Perang yang terjadi pada 331 SM ini adalah pertempuran kedua dan terakhir antara kedua raja tersebut.
Pertempuran Gaugamela dimenangkan oleh Alexander Agung, yang kemudian memantapkan posisinya sebagai raja di Asia.
Latar belakang
Pasca kematian ayahnya pada 336 SM, Alexander Agung dan pasukannya meninggalkan Makedonia untuk menaklukkan seluruh Persia.
Dalam perjalanan, ia mengalahkan pasukan Persia di bawah pimpinan Memnon, tentara bayaran Yunani, dalam Pertempuran Sungai Granicus.
Setelah itu, Alexander bergerak ke Halicarnassus, dan berhasil mengalahkan Memnon untuk kedua kalinya.
Meski kerap diremehkan dan dianggap sebagai seorang amatir, Alexander membuktikan kehebatannya dengan mengalahkan Darius di Issus.
Lebih memalukan lagi bagi Darius, ibu, istri, dan anak perempuannya ditawan oleh lawan.
Untuk menebus keluarganya, Darius menawarkan setengah dari kerajaannya dan berjanji akan memberikan putrinya.
Namun, tawaran itu ditolak karena Alexander beranggapan bahwa tatanan dunia akan rusak apabila terdapat dua matahari.
Alexander justru menantang Darius untuk menghadapinya lagi di medan perang.
Persiapan perang
Alexander Agung berencana memimpin pasukannya ke Babel, tetapi Darius telah menunggunya di Gaugamela.
Gaugamela adalah sebuah desa di tepi Sungai Bumodus, yang sekarang termasuk Irak Utara.
Secara harfiah, Gaugamela berarti "Rumah Unta", karena lokasinya di dekat sebuah bukit yang berbentuk punuk unta.
Pasca kekalahannya di Issus, Darius sengaja memilih dataran luas Gaugamela agar dapat memberi keuntungan pasukan kavalerinya.
Kekuatan yang dihimpun oleh Darius diperkirakan mencapai 100.000 tentara, yang terdiri dari pasukan Persia dan tentara bayaran dari India.
Darius juga memasang jebakan untuk orang-orang Makedonia dan melengkapi pasukannya dengan 15 gajah, kereta perang berkuda, tombak, busur, serta anak panah.
Dibandingkan dengan pasukan Darius, tentara Alexander kalah jumlah dan persenjataan.
Namun, meski hanya terdiri dari sekitar 40.000 infanteri dan 7.000 kavaleri, pasukan Makedonia yang dipimpin oleh Alexander lebih terlatih.
Strategi perang Alexander
Alexander menyadari bahwa kemenangan di Gaugamela berarti seluruh Persia (Babel, Persepolis, dan Susa) akan jatuh kepadanya.
Oleh karena itu, ia harus menyusun strategi sebaik mungkin agar pasukannya tetap memenangkan pertempuran.
Tanpa sepengetahuan Darius, Alexander telah memata-matai persiapannya dari atas sebuah bukit.
Alexander juga berhasil menangkap beberapa tentara Darius dan mengorek informasi dari mereka.
Malam sebelum pertempuran, para komandan perang Alexander menyarankan agar mereka menyerang pada malam hari.
Akan tetapi, Alexander, yang telah mengetahui keberadaan jebakan dan jumlah pasukan Darius, tidak setuju.
Jalannya pertempuran
Saat perang dimulai, Alexander dan pasukan kavaleri mengambil posisi di sayap kanan, sementara sayap kiri diserahkan kepada Parmenio.
Pada bagian tengah, Alexander menempatkan pasukan Makedonia terlatih dengan pemanah di kedua sisinya.
Di sisi lain, pasukan Persia di bawah pimpinan Bessus berupaya mengepung tentara Makedonia.
Melihat formasi pasukan Persia, Alexander segera membagi pasukannya dan dengan cepat menyerang.
Darius berusaha melawan dengan mengirimkan serangan berupa kereta perang berkudanya. Akan tetapi, serangan tersebut dapat dimentahkan oleh pasukan Makedonia yang bersenjata ringan.
Ketika situasi semakin memburuk, Darius mencoba melarikan diri, yang kemudian membuat pasukannya kalang kabut dan memilih menyerah.
Akhir peperangan
Meski kalah jumlah, pasukan Alexander muncul sebagai pemenang karena lebih berpengalaman dan didukung dengan penggunakan strategi yang matang.
Kekalahan itu menyebabkan ibu kota Persia jatuh ke tangan Alexander dan Darius pada akhirnya dibunuh oleh seorang gubernur kekaisaran dari Persia.
Kemenangan Makedonia menandai akhir dari Kekaisaran Akhemeniyah atau Kekaisaran Persia Pertama, yang didirikan oleh Cyrus II Agung.
Alexander Agung kemudian memantapkan posisinya sebagai raja di Asia Barat.
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/22/120000579/pertempuran-gaugamela-latar-belakang-jalannya-perang-dan-akhir