingga Khalifah Umar bin Khattab.

Masa muda

Khalid bin Walid memiliki nama asli Abu Sulaiman Khalid ibn al-Walid ibn al-Mughhirah al-Makhzumi. Ia lahir pada tahun 585, atau sekitar 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam.

Ayahnya adalah Walid bin al-mughirah, kepala sub suku Bani Makhzum yang masih bagian dari suku Quraisy di Mekkah. Sedang ibunya bernama Lubabah binti al-Harith.

Sesuai dengan tradisi kaum Quraisy pada zaman itu, Khalid yang baru lahir dikirim ke sebuah suku Badui di gurun.

Ia dirawat oleh ibu angkat hingga berumur 5 atau 6 tahun, sebelum dikembalikan ke orang tuanya di Mekkah.

Khalid termasuk dalam keluarga dekat Nabi. Pasalnya, bibinya yang bernama Maimunah adalah salah satu istri Nabi.

Terjun ke medan perang

Dalam budaya Arab saat itu, seorang anak lelaki dianggap sebagai ksatria dan pemimpin sejati apabila cakap dalam seni berperang.

Hal ini yang mendasari Khalid bertekad untuk menjadi seorang ksatria yang hebat di tanah Arab.

Dorongan dari sang ayah dan keluarga besarnya yang merupakan orang terpandang di suku Quraisy juga menjadi dasar Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat.

Dalam proses belajar seni beladiri dan berperang, ia dengan mudah menguasai teknik memanah, berkuda, dan memainkan pedang. Selain itu, ia juga memfokuskan diri pada taktik militer.

Bakatnya ini semakin terasah berkat ketekunan dan latihan keras yang dilaluinya.

Khalid dewasa menjelma menjadi orang yang berani dan mahir dalam bidang militer. Pengetahuannya mengenai taktik perang pun menakjubkan.

Kecakapakan Khalid pertama kali dibuktikan dalam Perang Uhud. Pertempuran antara pasukan Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW ini berhasil dilumpuhkan oleh Khalid yang memimpin pasukan Quraisy.

Masuk Islam

Nabi Muhammad SAW selalu berdoa supaya Khalid memeluk Islam. Terlebih lagi, ia tumbuh menjadi seorang pemimpin prajurit yang berpengaruh.

Ketika pecah Perang Khandaq pada tahun 627, Khalid mendapat tugas untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dan hampir saja berhasil menjalankan misinya.

Setelah perang Khandaq selesai, Khalid mendapat surat dari saudaranya yang telah dahulu memeluk Islam.

Di dalam suratnya itu, saudaranya menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW memuji kekuatan dan kecerdikan taktik militernya.

Khalid sangat tertegun dan langsung menemui Nabi Muhammad SAW di Madinah. Ia pun masuk Islam saat itu juga.

Setelah resmi memeluk Islam, Khalid kembali ke Mekkah dan mengumumkan akan ikut bersama Nabi Muhammad SAW.

Seluruh masyarakat Mekkah kaget dengan pengumuman itu, bahkan keluarga dekat dan para petinggi kafir Quraisy menentang keputusannya.

Namun, Khalid telah mantap hatinya untuk bergabung dengan barisan Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW.

Setelah itu, Khalid kembali ke Madinah di mana ia ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW sebagai panglima militer pasukan Islam.

Khalid menjadi panglima militer Islam dari era Nabi Muhammad SAW hingga era Khalifah Umar bin Khattab.

Memimpin perang

Khalid bin Walid sebagai ahli militer pasukan Islam terlibat dalam beberapa peperangan, yaitu:

Dalam Perang Mu'tah pada tahun 629 yang melibatkan antara pasukan Romawi dan Muslim, ia menggantikan Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah, para pemimpin pasukan Muslim yang gugur.

Gugurnya pemimpin pasukan itu membuat Khalid mengambil alih pimpinan pasukan dan mengatur ulang taktik bertempur.

Berkat kecerdasannya, ia mampu memimpin pasukan Muslim menerobos pasukan Romawi dengan selamat dan mendapat julukan Pedang Allah yang Terhunus.

Di bawah kepemimpinan militernya, Khalid mampu menyatukan Jazirah Arab di bawah Kekhalifahan Islam.

Khalid memimpin pasukan dan tak terkalahkan dalam beberapa kali pertempuran melawan Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Sassaniyah, dan sekutu-sekutunya.

Pencapaian gemilangnya terjadi sepanjang tahun 632 hingga 636, di mana ia memimpin pasukan Islam dalam Perang Riddah, Persia Mesopotamia, dan Suriah Romawi.

Khalid juga dikenal karena kemenangan telaknya pada Pertempuran Yamamah, Pertempuran Ullais, Pertempuran Firaz, Pertempuran Walaja, dan Pertempuran Yarmuk.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, tampuk pimpinan Islam dipegang oleh Khalifah Abu Bakar.

Di era Khalifah Abu Bakar, Khalid masih dipercaya memimpin pasukan Islam dalam beberapa pertempuran, salah satunya Perang Riddah.

Selain itu, ia juga berhasil menaklukkan Negara Satelit Arab Sasanid yaitu Al-Hirah, serta mengalahkan Pasukan Sassaniyah dalam penaklukan Irak (Mesopotamia).

Ketika Khalifah Abu Bakar wafat dan digantikan oleh Umar bin Khattab, perannya dalam militer dikurangi.

Akan tetapi, Khalid masih efektif dalam menyusun pasukan Islam melawan Kekaisaran Bizantuim selama tahap awal dari Peperangan Romawi Timur-Arab dan berkat dirinya, Damaskus berhasil ditaklukkan pada 634.

Wafat

Pada 638, Khalid diberhentikan dari karier militernya oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Khalid bin Walid meninggal di Homs, Suriah, pada tahun 21 H atau 642 M di usia 50 tahun di tempat tidurnya.

Sosoknya kemudian dikenal sebagai pahlawan Islam yang berperan memimpin pasukan umat Muslim menyatukan Jazirah Arab.

Selama pertempurannya yang mencapai ratusan, Khalid dipastikan tidak terkalahkan.

Referensi:

  • Abdul Hakim, Manshur. (2014). Khalid bin Al-Walik: Panglima yang Tak Terkalahkan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/24/120000679/khalid-bin-walid-sahabat-nabi-yang-dijuluki-pedang-allah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke