Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Giuseppe Garibaldi, Pahlawan Revolusi yang Menyatukan Italia

Sejak muda, ia telah terlibat dalam serangkaian aksi pemberontakan terhadap pemerintah di Italia dan Amerika Selatan.

Kehidupan Giuseppe Garibaldi tentunya tidak luput dari tantangan. Ia pernah menjadi seorang nelayan, pelaut, tentara, hingga terpaksa melarikan diri selama beberapa waktu karena diburu oleh pemerintah negaranya.

Naluri revolusioner dan aksinya dalam menentang penindasan rakyat Italia kemudian mengilhami orang-orang di kedua sisi Samudra Atlantik.

Masa muda

Giuseppe Garibaldi lahir pada 4 Juli 1807 di Nice, Perancis Selatan, sebagai putra dari seorang nelayan yang mengemudikan kapal dagang di sepanjang pantai Mediterania.

Saat usianya masih kecil, Kota Nice, yang pernah diperintah oleh Kekaisaran Napoleon, berada di bawah kendali Kerajaan Piedmont Sardinia dari Italia.

Diduga, keinginan besar Garibaldi untuk menyatukan Italia berakar pada pengalaman masa kecilnya, ketika menyaksikan kewarganegaraan kampung halamannnya diubah.

Menginjak usia 15 tahun, ia menolak keinginan sang ibu untuk menjadi pendeta dan memilih menjadi nelayan, seperti ayahnya.

Menjadi buronan

Pada usia 25 tahun, Giuseppe Garibaldi telah menjadi kapten kapal. Setelah itu, ia bergabung dengan gerakan Italia Muda (Young Italy), yang dipimpin oleh Giuseppe Mazzini.

Gerakan ini bertujuan untuk melakukan penyatuan Italia, yang sebagian wilayahnya kemudian diperintah oleh Austria atau kepausan.

Namun, ketika sebuah pemberontakan Italia Muda gagal menggulingkan pemerintah Piedmont, Garibaldi ikut diburu pemerintah dan divonis mati.

Oleh karena itu, ia terpaksa melarikan diri dan akhirnya menetap di Amerika Selatan selama belasan tahun.

Pejuang gerilya di Amerika Selatan

Selama belasan tahun, Giuseppe Garibaldi hidup di Brasil sebagai pelaut dan pedagang. Meski tinggal di negeri orang, ia masih tertarik dengan gerakan yang bersifat revolusioner dan bertemu dengan rekan seperjuangan dari Italia.

Di tempat inilah, Garibaldi belajar tentang seni perang gerilya dan mengembangkan kemampuan untuk memimpin pasukan.

Ia diketahui terlibat dalam pemberontakan di Brasil dan Uruguay, yang kala itu tengah mengalami konflik dengan pemerintahnya.

Garibaldi bahkan memimpin aksi pemberontakan terhadap diktator Uruguay dan memenangkannya.

Pada 1840-an, ia bertemu dan menikah dengan seorang pejuang kemerdekaan Brasil, Ana Maria de Jesus Ribeiro da Silva, yang dikenal sebagai Anita.

Mereka memiliki empat anak, Menotti (lahir 1840), Rosita (lahir 1843), Teresita (lahir 1845), dan Ricciotti (lahir 1847).

Memimpin perjuangan di Italia

Ketika berada di Brasil, Giuseppe Garibaldi tetap menjalin hubungan dengan rekan revolusionernya, Mazzini, yang melarikan diri ke London.

Mazzini pun melihat Garibaldi sebagai sosok yang dapat menyatukan para nasionalis Italia.

Ketika revolusi massal meletus di Eropa pada 1848, Garibaldi kembali ke Nice, bersama dengan Red Shirts Legion atau Pasukan Baju Merah, yang terdiri dari sekitar 60 pejuang setia.

Dalam aksi pemberontakan di Italia, ia memimpin pasukan di Milan, sebelum kembali melarikan diri, kali ini ke Swiss.

Pada 1849, Garibaldi memihak pemerintah revolusioner yang baru dibentuk dan memimpin pasukan Italia memerangi tentara Perancis yang setia kepada paus.

Setelah terlibat dalam pertempuran yang cukup brutal, ia melarikan diri lagi, sementara istrinya meninggal di medan perang.

Garibaldi mengasingkan diri di Pulau Staten, sebuah wilayah di New York, dan menjadi tamu dari Antonio Meucci, seorang penemu berkebangsaan Italia.

Selama beberapa waktu, ia kembali menjalani hidup sebagai seorang pelaut dan kapten kapal yang berlayar hingga ke Samudra Pasifik.

Menyatukan Italia

Pada pertengahan 1850-an, Giuseppe Garibaldi dapat kembali ke Italia, setelah sempat mengunjungi Mazzini di London.

Ia sempat menikah lagi dan menghabiskan waktunya setelah itu dengan bertani di sebuah pulau kecil di lepas pantai Sardinia.

Di samping itu, Garibaldi tetap memusatkan perhatiannya pada gerakan yang berfokus menyatukan Italia.

Gerakan itu dikenal dengan sebutan Risorgimento, yang secara harfiah berarti kebangkitan.

Sebuah pergolakan politik kemudian membawa Garibaldi kembali ke medan pertempuran.

Pada Mei 1860, ia mendarat di Sisilia bersama para pengikutnya yang dikenal sebagai Thousand Red Shirts atau Seribu Baju Merah.

Setelah mengalahkan pasukan Neapolitan, Thousand Red Shirts menyeberangi Selat Messina ke daratan Italia.

Pada 7 September 1860, Napoli jatuh ke tangan Garibaldi, yang kemudian menyerahkan seluruh kekuasaannya kepada Raja Victor Emmanuel II.

Akhir hidup

Setelah penyerahan itu, Raja Victor Emmanuel II otomatis menjadi raja Italia yang telah bersatu, kecuali Venesia dan Roma.

Pada 1860-an, Garibaldi melakukan beberapa upaya untuk merebut Roma, tetapi ditangkap tiga kali dan dikirim kembali ke rumahnya.

Dalam Perang Perancis-Prusia, Garibaldi sempat berperang sebentar melawan Prusia.

Sebagai hasil dari Perang Perancis-Prusia, pemerintah Italia mengambil alih Roma, dan Italia pada dasarnya sepenuhnya bersatu.

Garibaldi kemudian dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Italia. Ia meninggal pada 2 Juni 1882.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/20/090000779/giuseppe-garibaldi-pahlawan-revolusi-yang-menyatukan-italia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke